Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

 Hubungan internasional, diantara negara-negara


didasarkan pada adanya hubungan yang tetap, kebutuhan
negara dan kepentingan bersama, menjadi dasar bagi
keberlangsungan masyarakat internasional.
 Dalam hubungan internasional berbagai tujuan tersebut
diantaranya adalah memperluas hegemoni, meningkatkan
produk perdagangan, ketergantungan kehidupan antar
negara, ancaman yang bersifat kolektif, upaya
menyeragamkan standar dan lain-lain.
 Berbagai tujuan menjadi dasar dibutuhkannya perjanjian
internasional agar adanya kepastian hukum dalam
menjalankan hubungan internasionalnya.
 Hubungan lintas batas negara pada saat ini menjadi makin kompleks,
tidak hanya dilakukan oleh negara tetapi juga oleh individu dan badan
hukum, menyebabkan definisi perjanjian internasional secara umum sulit
untuk dibedakan.

 Perjanjian sebagai kesepakatan antara dua pihak atau lebih tentang suatu
hal, yang mencerminkan kehendak para pihak.

 Perjanjian Internasional secara umum adalah perjanjian yang bersifat


lintas batas negara atau transnasional, tidak dibedakan antara perjanjian
internasional dan kontrak internasional.

 Hal ini disebabkan tidak dilihat mengenai subyeknya dan karakter


hubungan hukum diantara keduanya.
 Jika dilihat dari subjek dan karakter hubungan dalam perjanjian yang
bersifat internasional setidaknya ada 2 macam:
 Perjanjian internasional antara negara/organisasi internasional (Treaty)
Perjanjian interansional ini subjeknya adalah negara/organisasi internasional
karakter hubunganya adalah bersifat internasional dan tunduk kepada rezim
hukum internasional.
 Kontrak internasional ( Perdata) karena adanya unsur asing (International
Contract)
Kontrak internasional/ Perjanjian Internasional yang bersifat perdata, subjeknya
adalah orang/badan hukum karakter hubunganyan bersifat perdata dan tunduk
kepada rezim hukum nasional tertentu atau berdasarkan pilihan hukum dari
subjeknya, yang mempunyai unsur asing.

 Pembedaan antara Perjanjian Internasional dan Kontrak Internasional


disebabkan oleh adanya pemisahan Hukum Internasional Publik dan
Hukum Perdata Internasional.
 Hukum Perjanjian Internasional, pada saat ini juga mengalami pergeseran
seiring dengan perubahan hukum internasional. Hubungan internasional
yang semakin kompleks mengakibatkan munculnya pelaku-pelaku baru
dalam hukum internasional selain negara, sehingga menyebabkan interaksi
antara pelaku dalam hubungan internasional yang mempunyai elemen
asing semakin meningkat.
 Hubugan hukum dalam perjanjian internasional tidak hanya dibatasi secara
tradisional antara publik dan perdata saja sebab perjanjian antara negara
dengan subjek perdata sudah semakin marak, sepert loan agreement,
Product Sharing Contract dll.
 Perjanjian seperti dikenal dengan Quasi Perdata/ Kontrak Internasional
Berdimensi Publik. Perjanjian Quasi perdata subjeknya adalah negara
dengan badan hukum karakter hubungannya perdata tunduk kepada rezim
hukum berdasarkan pilihan hukum dari subjeknya, yang mempunyai unsur
asing.
 Negara sebagai subjek dalam perjanjian internasional harus dibedakan
secara tegas sebagai iure imperii atau sebagai iure gestionis.
 The Anglo-Iranian Oil Co. 1952 (United Kingdom v. Iran)
1. the jurisdiction only applies to conflict between two states
over signed treaties, corporations cannot be represented
by their home state unless they were parties to a signed
treaty between those states.
2. Reaffirms that corporations do not have international legal
personality
3. ICJ cannot render judgment on cases that are not conflicts
between two states over signed treaties à Convention
signed between Anglo-Persian Oil Co. and the Imperial
Government of Persia must not be considered as treaty
under international law.
Perjanjian Internasinal
(Treaty)
 Hukum Internasional mengatur mengenai Perjanjian
Internasional (Treaty) dalam dua konvensi:
 Vienna Convention on the Law of Treaties, 1969
 Vienna Convention on the Law of Treaties between States and
International Organizations or between International
Organizations, 1986
 Kedua Konvensi di atas setidaknya menjadi rujukan dalam
pembuatan perjanjian internasional.
 Konvensi Wina 1969, walaupun tidak di ratifikasi oleh negara
(spt Indonesia) tetap mengikat negara, karena merupakan
kodifikasi dari hukum kebiasaan Internasional (Lihat Kasus
Sipadan dan Ligitan).
Sumber Hukum Intenasional
 Dalam Pasal 38 (1) ICJ Statute, Sumber Hukum Internasional
adalah:
a) international conventions, …;
b) international custom, …;
c) the general principles of law recognized by civilized nations;
d) subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the
teachings of the most highly qualified publicists of the various
nations, as subsidiary means for the determination of rules of law.

