Anda di halaman 1dari 30

Seminar poltekkes jakarta III

Fisioterapi pada pasien covid-19


kiriyadi ,sST.ft
Tentang Covid-19
Severe acute respiratory sindrom coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus corona baru
yang muncul pada 2019 dan menyebabkan coronavirus disease 2019 (COVID-19).

SARS-CoV-2 sangat menular, penularannya dari manusia ke manusia terjadi sekitar 2


hingga 10 hari sebelum individu menjadi bergejala.

Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui sekresi pernapasan. Tetesan dari batuk,
bersin, atau pendarahan pada permukaan dalam jarak 2 m dari orang yang terinfeksi.

Virus ditransfer ke orang lain melalui kontak tangan pada permukaan yang terkontaminasi
diikuti dengan menyentuh mulut, hidung atau mata. Aerosol yang terinfeksi melalui udara
menciptakan partikel selama bersin atau batuk tetap layak di udara 3 jam.

SARS-CoV-2 tetap aktif setidaknya 24 jam pada permukaan keras dan 8 jam pada
permukaan lunak.
Partikel-partikel udara dari SARS-CoV2 ini kemudian dapat dihirup oleh orang lain atau
mendarat di selaput mukosa mata.

Thomas et al. (2020)


Coronavirus
Coronavirus tidak dapat berproduksi sendiri mereka
berisi instruksi bagaimana cara menyalin diri mereka
sendiri tetapi tidak memiliki alat untuk melakukannya.itu
sebabnya virus memiliki 2 pekerjaan yaitu :
1. Menyerang sel – sel hidup dan mengubahnya
menjadi pabrik pembuat virus

Hemagglutinin esterase (HE- Protein)


Glikoprotein sebagai mekanisme penyerang
M-Protein
Protein membran yang berperan dalam pengenalan sel
Selubung
Lapisan luar ketika virus berada di antara sel – sel
inang
Spike glycoprotein
Protein permukaan virus untuk meningkat reseptor sel
inang
E-protein
Protein membran yang berperan dalam sikus hidup
virus
RNA dan N protein
 Asam ribonukleat (RNA)adalah bahan genetik. Yang
mempunyai fungsi untuk menyimpan informasi
genetik. Saat virus ini menyerang sel hidup, RNA
yang dibawa masuk ke sitoplasma sel korban, lalu
ditranslasi oleh sel inang untuk menghasilkan virus-
virus yang baru
Tahapan serangan sars cov- 2 pada paru
WHO covid-19 (2000)
Corona menyerang paru-paru dalam tiga tahap yakni: replikasi virus, hiperreaktivitas imun, dan perusakan
paru-paru.

Tidak semua orang melalui semua tahap infeksi, dan temuan awal menunjukkan bahwa sekitar 82% dari
infeksi tetap ringan.

Fase I : Replikasi virus.


Virus itu menyerang sel-sel paru (kelenjar mokus dan silia) yang menciptakan masalah pernapasan,
akhirnya mengisi saluran udara dengan cairan sehingga pasien yang terinfeksi bisa mengalami
pneumonia atau sesak napas.

Fase II : Reaksi imunitas tubuh, ini adalah ketika sistem kekebalan tubuh secara overdrive membombardir
paru dengan sel-sel kekebalan dalam upaya untuk memperbaiki jaringan paru. Ketika respons ini aktif,
sel-sel kekebalan tubuh dapat bereaksi berlebihan dan merusak jaringan yang sehat. Ini juga dapat
memperburuk gejala fisik.

Fase III : Kerusakan paru mulai berlanjut, sangat mirip dengan perkembangan penyakit SARS. Pada
kasus COVID-19 yang parah, terjadi ARDS pasien membutuhkan ventilator di ICU (kematian dan sembuh
dengan kerusakan paru).

Peradangan di paru membuat alveolus dan kapiler lebih mudah tembus oleh vertikel yang bdapat mengisi
paru dengan cairan dan mempengaruhi kemampuan untuk memenuhi suply okisgen dalam darah.
Kegagalan organ (pernapasan, kardiovaskuler, fungsi hati, koagulasi/pembekuan darah, ginjal dan fungsi
neurologis)
Gejala

Individu dengan COVID-19 dapat hadir dengan penyakit seperti flu dan
infeksi saluran pernapasan yang menunjukkan demam (89%) batuk
(68%), kelelahan (38%), produksi dahak (34%) dan / atau sesak napas
(19%).

