Anda di halaman 1dari 42

Regulasi Penyiaran

Sejarah Penyiaran

11
Pada masa Spetember
Jepang, Hoso 1945 RRI
Kanri Kyoko, didirikan
Tahun 1930,
oleh
Nederland
pemerintah
Indische
tahun 1925, Indonesia
Vereniging
berdiri Radio
Batavia Amateur
Radio (NIVERA)
Pada tahun Society atau
1911,
Radio
Angkatan
Laut Batavia
Kerajaan Vereniging
Belanda (BRV)
mengoperasi
kan radio
komunikasi
di Sabang
Sejarah Penyiaran

1988, di Indonesia
mulai muncul
penyelenggara
1981, dengan televisi siaran
berbagai alasan swasta lainnya.
politis, TVRI tidak
diizinkan lagi
menayangkan iklan
17 Agustus 1962.
Televisi Republik
Indonesia (TVRI)
lahir dan untuk
pertama kalinya
beroperasi
Definisi Penyiaran
Menurut Undang-Undang Nomor 32, Tahun 2002 penyiaran adalah
kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau
sarana transmisi di darat, di laut, dan di antariksa dengan
menggunakan spectrum frekwensi radio (sinyal radio) yang berbentuk
gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel dan
atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangakat penerima siaran.
J. B. Wahyudi (1996) Broadcasting (penyiaran) adalah semua
kegiatan yang memungkinkan adanya siaran radio dan televisi yang
meliputi segi ideal, perangkat keras dan lunak yang menggunakan
sarana pemancaran atau transmisi, baik di darat maupun di antariksa
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik atau gelombang
yang lebih tinggi untuk dipancarkanluaskan dan dapat diterima oleh
khalayak melalui pesawat penerima radio atau televisi dengan atau
tanpa alat bantu.
prinsip-prinsip penyiaran secara universal
 Sistem penyiaran dijalankan bagi kepentingan rakyat melalui dukungan
terhadap bidang-bidang berikut: akses universal, keanekaragaman,
demokratisasi gelombang udara, pembangunan bangsa, pendidikan,
penguatan karakter rohani dan akhlak masyarakat.
 Suatu kebijakan penyiaran yang demokratis membantu publik untuk
memahami tujuan sistem penyiaran yang mereka inginkan dan peran yang
dimiliki sistem tersebut dalam masyarakat
 Suatu kerangka kebijakan hendaknya sanggup beradaptasi dengan kondisi-
kondisi yang berubah tanpa membiarkan publik bertanya-tanya apa yang
menjadi tujuan kebijakan dan undang-undang penyiaran.
 Suatu undang-undang penyiaran harus merefleksikan keanekaragaman
masyarakat dan yang didasarkan pada prinsip-prinsip konstitusional yang
mencakup sejumlah hal yang mendasar sifatnya: Kebebasan berekspresi
bagi semua orang, kesetaraan hak,dll
 Media penyiaran menggunakan gelombang-gelombang udara, yang
merupakan milik publik dan merupakan sumber daya yang terbatas.
Lembaga-Lembaga Penyiaran Dalam UU No. 32 Tahun
2002

Dalam Undang- • Jasa Penyiaran Radio;


Undang No. 32 Tahun
2002 tentang • Jasa Penyiaran Televisi
Penyiaran, ditegaskan
bahwa jasa penyiaran
terdiri atas:

Dalam Undang- • Lembaga Penyiaran Publik;


