Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYA
H SIDOARJO

Pajak Penghasilan Umum

Nurafiyatus S (182010200092)
Sherin Faradilla (182010200015)
Imroatul Mutia (182010200228)
Fachrul Fahrobby (182010200524)
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan merupakan suatu pungutan yang berasal


dari penghasilan rakyat yang bersifat resmi sebagai wujud
peran serta rakyat dalam menyokong pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah.
 

2
SIAPA SAJA YANG MENJADI SUBJEK PAJAK PENGHASILAN?

a.) Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu dua belas bulan atau orang pribadi yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
b.) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
c.) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
d.) Bentuk Usaha Tetap (BUT)

3
TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK

1. Kantor perwakilan negara asing 3. Organisasi internasional, syarat :


2. Pejabat perwakilan diplomatik, pejabat a. Indinesia menjadi anggota irganisasi
lain negara asing, dan Orang yang Bekerja tersebut.
dan bertempat tinggal bersama dengan b. Tidak menjalankan usaha untuK
syarat : memperoleh penghasilan dari indonesia,
a. Bukan warga negara indonesia, dan di selain pemberian pinjaman pada
indonesia tidak memperoleh penghasilan penerintah yg dananya dari iuran para
diluar jabatan atau pekerjaannya anggota
b. Negara bersangkutan memberikan 4. Pejabat perwakilan organisasi
perlakuan timbal balik. internasional, syarat :
a. Bukan WNI
b. Tidak menjalankan usaha Untuk
memperoleh penghasilan dari indonesia.

4
DEFINISI KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

Kewajiban pajak subjektif dapat diartikan sebagai kewajiban


pajak yang melekat pada subjeknya dan tidak dapat
dilimpahkan pada orang atau pihak lain.

5
DEFINISI OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Menurut uu PPh pengahsilan yaitu, setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima atau di peroleh Wajib pajak, baik berasal dari indonesia maupun luar
indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.

6
PENGHASILAN TERMASUK OBJEK PAJAK

• Penggantian imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang di


terima termasuk Gaji, upah, tunjangan, komisi, bonus, uang pensiun
• Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan, penghargaan
• Laba usaha
• Keuntungan penjualan atau pengalihan harta
• Penerimaan kembali pembayaran pajak yang di bebankan sebagau biaya
pembayaran tambahan oengembalian pajak
• Bunga Premium, diskonto, Imbalan jaminan pengembalian utang
• Dividen dengan nama dan bentuk apapun. Dividen dari perusahaan
asuransi, pembagian sisa hasil usaha koperasi
• Royaliti atau imbalan atas penggunaan hak
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
• Penerimaan pembayaran berkala
• Keuntungan pembebasan utang, kecuali sampai jumlah Yang di tetapkan
pemerintah

7
PENGHASILAN TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

• Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang di trima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat di bentuk atau di sahkan oleh pemerintah dan du trima oleh
penerima
• Harta hibaan yang di trima oleh keluarga sedarah atau garis keturunan
• Warisan
• Harta setiran tunai oleh badan pengganti saham
• Pengalihan sumbangan dengan pekerjaan atau jasa
• Pembayaran dari perusahaan asuranai kepada orang tua
• Deviden atau bagian laba yang di trima di peroleh persero atau badan usaha milik
daerah
• Iuran yang di trima oleh dana pensiun yang pendirinya telah di sahkan oleh mentri
keuangan
• Penghasilan dari modal yang di tanam oleh dana pensiun sebahagai mana yang di
maksud pada angka 7 dalam bidang tertentu
• Bagai laba yang di trima atau di peroleh anggota dari perserian kimanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham saham persekutuan
8
DEFINISI PENGHASILAN KENA PAJAK

Penghasilan kena pajak (PKP) merupakan “Dasar penentu untuk menghitung


pajak penghasilan”. Penentuan besarnya PKP bagi WP dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dengan mengurungkan penghasilan bruto dengan biaya.

9
DEFINISI PENGHASILAN KENA PAJAK

Menurut RESMI (2017), penghasilan kena pajak dikelompokkan menjadi:

a.) wajib pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran usaha
tertutup
b.) wajib pajak orang pribadi menggunakan norma penghitungan
c.) wajib pajak orang pribadi menyelenggarakan pembukaan
d.) wajib pajak badan dalam negeri menyelenggarakan pembukaan
e.) wajib pajak bentuk usaha tutup
 

10
TARIF PAJAK PENGHASILAN

Presentase tertentu yang digunakan dalam menghitugn PPH disebut


tariff pajak. Tarif pajak penghasilan di Indonesia dikelompokkan
sebagai berikut :
• Norma penghitungan penghasilan neto
• Tariff umum

11
Tariff umum diatur dalam pasal 17 OO PPh, tariff ini dibagi
menjadi dua yaitu :
• Tariff bagi WP OP dalam negeri
Lapisan PKP bagi wajib pajak Orang Pribadi Tarif Pajak Memiliki Tidak Memiliki NPWP (20% lebih tinggi)
NPWP

Sampai dengan Rp 50.000.000 5% 6%

Di atas Rp 50.000.000 – Rp 250.000000 15% 18%

Di atas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25% 30%

Di atas Rp 500.000.000 30% 36%

• WP dalam negeri badan dan bentuk usaha tetap. Tariff PPH bagi WP badan dalam
negeri dan BUT sebesar 25% sesuai dengan UU PPh pasal 17 ayat (2a)
• “sedangkan tariff pajak untuk WP badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka
paling sedikit 40% dari keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek
indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh fasilitas tariff
pajak lebih rendah 5% dari tariff pasal 17 ayat (2b)” (kementerian Sekretariat Negara,
2008)
12
• Berdasarkan Surat Edaran No.SE-66/Pj/2010 tentang penegasan pasal 31E ayat (1)
UU PPh. Penerapan tariff ini dibedakan menjadi :
• WP Badan Dalam Negeri dengan peredaran bruto tidak melebihi jumlah Rp
4.800.000.000, tariff nya yaitu 12,5% (diperoleh dari 50% x 25%).
• Wajib pajak dengan peredaran bruto melebihi Rp 4.800.000.000 dan tidak
melebihi Rp50.000.000.000, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

• Wajib pajak badan dengan peredaran bruto melebihi Rp 50.000.000.000. seluruh


penghasilan kena pajak dikalikan dengan tariff 25%

13
Menghitung Pajak Penghasilan

14
CONTOH KASUS

1. Penghasilan kena pajak Tuan Ismail pada tahun 2018 sebesar Rp 300.000.000. Hitunglah
pajak penghasilan yang terutang Tuan Ismail pada tahun 2018!
Jawab :

5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
10% x Rp 200.000.000 Rp 30.000.000
25% x Rp 50.000.000 Rp. 12.500.000 (+)
PPh yang terutang Rp. 45.000.000

2. Peredaran bruto PT. Sukses dalam tahun 2018 sebesar Rp 4.700.000.000 dengan
penghasilan kena pajak sebesar Rp 700.000.000. hitunglah pajak penghasilan terutang PT.
Sukses !
• Jawab :
• (50% x 25%) x Rp 700.000.000 = Rp. 87.500.000
• Jadi pajak penghasilan terutang PT. Sukses untuk tahun pajak 2018 sebesar Rp
87.500.000

15
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYA
H SIDOARJO

SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai