Anda di halaman 1dari 30

Case Report

PENEGAKAN DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN


PENATALAKSANAAN PASIEN LAKI-LAKI USIA 42 TAHUN DENGAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA Frozen Shoulder

Disusun oleh:

Nabil Abdurrahman
1918012040
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021 1
Latar Belakang
3
2
1
Gangguan pada bahu terkait
Content Here
pekerjaan dilaporkan
Pada tahun 2016, sebagai klaim kompensasi
diperoleh data dari LBKP yang sering terjadi atau
Pekerja berisiko terhadap terdapat 144.062 penyakit akibat kerja di
masalah kesehatan yang berbagai pekerjaan dan
kunjungan kasus PAK
disebabkan oleh proses sektor industri. Salah
yang berasal dari 33 satunya yaitu frozen
kerja, lingkungan kerja provinsi kecuali Sulawesi shoulder
serta perilaku kesehatan
Barat
pekerja
Latar Belakang
3
2
1
Content Here Pekerja kuli panggul,
kegiatan yang dilakukan
Terdapat bukti  terpapar dominan mengangkat
Frozen shoulder  kondisi kombinasi ketegangan fisik di beban berat yang sering
peradangan yang tempat kerja seperti kerja bertumpu pada salah satu
menyebabkan fibrosis overhead, angkat beban, serta bahu sehingga berisiko
pada kapsul sendi bekerja dalam postur tubuh
untuk mengalami frozen
glenohumeral disertai yang tidak benar meningkatkan
shoulder
dengan kekakuan yang risiko kejadian frozen shoulder
progresif secara bertahap
dan ROM terbatas
Tujuan dan Metode

TUJUAN • Studi ini merupakan case


Menerapkan pelayanan report. Data primer
kedokteran berdasarkan prinsip diperoleh melalui
kedokteran okupasi, dengan autoanamnesis dan
pemeriksaan fisik. Penilaian
mengidentifikasi bahaya potensial
berdasarkan langkah-
dan risiko pada lingkungan kerja,
serta menentukan hubungannya langkah penegakan
dengan penyakit yang diderita. diagnosis penyakit akibat
kerja
Penentuan diagnosis okupasi
dilakukan berdasarkan langkah-
langkah penegakan diagnosis METODE
penyakit akibat kerja.
Nama : Tn. A
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kuli Panggul Identitas
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kota Karang
Dilakukan secara autoanamnesis

Keluhan utama:
Nyeri pada bahu kiri yang hilang timbul sejak ±3
bulan Anamnesis
Keluhan tambahan:
Kesulitan dalam beraktivitas
Tn. A usia 42 tahun datang dengan keluhan nyeri pada bahu
kiri sejak ±3 bulan yang lalu. Keluhan pertama kali muncul 3
bulan lalu saat pasien sedang memanggul karung beras
sebesar 50 kg yang diletakkan pada bahu kirinya. Saat itu
pasien mengolesi bahunya dengan balsem, beristirahat, dan
keluhan membaik. Selama 3 bulan ini keluhan dirasakan
hilang timbul. Keluhan makin dirasakan ketika ia memanggul
beban yang terlalu berat pada bahu kirinya dan terasa ringan
Anamnesis
ketika beristirahat dan dioles balsem.

2 hari yang lalu setelah pulang kerja pasien merasakan nyeri


pada bahu kiri. Nyeri dirasa makin memberat hingga sulit
untuk mengangkat tangan ke atas. Pasien sudah beristirahat
namun keluhan tidak berkurang. Rasa nyeri tersebut membuat
pasien kesulitan dalam beraktivitas seperti mengangkat
gayung, menyisir rambut bahkan sampai tidak bisa bekerja.
RPD:
• Keluhan seperti ini tidak penah dialami pasien
sebelum bekerja sebagai kuli panggul
• Riwayat trauma atau terjatuh yang mengenai
bahu (-)
• Riwayat tindakan pembedahan pada bahu (-)
Anamnesis