 Begitu pentingnya perjanjian internasional disebutkan lebih


awal dari sumber hukum internasional lainnya. Walaupun
sebenarnya urutan dalam Pasal 38 (1) ICJ Statute ini tidak
menjadikan sumber satu lebih penting atau utama dari yang
lain.
Definisi Perjanjian Internasional
 Sejak dirumuskan dalam Konvesi Wina, definisi perjanjian
Internasional telah menjadi perdebatan sengit, mengingat
hal ini merupakan isu yang sangat kontroversial baik
dalam teori maupun praktik.
 Perjanjian Internasional didefinisikan dalam Konvensi
Wina 1969/1986 sebagai:
“treaty” means an international agreement concluded
between States/international organizations in written form
and governed by international law, whether embodied in a
single instrument or in two or more related instruments and
whatever its particular designation; (Konvensi Wina
1969/1986)
Unsur-unsur dalam
Pengertian Perjanjian Internasional
 An international agreement

Perjanjian Internasional harus mempunyai karakter internasional. Kata ‘treaty’ dalam


konvensi digunakan sebagai terminologi umum. Dalam hukum nasional perjanjian
internasional biasanya dibedakan menjadi berbagai macam kategori. ILC juga menjelaskan
bahwa perjanjian internasional yang dibuat secara informal termasuk kedalam definisi ini.

 Conclude between states/international organizations

Subjek dalam perjanjian ini adalah negara atau organisasi internasional. Perjanjian yang
dilakukan diluar kedua subjek ini bukan merupakan perjanjian internasiona. Sehingga
perjanjian yang dibuat antara negara dan perusahaan multinasonal bukan merupakan
perjanjian internasional(Anglo-Iranian Oil Case)

 In written form

Konvensi Wina hanya berlaku terhadap perjanjian Internasional dalam bentuk tertulis.
Perjanjian Internasional dalam bentuk oral agreement tidak masuk dalam ruang lingkup ini.
Walaupun dalam hukum kebiasaan internasional perjanjian tidak tertulis tetap sebagai
perjanjian internasional. McNair menyatakan bahwa pembatasan dalam Konvensi Wina atas
perjanjian dalam bentuk tertulis bukan meniadakan perjanjian tidak tertulis. (PCIJ, Eastern
Greenland Case & ICK, Nuclear Test Case)
 Governed by international law

“governed by international law” ILC Draft on Commentary on the


Law of Treaties:
 Intended to create obligation and legal relations
There may be agreements whilst concluded between States but create
no obligations and legal relations. They could be in the form of a “joint
Statement”, or “MOU”, depends on the subject-matter and the
intention of the parties.
 … under international law
There may be agreements between States but subject to the local law of
the parties or by a private law system/conflict of law such as
“agreements for the acquisition of premises for a diplomatic mission
or for some purely commercial transaction i.e. loan agreements.
 whether embodied in a single instrument or in two or more related
instruments
Perjanjian Internasional tidak selalu terdiri dari satu dokumen
perjanjian saja, seperti adalah tambahan dokumen berupa additional
protocol, annexes, optional protocol dll, yang mengatur hal-hal
khusus dalam perjanjian utamanya atau mengatur lebih lanjut dari
dokumen utamanya. (Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan
1977, GATT 1994 dan Annexes)
 whatever its particular designation

Perjanjian Internasional mempunyai berbagai macam nomenclatur.


Pada umumnya perjanjian International mempunyai nama yang
berbeda. Perbedaan nama tidak mengurangi hak dan kewajiban para
pihak yang ada dalam perjanjian. Perbedaan hanya terkait dengan
bobot kerjasama yang berbeda tingkatanya dan artinya secara politis.
 “governed by international law” ILC Draft on Commentary
on the Law of Treaties:
 Intended to create obligation and legal relations
There may be agreements whilst concluded between States but
create no obligations and legal relations. They could be in the
form of a “joint Statement”, or “MOU”, depends on the subject-
matter and the intention of the parties.
 … under international law
There may be agreements between States but subject to the local
law of the parties or by a private law system/conflict of law such
as “agreements for the acquisition of premises for a diplomatic
mission or for some purely commercial transaction i.e. loan
agreements.

Anda mungkin juga menyukai