KUHP:
1. Concursus Idealis (Perbarengan Peraturan) Pasal 63
2. Perbuatan Berlanjut (Delictum Continuatum) Pasal 64
3. Concursus Realis (Perbarengan Perbuatan) Pasal 65
s/d 71
CONCURSUS IDEALIS
Pasal 63 KUHP
(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan
pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di
antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang
dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang
paling berat.
(2) Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana
yang umum, diatur pula dalam aturan pidana yang
khusus, maka hanya yang khusus itulah yang
diterapkan.
Kenapa
harus belum Apabila sudah ada
ada putusan hakim, maka
keputusan masuk dalam katagori
hakim? pengulangan tindak
pidana (Recidive)
SISTEM PEMIDANAAN
DALAM CONCURSUS
CONCURSUS
a.
IDEALIS
Menurut Pasal 63 ayat (1) digunakan Sistem Absorbsi,
yaitu hanya dikenakan satu pidana pokok yang terberat.
b. Dalam hal hanya ada dua pidana pokok sejenis yang
maksimumnya sama, maka Pidana Pokok dg Pidana
Tambahan yang paling berat.
c. Dalam hal dua pilihan antara dua pidana pokok tidak
sejenis, maka penentuan pidana yang terberat didasarkan
pada urutan jenis pidana dalam Pasal 10 KUHP
d. Dalam Pasal 63 ayat (2) diatur ketentuan khusus yang
menyimpang dari prinsip umum dalam Pasal 63 ayat (1).
CONTOH SISTEM PEMIDANAAN
DALAM CONCURSUS IDEALIS
A melakukan perkosaan di tempat umum;
A bisa dijerat dengan Pasal 285 KUHP (Perkosaan) dengan
pidana maks 12 tahun penjara;
A bisa dijerat dengan pasal 281 KUHP (melanggar
kesusilaan di depan umum) dengan pidana maks 2 tahun 8
bulan;
Maka, apabila perbuatan A adalah concursus idealis, A
diancam pidana maks 12 tahun penjara (sistem absorbsi,
pidana yang terberat, lihat ketentuan Pasal 63 ayat (1)
KUHP)
CONTOH SISTEM PEMIDANAAN
DALAM CONCURSUS IDEALIS
B, seorang Ibu yang setelah melahirkan anaknya,
kemudian membunuh anak tersebut;
B dapat dijerat dengan Pasal 338 (pembunuhan) dengan
ancaman maks 15 tahun penjara;
B juga dapat dijerat dengan Pasal 341 (membunuh anak
sendiri) dengan ancaman maks 7 tahun penjara;
Dalam hal ini, B diancam karena telah melakukan Pasal
341 dengan ancaman maks 7 tahun penjara (lihat
ketentuan Pasal 63 ayat (2) KUHP).
PERBUATAN BERLANJUT
a. Menurut Pasal 64 ayat (1) berlaku sistem Absorbsi. Hanya
dikenakan yang pidana pokok terberat.
b. Pasal 64 ayat (2) merupakan ketentuan khusus dalam hal
pemalsuan dan perusakan mata uang.
c. Pasal 64 ayat (3) merupakan ketentuan khusus dalam
hal kejahatan ringan; 364 (pencurian uang), 373
(penggelapan ringan), 379 (penipuan ringan), dan 407 ayat
(1); apabila nilai kerugian total/keseluruhan lebih dari
Rp.250, maka dikenakan aturan kejahatan biasa.
CONTOH SISTEM PEMIDANAAN
DALAM PERBUATAN BERLANJUT
A memiliki persediaan/bahan untuk membuat uang palsu,
kemudian dari bahan tersebut, A membuat uang palsu,
yang kemudian uang palsu tersebut diedarkan;
A dapat dijerat dengan Pasal 250 (memiliki persediaan
untuk meniru/memalsu mata uang), Pasal 244
(meniru/memalsu mata uang), dan Pasal 245
(mengedarkan upal);
Pasal 250 6 tahun penjara
Pasal 244 15 tahun penjara
Pasal 245 15 tahun penjara
Apabila perbuatan A merupakan perbuatan berlanjut, maka
A dikenakan ancaman maksimal 15 tahun penjara
(sistem absorbsi/Pasal 64 ayat (1) KUHP))
CONTOH SISTEM PEMIDANAAN
DALAM PERBUATAN BERLANJUT
B melakukan 2 kali pencurian di sebuah toko yang sama,
dengan nilai kerugian pada pencurian ke-1 sebesar Rp.
2.000.000, sedangkan pada pencurian ke-2 kerugiannya
sebesar Rp. 2.000.000;
Pada pencurian I, B dikenakan Pasal 364 (pencurian
ringan), begitu juga pada pencurian II, dikenakan 364
KUHP (pencurian ringan apabila nilai kerugian di bawah
Rp. 2.500.000,-/lihat Perma No. 2 Tahun 2012);
Dilihat dari total kerugiannya, maka b harus dikenakan
ketentuan Pasal 362 (pencurian), bukan Pasal 364
(pencurian ringan), sehingga ancaman pidana maksimalnya
adalah 5 tahun (dasarnya ada dalam Pasal 64 ayat (3)
KUHP)
Catatan :
Perma No. 2 Tahun 2012, setiap denda dalam KUHP
disesuaikan dengan kondisi sekarang. Beberapa
ketentuannya dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Kata-kata "dua puluh lima rupiah“ dalam Pasal 364, 373,
379, 384, 407 dan 482 KUHP dibaca menjadi Rp
2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah);
2. Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang
diancamkan dalam KUHP, kecuali Pasa 3l3 ayat (1) dan
ayat (2), 303 bis ayat (1) dan ayat (2), dilipatgandakan
menjadi 10.000 (sepuluh ribu) kali.
CONCURSUS REALIS
Untuk pidana yang sejenis berlaku Pasal 65, yaitu jumlah
maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum
pidana terberat ditambah sepertiga. (sistem demikian
dinamakan sistem absorbsi dipertajam)
Untuk pidana yang tidak sejenis, berlaku Pasal 66, yaitu
semua jenis ancaman pidana dijatuhkan, tetapi
jumlahnya tidak boleh lebih dari maksimum pidana
terberat ditambah sepertiga. (sistem demikian dinamakan
sistem kumulasi diperlunak)
CONTOH SISTEM PEMIDANAAN
DALAM CONCURSUS REALIS
Untuk Penjara dan Penjara (Absorbsi dipertajam):
Pada 2012, A melakukan pencurian dengan kekerasan
(Pasal 365 ayat (1) KUHP);
Pada 2015, A melakukan penganiayaan yang
menyebabkan luka berat (Pasal 351 ayat (2) KUHP);
Ps 365 ayat (1) 9 th penjara
Ps 351 ayat (2) 5 th penjara
Pidana yang dijatuhkan adalah 12 tahun penjara, bukan
14 tahun penjara (sistem absorbsi dipertajam/diperberat)