RPK: tidak ada

Riwayat pribadi: jarang melakukan peregangan


di sela sela kerja
Pasien bekerja sebagai kuli panggul di pasar dengan
memanggul barang-barang yang akan di jual, dikirim atau
barang-barang yang baru datang. Pasien bekerja selama 5 - 8
jam setiap hari. Berat beban yang di panggul tidak menentu.
Berat beban dalam sekali memanggul lebih dari 10 kg. Pasien
sudah bekerja selama 5 tahun. Anamnesis
Okupasi
Posisi pasien saat memanggul barang yaitu dengan terlebih
dahulu membungkuk mengambil barang atau mengangkat
kedua tangan terlebih dahulu untuk mengambil barang yang
berada lebih tinggi dari kepala, lalu memanggulnya pada salah
satu bahu, salah satu tangan di angkat ke atas untuk
memegang barang yang dipanggul dan kemudian berjalan
mengantarkan barang tersebut ke tempatnya
Apabila barang berada di dalam mobil truk, posisi pasien
dalam bekerja hanya berdiri menunggu salah satu teman
untuk meletakkan barang di salah satu bahunya, salah
satu tangan di angkat ke atas untuk memegang barang
yang dipanggul, lalu berjalan mengantarkan barang ke
tempat yang akan dituju. Anamnesis
Dalam memanggul barang, pasien hanya menggunakan Okupasi
satu bahu saja dan lebih dominan menggunakan bahu
kiri untuk memanggul. Dalam bekerja juga pasien
terpapar dengan debu dari barang yang di angkut dan
terpapar dengan panas terik matahari.
Bahaya Potensial Fisik: debu dari barang yang
diangkut, panas terik matahari Identifikasi
Bahaya Potensial
Bahaya Potensial Kimia: tidak ada
dan Masalah
Bahaya Potensial Biologi: tidak ada Kesehatan di
Lingkungan
Bahaya Potensial Psikologis: pekerjaan yang berat
dapat menyebabkan stress dan kelelahan pada pasien Kerja
Bahaya Potensial Ergonomi: gerakan berulang
membungkuk, mengangkat kedua tangan untuk
mengambil barang yang berada lebih tinggi dari kepala,
memanggul beban berat pada salah satu bahu
Berdasarkan rincian pekerjaan pasien, diperoleh Hubungan
data bahwa pekerjaan pasien membuat pasien Pekerjaan
sering mengangkat kedua tangan untuk
mengambil barang yang berada lebih tinggi dari dengan Penyakit
kepala, salah satu tangan di angkat ke atas yang Dialami
untuk memegang barang yang dipanggul, dan Pasien
memanggul beban berat pada salah satu bahu
Status Present

KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 kali/menit Pemeriksaan
RR : 18 kali/menit
T : 36,8oC
Fisik
SpO2 : 99%
BB : 62 kg
TB : 168 cm
Status gizi : IMT 21,97 (Normal)
Status Generalis: dalam batas normal

Status lokalis pada shoulder sinistra


• Look warna kulit sama dengan sekitar, bahu tampak
simetris. Pemeriksaan
• Feel (perabaan) tidak ditemukan kalor.
• Move didapatkan ROM aktif maupun pasif pada
Fisik
gerakan fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi,
abduksi, adduksi terdapat keterbatasan gerak dan
nyeri.
Diagnosis Okupasi
Hubungan pajanan
Identifikasi pajanan dengan penyakit
yang dialami
Diagnosis klinis
Content Here Mengambil barang yang
berada lebih tinggi dari
Bahaya potensial ergonomi kepala (pekerjaan overhead)
berupa gerakan berulang dan kelebihan beban pada
mengangkat kedua tangan untuk bahu bisa menyebabkan
mengambil barang yang berada cedera pada tendon dan
lebih tinggi dari kepala, salah satu menyebabkan tendinitis
Frozen shoulder tangan di angkat ke atas untuk yang dapat berkembang
sinistra memegang barang yang menjadi frozen shoulder
dipanggul, dan memanggul beban
berat pada salah satu bahu
Diagnosis Okupasi
Investigasi pajanan
Identifikasi kerentanan non-okupasi
Signifikansi tingkat
pajanan terhadap individu
timbulnya penyakit
Content Here

Pasien tidak ada faktor


Pasien jarang melakukan lain di luar tempat kerja
peregangan pada bahu di yang mempengaruhi
Terdapat hubungan yang sela-sela pekerjaan keluhannya
signifikan antara
Faktor usia pasien
pajanan dengan penyakit
Penetapan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
(PAK)
Diagnosis Okupasi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami frozen shoulder akibat kerja
Non-medikamentosa

• Edukasi mengenai penyakit pasien termasuk


faktor risiko yang berhubungan dengan
pekerjaannya
• Edukasi pasien untuk melakukan pemanasan
terlebih dahulu sebelum bekerja
Penatalaksanaan
• Edukasi untuk menggunakan bahunya secara
bergantian dalam memanggul
• Edukasi untuk melakukan peregangan di sela-sela
bekerja
• Edukasi untuk melakukan program latihan di
rumah yang dilakukan 5 - 6 kali sehari selama 5 –
10 menit
Program Latihan di Rumah
Medikamentosa

• Ibuprofen tablet 3 x 500 mg Penatalaksanaan


• Metilprednisolon 3 x 8 mg
Berhubungan
Pekerjaan dengan
overhead dengan perkembangan
abduksi humeral nyeri dan cedera
pada bahu
Mengangkat Pembahasan
beban >10kg di Mengakibatkan
atas bahu meski risiko nyeri bahu
dalam waktu yang signifikan
singkat
Kelebihan
Cedera pada
beban pada Tendinitis
tendon
bahu
Pembahasan
Frozen shoulder  inflamasi pada kapsul sendi bahu
yang dapat disebabkan oleh tendinitis supraspinatus yang
terlokalisasi, kemudian meluas ke komponen lain dari
rotator cuff, bursa subakromial, dan akhirnya mengenai
ligamen kapsular dan ekstra kapsular.

