Anda di halaman 1dari 8

AGRARIA DAN EKSPANSI MODAL

DI NUSA TENGGARA
Berbeda dengan Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, aktivitas
ekonomi perkebunan dan pertanian di Nusa Tenggara tidak
semasif di ketiga wilayah tersebut. Kayu cendana dan kopi
adalah dua jenis tanaman penting yang dihasilkan dari
wilayah ini. Adapun jenis tanaman lain sebagai komoditi
ekspor adalah kapas, kakao, dan vanila. Tentang kopi,
terutama kopi manggarai, laba dari tanaman kopi ini dapat
dinikmati petani secara ekonomi pada tahun 1960-an yakni
ketika perdagangan kopi antarpulau mulai memperhitungkan
kopi asal Manggarai ini.
TAHUKAH KAMU
Kepulauan Nusa Tenggara mengalami dua perjumpaan dengan dua kekuasaan
asing yaitu Portugis dan Belanda. Portugis menguasai wilayah bagian timur,
sedangkan Belanda menguasai bagian barat. Selain dua kekuatan asing tersebut,
kekuatan bumiputra seperti Makasar juga menjadi penguasa atas Sumbawa sejak
1618 dan kemudian atas wilayah Manggarai dan Flores.
Ekspansi dan Komoditas Utama
Gerak militer Belanda menguasai Nusa Tenggara pada
awal abad ke-20 diikuti oleh pendirian pemerintahan dan
penandatanganan kontrak (korte venklaring) dengan
penguasa lokal antara 1909 dan 1918. Korte venklaring
antara penguasa lokal dan Belanda menyisakan persoalan
tentang status tana-tanah adat. Sistem adat pertanahan
Nusa Tenggara yang membagi areal persawahan menjadi
beberapa bagian sesuai jumlah komunitas dalam suatu
wilayah adat tentunya bertentangan dengan kepentingan
penguasa Belanda atas tanah ini, yang justru melihatnya
dari sisi ekonomis saja.
Bagi Belanda, ekspansi ke Nusa Tenggara dan pulau
lain penting karena Belanda tetap dapat mengontrol
wilayah takhlukannya sementara para penguasa lokal
atau raja memberikan konsesi perdagangan atau pajak.
Pajak merupakan salah satu cara Belanda untuk
menarik uang dari warga Nusa Tenggara untuk
mengurangi beban anggaran bagi kolonialnya itu. Bagi
yang tidak mapu menbayar pajak diwajibkan kerja
paksa.
Suksesnya ekspansi militer sekaligus ekonomi Belanda ke berbagai
wilayah termasuk Nusa Tenggara hanya berhasil dengan dukungan
teknologi dan strategi militer Belanda, komunitas via telegraf,
dukungan kapal-kapal KPM, serta penandatanganan korte
venklaring. Adapun keberhasilan ekspansi militer terutama setelah
kedatangan Gubernur Jendral Van Heutz, ahli strategi perang aceh.
Pertanian dan Sistem Pertanahan
Penduduk Nusa Tenggara, khususnya mereka yang tinggal
di Manggarai memiliki cara tersendiri dan khas dalam
mengelola atau memanfaatkan lahan pertanian di
wilatahnya dan dilakukan secara adat yang disebut dengan
istilah Lingko. Lingko adalah semua tanah yang dimiliki
oleh satu wa’u yang tinggal di satu golo. Lingko
mempunyai batas alamiah yang jelas seperti kali, selokan,
pohon besar, atau batu besar yang sulit dipindahkan dan
mudah dilhat. Setiap orang mendapat bagian tanah
garapan dalam lingko sesuai statusnya dalam struktur
kekerabatan wa’u Tu’a teno.
Lingko : Tanah ulayat
Wa’u : Keturunan darah yang menurut
garis ayah, klan patrilineal
Golo : Bukit/puncak bukit/pemukiman
Wa’u Tu’a teno : Orang yang
bertanggung jawab membagikan tanah
garapan

Anda mungkin juga menyukai