Undang No. 32 Tahun • Lembaga Penyiaran Swasta;
2002 tentang • Lembaga Penyiaran Komunitas;
Penyiaran, ditegaskan • Lembaga Penyiaran
bahwa jasa penyiaran Berlangganan
diselenggarakan oleh
Lembaga-Lembaga Penyiaran Dalam
UU No. 32 Tahun 2002
Penyiaran terdiri atas:
 Penyiaran radio adalah media komunikasi massa
dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi
dalam bentuk suara secara umum dan terbuka,
berupa program yang teratur dan
berkesinambungan.
 Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa
dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan
informasi dalam bentuk suara dan gambar secara
umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa
program yang teratur dan berkesinambungan.
Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara, bersifat
independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan
layanan untuk kepentingan masyarakat.
Lembaga Penyiaran Publik terdiri atas RRI dan TVRI yang stasiun
pusat penyiarannya berada di ibukota Negara Republik Indonesia
Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik
dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Dewan pengawas ditetapkan oleh Presiden bagi RRI dan TVRI
atas usul DRP RI ; atau oleh Gubernur, Bupati, atau Walikota bagi
Lembaga Penyiaran Publik lokal atas DPRD.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Lembaga Penyiaran Publik
disusun oleh KPI bersama Pemerintah
Lembaga Penyiaran Publik
Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran
Publik berasal dari:
◦ Iuran Penyiaran;
◦ Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
Atau Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah;
◦ Sumbangan Masyarakat;
◦ Siaran Iklan; Dan
◦ Usaha Lain Yang Sah Yang Terkait Dengan
Penyelenggaraan Penyiaran.
Lembaga Penyiaran Publik
Lima ciri penyiaran publik :
• Akses Publik
penyiaran publik mau mengangkat isu-isu local dan memproduksi
program-program local
• Dana Publik
penyiaran publik tidak hanya mengandalkan keuangannya dari anggaran
Negara tetapi juga dari iuran dan donator
• Akuntabilitas publik
maka terdapat kewajiban bagi penyiaran publik untuk membuat
akuntabilitas finansialnya
• Keterlibatan Publik
Publik dengan rela membantu menyumbangkan tenaga, pikiran dan dana
untuk kelangsungan penyiaran public
• Kepentingan Publik
Kepentingan publik lebih dimenangkan dari pada kepentingan komersial.
Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah daerah,
menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio dan penyiaran televisi,
bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan
layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan
dengan RRI untuk radio dan TVRI untuk televisi
Penting dan strategisnya kehadiran LPP Lokal bagi masyarakat luas
untuk saat ini di antara semakin berkembangnya Lembaga Penyiaran
Swasta di Indonesia. Hal ini dikarenakan sesungguhnya ada tiga fungsi
utama LPP Lokal ini, yaitu
 memberi kesempatan bagi publik untuk berperan serta menyuarakan pikiran dan
keinginannya berkaitan dengan program siaran,
 sebagai sumber informasi alternatif bagi masyarakat yang kepentingannya tidak
terwadahi dan diberikan oleh lembaga penyiaran swasta maupun berlangganan.
 mengangkat nilai-nilai lokal dengan segala pernak-perniknya, ragam budaya,
karakater masyarakatnya, dan sebagainya.
Lembaga Penyiaran Swasta
Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga
penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan
hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau
televisi.
Lembaga Penyiaran Swasta didirikan dengan
modal awal yang seluruhnya dimiliki oleh warga
negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia.
Penanaman modal asing,jumlahnya tidak lebih dari
20% (dua puluh per seratus) dari seluruh modal
Lembaga Penyiaran Swasta
Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran
Swasta oleh satu orang atau satu badan hukum, baik di satu
wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, dibatasi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembatasan kepemilikan dan
penguasaan dan pembatasan kepemilikan silang disusun oleh
KPI bersama Pemerintah.
Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Swasta diperoleh dari:
 siaran iklan; dan/atau
 usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.
Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio dan jasa
penyiaran televisi masing-masing hanya dapat
menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran
pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran.
Lembaga Penyiaran Komunitas
Sama dengan penyiaran publik, penyiaran
komunitas tergolong wacana baru bagi dunia
penyiaran di Indonesia.
Di Indonesia penyiaran komunitas adalah
suatu lembaga yang didirikan oleh komunitas
tertentu yang menjalankan aktivitas
penyiaran secara independen/netral, daya
pancar rendah, jangkauan wilayah yang
terbatas, tidak komersial serta melayani
kepentingan komunitas.
Lembaga Penyiaran Komunitas
Media komunitas hadir sebagai media alternatif yang mengusung
keberagaman kepemilikan (diversity of ownership), yang juga
mendorong adanya keberagaman isi (diversity of content) dalam
program-program siaran karena melayani komunitasnya yang juga
beragam.
Media komunitas pada dasarnya memainkan peran yang hampir
sama dengan media massa pada umumnya, hanya saja pada
wilayah (level of playing field) yang terbatas.
Dibatasinya jangkauan layanan jenis media penyiaran ini justru
diharapkan dapat memberikan layanan secara lebih spesifik dan
membuka partisipasi secara lebih sempurna kepada komunitasnya.
Terdapat fungsi kontrol sosial yang dimilikinya, fungsi menghibur,
mendidik dan menginformasikan berita yang benar-benar
merefleksikan kebutuhan komunitasnya.
Lembaga Penyiaran Komunitas
Ketentuan mendirikan lembaga penyiaran komunitas:
◦ Dilarang menjadi media partisipan, tidak terkait dengan
organisasi atau lembaga asing serta bukan komunitas
internasional
◦ Tidak terkait dengan organisasi terlarang, tidak untuk
kepentingan propaganda kelompok atau golongan tertentu.
◦ Dilarang menerima sumbangan dari pihak asing
◦ Dilarang melakukan siaran iklan komersial, kecuali iklan
layanan masyarakat.
◦ Dana operasional diperoleh dari kontribusi komunitas yang
menjadi pemilik lembaga penyiaran komunitas tersebut.
Lembaga Penyiaran Berlangganan
Lembaga Penyiaran Berlangganan merupakan
bentuk penyiaran yang memancarluaskan atau
menyalurkan materi siarannya secara khusus
kepada pelanggan melalui radio, televise,
multimedia atau media informasi lainnya
Di mancanegara penyiaran berlangganan
kerap dikenal pay per view dimana penonton
mengeluarkan sejumlah uang untuk menonton
atau mendengar (berlangganan) siaran yang
dikeluarkan salah satu siaran berlangganan.
 Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui satelit.
Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui kabel; dan
Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui terestrial.
Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlagganan
berasal dari:
 Iuranberlangganan; dan
 Usaha lain yang sah dan terkait dengan penyelenggaraan
penyiaran
Lembaga Penyiaran di Indonesia
No Jenis Lembaga Penyiaran Lembaga Penyiaran
1 Lembaga Penyiaran Publik TVRI
2 Lembaga Penyiaran Swasta - Nasional:

RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, MNCTV,


Metro TV, Trans7, TransTV, TVONE,

Global TV

- TV Lokal : 119 operator


3 Lembaga Penyiaran Komunitas Komunitas Kampus, Sekolah, Pesantren, Petani
dan Nelayan
- Satelit:
4 Lembaga Penyiaran Berlangganan
Indovision, Telkomvision
- Kabel:

Kabel Vision, IM2


- Teresterial

M2V
Regulasi Penyiaran
Tanggal 28 Nopember 2002, Undang-
Undang Penyiaran baru No 32 Tahun
2002 akhirnya disahkan. Undang-undang
ini membatasi peran negara yang selama
ini terlalu besar terhadap media
penyiaran. Atas nama demokrasi,
masyarakat harus diberi peran lebih besar
untuk mengatur dan menggerakkan ranah
penyiaran.
Regulasi Penyiaran
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan.
 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor :
29/Per/M.Kominfo/07/2009 Tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio
Indonesia
 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor:
47/Per/M.Kominfo/11/2009 Tentang Indeks Peluang Usaha Penyiaran.
 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 02/Per/M.Kominfo/1/2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2010-
2014;
 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor :
17/Per/M.Kominfo/10/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja.
KPI (Komisi Penyiaran
Indonesia)
Independent state regulatory body bernama Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) yang akan berlaku sebagai
lembaga pengawas penyiaran. Lembaga ini adalah lembaga
non pemerintah, yang dibentuk berdasarkan undang-undang
dan bertanggung jawab pada DPR.
KPI berfungsi melakukan check and balances terhadap
kekuasaan eksekutif.
KPI sebagai regulator penyiaran sangat diharapkan. Sebagai
representasi dari masyarakat, ia yang akan menjamin hak-
hak rakyat mendapatkan informasi secara bebas dan adil
serta menjamin kemandirian dan keterlibatan masyarakat
dalam mengelola lembaga-lembaga penyiaran.
Perizinan penyiaran
Menteri mengumumkan Peluang Usaha untuk LPS dan LPB Terestrial
(5 tahun sekali untuk radio dan 10 tahun sekali untuk Televisi.
Pemohon mengajukan permohonan melalui KPI Berdasarkan peluang 
usaha.
Dokumen permohonan dibuat 3 rangkap :
1 (satu) Dokumen Asli untuk  KPI/KPID
 1 (satu) Dokumen Asli untuk Menteri
 1 (satu) Dokumen Copy untuk Pemda