Spektrum keparahan penyakit berkisar dari infeksi tanpa gejala atau


penyakit saluran pernapasan atas ringan hingga pneumonia virus berat
dengan kegagalan pernapasan dan / atau kematian.

Laporan saat ini memperkirakan bahwa 80% kasus tidak menunjukkan


gejala atau ringan; 15% kasus parah (infeksi membutuhkan oksigen); dan
5% sangat penting yang membutuhkan ventilasi dan penunjang
kehidupan.

foto thoraks (pneumonia bilateral), computed tomography (CT scan) paru


(bintik-bintik dan opacity/buram). Ultrasonografi paru-paru menemukan
distribusi multi-lobar B lines dan konsolidasi paru difus.

Thomas et al. (2020)


Pasien covid yang dirawat di rumah sakit

 Tingkat kematian saat ini adalah 3 sampai 5%, dengan laporan baru
hingga 9%,

 Tingkat masuk ke unit perawatan intensif (ICU) sekitar 5%.

 Sekitar 42% pasien yang dirawat di rumah sakit akan membutuhkan


terapi oksigen.

 Berdasarkan data yang muncul, individu dengan risiko tertinggi terkena


penyakit COVID-19 parah yang membutuhkan rawat inap dan / atau
dukungan ICU adalah mereka yang lebih tua, pria, memiliki setidaknya
satu penyakit

 komorbiditas yang ada bersama, lebih tinggi tingkat keparahan skor


penyakit (diukur melalui skor SOFA), peningkatan kadar D-dimer dan /
atau limfositopenia

Thomas et al. (2020)


fisioterapi covid-19

Fisioterapis respirasi yang terlibat di bangsal dan ICU untuk


penanganan pasien covid-19.
Tujuan :

Mengurangi/memperbaiki gejala respirasi


- pembersihan jalan napas
- mengurangi/menghilangkan sesak napas
- batuk tidak efektif

Rehabilitasi fisik (pasien disertai komorbid multipel)


- mempertahankan/meningkatkan kebugaran
- mempertahankan/meningkatkan independensi
- mencegah/memperbaiki resiko tirah baring lama di ICU
Assesment fisioterapi pada kasus covid
19
(rawat inap ODP,PDP & terkonfirmasi positif covid 19)

I. IDENTITAS:
 Memberi salam dan memperkenalkan diri
 Pakai APD (masker, kacamata)
Tanya identitas: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan dan hobi

II. SUBJEKTIF
Menginformasikan ke pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
dan minta izin melakukan pemeriksaan
Cuci tangan pakai APD (masker, kacamata, sarung tangan, celemek)

Anamnesis :
Keluhan pasien :
1. Demam, batuk kering (kadang-kadang berdahak), sulit bernapas(sesak
napas) keluhan awal
2. Nyeri dada, nyeri kepala, nyeri otot, lemas, nafsu makan berkurang, diare,
kadang batuk darah keluhan tambahan
Lanjutan

Riwayat: berpergian ke wilayah/negara yang terjangkit wabah covid 19,


kontak dengan orang yang diduga covid 19

Riwayat komorbiditas: Kanker, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit


paru sebelumnya, DM, HIV DLL

Riwayat sosial : kebiasaan merokok, penyalahgunaan narkoba, konsumsi


alkohol, kebiasaan bergadang DLL

Kemampuan ambulasi(duduk, berdiri, jalan DLL)

III. OBJEKTIF
Vital sign:
Kesadaran : composmentis / penurunan kesadaran
TD : hipotensi ≤ (95/65-140/95)mmHg
Nadi : Takikardi >100x/menit
Usia Takipnea Normal
 RR : >2 bulan ≥ 60x/menit 30-60 x / menit
2-11 bulan ≥ 50x/menit 30-50 x / menit
1-5 tahun ≥ 40x/menit 20-40 x / menit
Dewasa ≥ 30x/menit 12-20 x / menit

