K
2
DEFINISI
Space-occupying lesion (SOL)
merupakan adanya temuan jaringan
abnormal biasanya disebabkan oleh
penyakit atau trauma. SOL biasanya
kerap disebut malignansi atau tumor,
namun bisa juga dikarenakan oleh sebab
patologi lain seperti abses atau hematom.
Kebingungan
Edema Lokal Hiperemi Infiltrasi leukosit Melunaknya jaringan parenkim Sepsis
pola
edema hidrosefalus
napas
tidak
Peningkatan TIK efektif
Henti napas
Resiko tinggi cidera Perubahan proses pikir
Pemeriksaan X-ray
CT scan atau MRI
Biopsi lesi
Pembedahan (craniotomy)
kemoterapi
Stereotaktik
6.Respons 2. Fungsi
reflex serebral
Pengkajian Sistem
Neuroligis
5.Sistem 3. Saraf
sensorik kranial
4.Sistem
motorik
1. TINGKAT KESADARAN
Menguji Tingkat kesadaran secara kualitatif: Tingkat kesadaran secara kuantitatif, yaitu
Compos Mentis, yaitu kesadaran normal, sadar menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale):
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan Setelah dilakukan scoring, maka dapat
tentang keadaan sekelilingnya. diambil kesimpulan:
Apatis, yaitu kesadaran yang segan untuk
Compos mentis : GCS 15-14
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh
Apatis : GCS 13-12
tak acuh
Somnolen : GCS 11-10
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang,
Delirium : GCS 9-7
tempat, waktu) memberontak, berteriak-teriak,
Soporo coma : GCS 6-4
berhalusinasi, kadang berkhayal Coma : GCS 3
Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal
Stupor (Soporo Koma), yaitu keadaan seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada
respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)
2. Fungsi serebral
Pemeriksaan fungsi
serebral secara ringkas
meliputi pemeriksaan
status mental, fungsi
intelektual, daya pikir,
status emosional,
kemampuan bahasa dan
tanda rangsangan otak
(Kernig’s sign dan
Brudzinksi ).
3. Pemeriksaan Saraf Kranial
4.SISTEM MOTORIK
Inspeksi: Gaya berjalan dan tingkah laku, Simetri tubuh dan
ekstremitas, Kelumpuhan badan dan anggota gerak
Gerakan: Anterofleksi dan dorsofleksi kepala, Elevasi dan
abduksi dari scapula, Ekstensi di sendi siku, Fleksi di sendi siku,
Depresi dan adduksi dari scapula, Fleksi di sendi pergelangan dll
5.Sistem sensorik
Menguji sensasi nyeri
Menguji sensasi panas dan dingin
Sentuhan ringan
Vibrasi/ getaran
6.RESPONS REFLEX
Reflek Gonda
GAMBAR PEMERIKSAAN REFLEK
Reflek bisep Reflek Patella
Reflek trisep
Reflek babinski
KASUS
Klien bernama Ny. DK berumur 58 tahun masuk ke ruang IGD
RSF pada tanggal 30 Oktober 2013 dalam keadaan tidak
sadarkan diri dengan keluhan tiba-tiba terjatuh saat menjemur
pakaian. Saat ini klien telah dipindahkan di ruang HCU lt.IV
dengan diagnosa medis SOL lobus frontal temporal. Saat ini
klien mengalami afasia, penurunan kesadaran dan tirah baring di
tempat tidur. Klien terpasang DC, NGT serta nasal kanul.
No Data fokus Masalah keperawatan
ANALISA DATA
DS: - Gangguan perfusi
1 DO: jaringan serebral
Kesadaran klien somnolen, keadaan klien seperti tertidur lelap, namun ada respon terhadap nyeri
Hasil pengukuran Glasgow Coma Scale (GCS) yaitu E2M3V1 Berhubungan dengan:
Ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama (anisokor) penghentian aliran
Pupil kiri tidak beraksi terhadap cahaya sedangkan pupil kanan bereaksi kuat terhadap cahaya. darah oleh SOL (Space-
Refleks bisep, trisep, patella baik Occupying Lession)
Refleks babinski, chaddok tidak ditemukan pada ekstremitas klien. dibuktikan dengan
Tanda-tanda vital: perubahan tingkat
TD: 139/93 mmHg kesadaran, kehilangan
HR: 90x/menit memori, perubaan
RR: 23x/menit respon motorik /
Suhu: 37,2oC sensori, gelisah dan
Hasil CT scan kepala menunjukkan: perubahan tanda vital
Sol pada lobus frontal temporal
Fasialis (VII): mimik wajah pasien datar, hanya sedikit mengerutkan wajah jika nyeri,
Glossopharingeal dan vagus (IX dan X): Terpasang NGT, reflek menelan minimal, lidah tidak
Hipoglossal (XII): Lidah hanya dapat diam di dasar mulut dan tidak dapat menjulur
IV. Fungsi motorik: Ekstremitas terlihat lemah dan
terkadang bergerak-gerak sendiri selama beberapa
menit
V: Fungsi Sensorik: Pasien merasakan sensasi nyeri dan
sensasi sentuhan saat dikaji reflek babinski dan
chaddok
VI. Pemeriksaan Reflek:
a) Reflek Bisep: (+)
Diagnosa 1:
Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL (Space-Occupying Lession) dibuktikan
dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan
tanda vital
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan selama 5x8 jam, pasien akan dapat:
Meningkatkan status kesadaran dari stupor menjadi somnolen atau bahkan compos mentis.
Pasien akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi dan fungsi motorik dan atau sensorik
Intervensi
Kaji penyebab penurunan perfusi jaringan
Pantau status neurologis menggunakan GCS secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar GCS sebelumnya.
Auskultasi suara napas, perhatikan adanya perubahan dalam pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, atau suara
tambahan yang abnormal)
Kolaborasi analisa gas darah
Kolaborasi pemberian medikasi sesuai indikasi, misalnya; diuretik, antikonvulsan, steroid, dll
Diagnosa 2:
Pola napas tidak efektif b.d ketidakseimbangan perfusi, infeksi bakteri pneumonia
dibuktikan dengan suara napas ronchi, kuku dan konjunctiva sedikit pucat,
diaforesis
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan selama 5x8 jam, pasien akan mengalami:
Irama dan frekuensi napas normal
TD normal
Intervensi
Posisikan klien dengan posisi semifowler
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 8 jam klien bersih dan nyaman, diharapkan:
1. Keluarga mampu menjelaskan kembali perawatan diri yang benar
2. Klien tidak menolak perawatan diri yang dilakukan saat diruangan
3. Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
4. Badan klien bersih, gigi klien bersih,telinga bersih, kulit lembab
Intervensi:
1. Jelaskan pada klien dan keluarga perawatan diri yang benar.
3. Hilangkan dan bersihkan bau, kurangi kekeringan serta sel yang mati denagn cara
perawatan kulit.
4. Rangsang sirkulasi darah, kendorkan otot, buat rasa nyaman dengan cara mandikan
klien.
5. Kurangi nyeri dapat dilakukan dengan cara rawat gigi dan mulut secara teratur
apabila pasien mengalami nyeri pada gigi.
6. Cegah infeksi daerah kepala dengan cara perawatan rambut seperti mencuci,
menyisir atau mencukur rambut
7. Cegah terjadi infeksi dan pertahankan kebersihan daerah vulva dengan cara lakukan
perawatan vulva
CATATAN PERKEMBANGAN
22 OKTOBER 2013
a) Memberikan terapi S: -
Pola napas tidak O:
oksigen pada klien Klien terlihat pasrah saat diberikan positioning, terapi oksigen
efektif b.d menggunakan dan inhalasi
Rebreathing Mask Klien terlihat kesulitan bernapas saat masker oksigen diganti
ketidakseimbangan dengan masker inhalasi
Klien terlihat lemah dan takipnea
perfusi, infeksi bakteri b) Memberikan terapi Namun seteah diberikan terapi inhalasi TTV klien beragsur
inhalasi kepada klien normal
pneumonia dibuktikan TD: 150 mmHg
HR: 100x/menit
dengan suara napas c) Memberikan posisi RR: 24x/menit
semifowler S: 37,5C
ronchi, kuku dan A:
Masalah teratasi sebagian ditandai dengan penurunan RR
konjunctiva sedikit d) Memantau lembar P:
observasi tiap jam Memantau GCS dan TTV tiap jam
pucat, diaforesis Ajak klien berkomunikasi sambil berusaha menanyakan keluhan
klien
Kolaborasi pemantauan AGD (jika perlu)
Pertahankan kondisi monitoring agar tetap bekerja dengan baik
Pertahankan posisi semifowler pada klien
Pertahankan keadekuatan terapi oksigen
Berikan terapi inhalasi
CATATAN PERKEMBANGAN
24 OKTOBER 2013