Menteri menerbitkan IPP Prinsip  30 hari kerja  setelah disepakati


dalam FRB(Forum Rapat Bersama).
Setelah mendapatkan IPP prinsip, Pemohon mengurus ISR (izin
stasiun radio), membangun infrastruktur dan perizinan lainnya.
Pemohon melakukan Uji Coba Siaran setelah memperoleh ISR
Menteri menerbitkan IPP tetap  14 hari kerja  setelah dinyatakan lulus
oleh Tim Uji Coba Siaran
Perizinan penyiaran
Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP)
diberikan bagi lembaga penyiaran yang
telah dinyatakan lulus dalam masa uji
coba siaran sejak dikeluarkan Surat
Pernyataan Lulus Masa Uji Coba Siaran.
IPP berlaku selama 5 (lima) tahun untuk
jasa penyiaran radio, dan berlaku selama
10 (sepuluh) tahun untuk jasa penyiaran
televisi, dan dapat diperpanjang.
Penyiaran TV Digital
Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Lembaga Penyiaran Swasta disebutkan bahwa: “Penyiaran
multipleksing adalah penyiaran dengan transmisi 2 (dua)
program siaran atau lebih pada 1 (satu) saluran pada saat
yang bersamaan.”
Dalam sistem penyiaran televisi digital terestrial, beberapa
program siaran yang disalurkan melalui saluran siaran
digabungkan dalam menggunakan sistem multipleksing
untuk kemudian dipancarluaskan kepada masyarakat dengan
melalui sistem pemancar yang menggunakan 1 (satu) saluran
atau 1 (satu) kanal frekuensi radio.
TV digital bekerja pada frekuensi 478 – 694 MHz
Teknologi penyiaran televisi digital terestrial dapat
memberikan peningkatan efisiensi pemanfaatan spektrum
frekuensi radio oleh siaran televisi analog. 1 (satu) kanal
frekuensi radio dalam kasus penyiaran televisi digital
terestrial dapat digunakan sampai dengan 6 (enam) stasiun
televisi. Jika semua stasiun televisi siaran beralih ke digital,
maka semua stasiun televisi siaran nasional dan lokal yang
ada saat ini bisa mendapatkan kanal dengan kemungkinan
interferensi yang minimal.
Konfigurasi Infrastruktur Multipleksing
Penyelenggara multipleksing (LPPPM) merupakan penyelenggara yang akan menyalurkan konten siaran dari penyedia konten (LPPS) ke
pelanggan melalui pemancaran radio terestrial
Penyiaran TV Digital

 Content Provider (Penyedia Konten)


content provider atau content creator yang memproduksi konten-konten siaran.
 Content Aggregator (Pengumpul dan Pendistribusi Konten)
menggabungkan konten-konten siaran dari Penyedia Konten dan menyusunnya
dengan jadwal tertentu dan berkesinambungan sehingga menjadi suatu program
siaran untuk dipancarluaskankan
 Multiplexer (Penyelenggara Multipleksing)
menggabungkan beberapa program siaran dari beberapa Penyelenggara Program
Siaran untuk kemudian dipancarluaskan kepada masyarakat melalui inftastruktur
jaringan dan perangkat transmisi yang disediakan oleh Penyedia Jaringan/ Transmisi.
 Network/ Transmission Provider (Penyedia Jaringan/ Transmisi).
menyediakaninfrastruktur jaringan, perangkat transmisi, dan/ atau menara
Penyiaran Multipleksing disiarkan dalam
15 zona wilayah
Model penyelenggaraan TV digital
Hubungan Kerja yang perlu diatur antara lain:
1. Penyedia Jaringan/ Transmisi harus menyediakan jangkauan
wilayah siaran (coverage area) yang diminta oleh Penyelenggara
Program Siaran atau Penyelenggara Multipleksing.
2. Penyedia Jaringan/ Transmisi/ Fasilitas diharuskan
menyediakan kualitas penghantaran aplikasi penyiaran sesuai
kesepakatan yang tertuang di dalam kontrak antara Penyelenggara
Jaringan/ Transmisi dan Penyelenggara Multipleksing.
3. Penyedia Jaringan/ Transmisi dan Penyelenggara Multipleksing
harus berlaku adil dengan mengenakan biaya sewa jaringan yang
sama kepada para Penyelenggara Program Siaran dalam
penghantaran aplikasi penyiaran kepada masyarakat. Pemerintah
perlu mengatur penerapan harga tertinggi (ceiling price) untuk
sewa kapasitas saluran, jaringan, dan perangkat transmisi.
Teknologi DVB-T2
 DVB-T2 adalah sistem transmisi digital terestrial yang dikembangkan oleh
proyek DVB. Spesifikasi DVB-T2 yang menggabungan modulasi dan error
Protection untuk meningkatkan kapasitas bit-rate dan meningkatkan ketahanan
sinyal. Seperti standar DVB-T, spesifikasi DVB T2 menggunakan modulasi
OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplex) dan kode LDPC (Low
Density Parity Check) yang dikombinasikan dengan BCH (Bose-Chaudhuri
Hocquengham) untuk melindungi terhadap tingkat kebisingan dan gangguan
yang tinggi.