 Suhu : ≥38°c (normal 35,5-37,5)°c


 Saturasi 0² : <(normal 95-100%)

Inspeksi :
Kepala, mata, mulut, hidung, torak dalam bentuk
normal
Leher, torak dalam bentuk normal
kesulitan bernapas, bingung, sianosis (perhatian
khusus)
Palpasi (paru)
 Tactil premitus meningkat (kemunkinan cairan dan infiltrat
paru)

Perkusi : dulness / redup (infiltrat paru atau udara lebih sedikit)

Auskultasi : suara napas, bronchiovasikuler dan bronchial


terdapat ronchi / roles kadang-kadang wheezing

Pemeriksaan kardiovaskuler : normal


Pemeriksaan abdominal : normal
Pemeriksaan visica urinaria : normal
Pemeriksaan neuromuscular : normal
Pemeriksaan ektremitas : normal
 Hasil pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi (foto torax, CT scan torak, USG torak). Pada
pneumonia menunjukkan ada consolidasi subsegment, lobar/collaps
paru, infiltrat paru.
EKG untuk irama jantung (teratur/tidak), denyut (cepat/lambat),
perubahan struktur otot jantung (pembesaran jantung), suplai
oksigen untuk otot jantung
Pemeriksaan spesimen saluran napas atas (swab tenggorokkan).
Tujuannya untuk konfirmasi covid 19
Pemeriksaan saluran napas bawah (sputum bilasan bronkus)
tujuannya untuk mengetahui terinfeksi virus/patogen lainnya
Pemeriksaan AGD :
Hasil pemeriksaan laboratorium darah & urine (sepsis):

 Koagulasi darah(trombositopenia)
 Pemeriksaan fungsi lever (bilirubin)
 Leukosit
 Laktat
 Ginjal (keluaran urine dan kreatinin
 DLL
PROBLEM FISIOTERAPI :
Adalah informasi data umum, subjektif dan objektif yang
akan dianalisis secara keseluruhan dan terintegrasi dengan
pengetahuan fisioterapi tentang perjalanan penyakit.
Ditemukan problem sebagai berikut:

 Sesak napas : Borg scale modifikasi (skala intensitas


dyspnoea) Skala threshold dyspnoea (MRC, ATS)
 Retensi sputum
 Gangguan pertukaran gas (peningkatan PaCO2 dan
penurunan PaO2)
 Gangguan pola napas
 Low endurance?
Intervensi
 Positioning/relaxasi:
-Mengurangi sesak napas/efisiensi
pernapasan
-Mengurangi nyeri otot
-Memperbaiki fungsi diafragma
-Meningkatkan transportasi/suplai oksigen
(Hough, 2001 pp 149 & Dean, 2002 hal 143)
 Control Breathing
-Mengembalikan pola napas
-Mengurangi kerja otot pernapasan
-Memperbaiki volume tidal
(Kisner & Colby 2013).
Positioning & control breathing
Deep breathing

 TUJUAN:
 Memperbaiki ventilasi
 Meningkatkan kerja otot bantu pernapasan
 Membantu mengurangi / mencegah retensi
sputum
 Meningkatkan volume dan kapasitas paru

 TEKNIK:
 Tarik napas dalam 4 detik.
 Tahan napas sampai 2 detik
 Biarkan udara keluar dengan lembut.
 Ulangi langkah ini 4 – 5 kali.
 Fisioterapis anda mungkin menyarankan Anda
untuk menggunakan spirometer insentif pada saat
ini.

(Kisner & Colby 2013).


Diafragma breathing
TUJUAN:
• Mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
efisien
• Meningkatkan inflasi alveolar max
• Membantu mengurangi frekuensi
pernapasan
• Memperbaiki pola napas
• Memperbaiki fungsi Diafraghma
• Persiapan batuk
(Solomen and Aaron, 2015)
TEKHNIK:
inspirasi perlahan kembungkan perut dan dada
bawah mengembang terasa penuh, tiup perlahan
dengan mengontraksikan otot abdominal
(Solomen and Aaron, 2015)
DOSIS : Dilakukan 1 menit 6x respirasi dalam waktu 10
menit, dilakukan 3x sehari
(Keerthi et al, 2013)
Active Cycle Of Breathing Technique (ACBT)
Pembersihan jalan napas
Memperbaiki ventilasi paru
sumber : Vieira et al., 2014)
EXERCISE TRAINING/TERAPI LATIHAN