Bahu memiliki kapsul pelindung berupa jaringan-jaringan


yang saling berhubungan. Kapsul ini melindungi tulang,
ligamen, dan tendon bahu
Ada tiga fase yang tumpang tindih:

• Fase pertama (2 – 9 bulan)  Gejala nyeri


progresif dan meningkat saat bergerak
Gejala Klinis
• Fase 2 (4 - 12 bulan)  gejala pengurangan
Frozen Shoulder
rasa sakit secara bertahap dan ROM terbatas

•Fase 3 (12 – 42) bulan  gejala nyeri


minimal dan perbaikan progresif pada ROM
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium
paling patognomonik dan imaging lebih untuk
 menyingkirkan diagnosis Pemeriksaan
Keterbatasan ROM lain Fisik dan
pasif
Penunjang

Pemeriksaa
Pemeriksaa n
n Fisik Penunjang
Tatalaksana konservatif
NSAID, glukokortikoid oral atau injeksi intra-
articular, dan/atau terapi fisik

Terapi fisik merupakan pengobatan lini pertama


untuk frozen shoulder
Tatalaksana
Penggunaan NSAID atau penggunaan
kortikosteroid yang dikombinasikan dengan terapi
fisik terbukti lebih efektif dibandingan dengan
hanya menggunakan NSAID atau kortikosteroid
saja
1. Bahaya potensial utama di tempat
kerja pasien adalah ergonomi, yaitu
pekerjaan overhead dan kelebihan
beban pada bahu.

2. Berdasarkan anamnesis dan Kesimpulan


pemeriksaan fisik, dilakukan tujuh
langkah penegakan diagnosis okupasi
dan didapatkan pasien mengalami
frozen shoulder sinistra akibat kerja.
Bagi Pasien
1. Melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum bekerja
2. Menggunakan bahunya secara bergantian dalam memanggul
3. Melakukan peregangan di sela-sela bekerja
4. Melakukan pengecekan kesehatan secara rutin

Bagi Pemberi Kerja


5. Menyediakan alat bantu untuk mengangkut barang agar
mengurangi beban kerja kuli panggul
Saran
Bagi Pelaksana Kesehatan
6. Melakukan promosi kesehatan dan edukasi terutama berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja
informal dan formal di lingkungan kerja Puskesmas Rawat
Inap Panjang
7. Melakukan pengecekan kesehatan secara rutin ke kelompok-
kelompok pekerja di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Panjang
1. Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja.
2. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. 2016. Laporan Tahunan
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga.
3. Molen HF, Chiara F, Joost GD, Monique HW, Paul FMK. 2017. Work-
related risk factors for specific shoulder disorders: a systematic review and
meta-analysis. Occup Environ Med 2017;0:1–11.
4. Mezian K, Ryan C, Ke-Vin C. 2020. Frozen Shoulder. Tersedia dari: DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482162/ (Di akses 15 November
2020).
5. Razmjou H, Dragana B, Alicia S. 2017. Adhesive capsulitis in workers with
shoulder injury: prevalence, characteristics and risk factors. Diabetes Manag.
7(2): 218–222.
6. Linaker CH & Bone KW. 2015. Shoulder Disorders and Occupation. Best
Pract Res Clin Rheumatol. 29(3): 405–423.
7. Chan HBY, Pek YP, Choon HH. 2017. Physical therapy in the management
of frozen shoulder. Singapore Med J. 58(12): 685–689.

8. Rhode BA & William SR. 2015. Occupational Risk Factors for Shoulder
Tendon Disorders 2015 Update. MOJ Orthop Rheumatol 3(4): 00104.

9. Linaker CH & Bone KW. 2015. Shoulder Disorders and Occupation. Best
Pract Res Clin Rheumatol. 29(3): 405–423. DAFTAR PUSTAKA

10. Rangan A, Lorna G, Jo G, Peter B, Michael T, et al. 2015. Frozen


Shoulder. Shoulder Elbow. 7(4): 299–307.

11. Cho CH, Ki-Choer B, Du-Han K. 2019. Treatment Strategy for Frozen
Shoulder. Clin Orthop Surg. 11(3): 249-257.
Terima Kasih 
30

Anda mungkin juga menyukai