DVB-T DVB-T2
FEC Convolutional Coding + LPDC+BCH ½ , 3/5, 2/3,
Reed Solomon ½ ,2/3, ¾, 4/5, 5/6
¾. 5/6. 7/8

Modes QPSK, 16 QAM, 64 QPSK, 16 QAM, 64 QAM,


QAM 256 QAM
Guard Interval ¼, 1/8, 1/16, 1/32 ¼, 19/256, 1/8, 19/128,
1/16, 1/32, 1/128
FFT Size 2k, 8k 1k, 2k, 4k, 8k, 16k, 32k
Scattered Pilots 8% of total 1%, 2%, 4%, 8% of total
Continual pilots 2,6 % of total 0,35% of total
Studio merupakan sistem yang cukup berperan dalam sebuah stasiun
penyiaran, sebagai sub sistem yang terintegrasi secara total, bagian studio
memberikan andil untuk penyedia program-program reguler yang bersifat
berkesinambungan.
Multiplexer adalah rangkaian logika yang menerima beberapa input data
digital dan menyeleksi salah satu dari input pada saat tertentu untuk
dikeluarkan pada sisi output.
Strategi Digital Switchover
Peluncuran layanan DTT dapat secara langsung
digabungkan dengan switch-off platform analog dengan
frekuensi yang disediakan melalui switch-off secara
langsung digunakan kembali untuk layanan digital
Sebagian besar peluncuran layanan DTT secara
bertahap. analog switch-off mengambil bagian di suatu
region Negara. Perencana DTT menyiapkan timetable
secara detil ketika transmitter analog akan dimatikan
diseluruh negeri.
Pendekatan bertahap ini digunakan di Austria, Jerman,
Norwegia, Swedia Spanyol, Prancis dan Italia.
Benchmark United Kingdom
Dalam menetapkan biaya penyelenggaraan penyiaran di
Inggris, ofcom selaku regulator mengkategorikan penyelenggara
berdasarkan jenis lisensinya yang kemudian dikenakan biaya
yang berbeda.
Kategori lisensi televisi di Inggris dikelompokkan menjadi 5
kategori.
 Kategori A = Channel 3, Channel 4, Channel 5, dan lisensi layanan teletext
publik.
 Kategori B = Television Licensable Content Service Licences, lisensi
program TV digital, Commercial Additional Television Services Licences,
dan Digital Television Additional Service Licences
 Kategori C = Restricted Television Service Licences (long-term and short-
term)
 Kategori D = Television Multiplex Licences
 Kategori E = Teleshopping Channel
Tabel 2. 10 Penyelenggara Multiplex di Jakarta dan Banten

Penyelenggara Multipleks
N Nama Badan Usaha Nama Sebutan di
o Udara
1 PT Banten Sinar Dunia BSTV
Televisi
2 PT Lativi Media Karya TVOne
3 PT Media Televisi Indonesia Metro TV
4 PT Surya Citra Televisi SCTV
5 PT Televisi Transformasi Trans TV
Indonesia
Regulasi TV digital
 bahwa konsep penyelenggaraan penyiaran digital akan melibatkan
penyelenggara infrastruktur yakni LPPPM (multipleksing) dan
penyedia konten siaran (LPPPS).
 Regulator telah menetapkan regulasi khusus yakni Peratoran
Menteri nomor 18 tahun 2012 tentang tariff sewa multipleksing.
 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 tahun
2012 Tentang Penggunaan Pita Spektrum Frekuensi Radio Ultra
High Frequency Pada Zona Layanan IV, Zona Layanan V, Zona
Layanan VI, Zona Layanan VII dan Zona Layanan XV untuk
Keperluan Transisi Televisi Siaran Digital Terestrial, menerangkan
bahwa dalam pelaksanaan transisi Televisi siaran digital terrestrial
diperlukan ketersediaan kanal yang mencukupi untuk digunakan
untuk pengoperasioan/pemancaran bersama antara televise siaran
digital dan televise siaran analog pada kanal frekuensi yang berbeda
Terima kasih
Tugas mingguan
Download lah undang-undang nomor 11
tahun 2008
1. Apa yang kamu ketahui tentang
cybercrime di Indonesia ?
2. Apa saja materi yang dibahas oleh
undang-undang nomor 11 tahun 2008
3. Menurut anda, apa kelemahan UU no.11
tahun 2008 tersebut ?

Anda mungkin juga menyukai