Komponen terapi latihan


 Latihan endurans
 Latihan penguatan
 Latihan fleksibilitas
 Latihan otot pernapasan

Tujuan
 Mongontrol dan mengurangi gejala komplikasi
 Optimalisasi status fungsional pasien
 Meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas masyarakat
 Menurunkan biaya perawatan
MONITORING SELAMA LATIHAN

Tekanan Darah Sphygmomanometer (manual atau elektrik)


Denyut nadi Pulse oxymetri
Saturasi Oksigen Pulse oxymetri
Tanda dan gejala Keadaan pasien secara umum, pola napas
Skala BORG Skala usaha, skala sesak, skala kaki pegal
Skala nyeri Numerical rating scale

PERLU DIPERHATIKAN SELAMA TERAPI LATIHAN


GEJALA:
• Pasien ingin berhenti
• Sinkop, ataxia, pusing Sesak yang bertambah berat
• Nyeri dada yang bertambah berat
• Tangan atau kaki terasa dingin

TANDA:
• Desaturasi oksigen dibawah 90% atau penurunan lebihdari 4%
• Penurunan TD diatas 10 mmHg dari pemeriksaan awal saat beban latihan
meningkat
• Skala BORG (skala usaha > 15, skala sesak > 4)
Mobility torak & sit to stand
Mobilisasi aktif / ambulasi
-Mencegah penumpukan sputum
-Mempertahankan/meningkatkan kekuatan otot
-Mempertahankan/meningkatkan ROM
-Mencegah low endurance
(Tiffany J. Dwyer, 2017)

Evaluasi : S O A P (Subjektif , Objektif, Analisis, Planning)

Catatan :
Beberapa prosedur yang dilakukan pada pasien yang diketahui atau diduga
COVID-19 dapat menghasilkan aerosol infeksi. Secara khusus, prosedur yang
cenderung menyebabkan batuk (misalnya, induksi dahak, pengisapan terbuka pada
saluran udara), latihan pernapasan harus dilakukan dengan hati-hati dan dihindari
sebisa mungkin. Jika tekhnik diatas di anggap perlu dan harus di lakukan
sepenuhnya dengan prinsip-prinsip keselamatan dengan prosedur penggunaan
APD dan terapis berada di samping / di belakang pasien
Referensi
 Jennifer A Pryor. S Ammani Prasad. Physicaltherapy for Respiratory and Cardiac
Problems. THIRD EDITION
 Kisner, C & Colby, L.A, 2013. Therapeutic Exercise Fifth Edition, Philadelphia: F.A Davis
Company
 Kojima Hajime, Y. T. (2006). Effectiveness of Cough Exercise and Expiratory Muscle
Training: A Meta-analysis. J. Phys Ther. Sci. Volume 18,5-10
 Kustopoulos, D. (2001). The Manual of Trigger Point and Myofascial Therapy Edision
 Paul McCallion, A. D. (2017). Cough and Bronchiectasis. Pulmonary Pharmacology &
Therapeutics
 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Tahun 2020 PNEUMONIA COVID-19.
 Quizlet. (2018). Bronchial Hygiene Therapy- Directed Cough and Cough Maneuvers
 Solomen, s. & Aaron, p. 2016. Breathing Techniques – A review – 25 differrent types
Breathing Techniques – A review, 1(october 2015)
 WHO Organization. Respiratory Diseases Geneva: WHO Chronic Diseases and Health
Promotion Department of Chronic Respiratory Diseases; 2011. Available from:
http://www.who.int/respiratory/en
 ATS/ERS. Official American Thoracic Society/European Society Statement: Key
Conceptsand Advances in Pulmonary Rehabilitation. Am J Respir Crit Care Med 2013.
p.13-64
 Carlin B. Pulmonary Rehabilitation and Chronic Lung Disease: Opportunities for the
Respiratory Therapist. Respir Care. 2009; 58(4): 1091-9

Anda mungkin juga menyukai