Anda di halaman 1dari 17

Askep trauma

abdomen pada
keperawatan
gawat darurat

Oleh : kelompok 1

Dosen pembimbing :

Reny Chaidir, S.Kep, M.Kep


Anatomi dan fisiologi
Pengertian trauma abdomen

Trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang menyebabkan
perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan
oleh luka tumpul atau tusuk.
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis:
1. Trauma penetrasi : Trauma Tembak, Trauma Tusuk
2. Trauma non-penetrasi atau trauma tumpul : diklasifikasikan ke dalam 3
mekanisme utama, yaitu tenaga kompresi (hantaman), tenaga deselerasi dan
akselerasi.
Klasifikasi trauma abdomen

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :


1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat
menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau
terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
3. Cedera thorak abdomen
Etiologi

Menurut Sjamsuhidayat ,penyebab trauma abdomen adalah sebagai berikut:


Penyebab trauma penetrasi
– Luka akibat terkena tembakan
– Luka akibat tikaman benda tajam
– Luka akibat tusukan

Penyebab trauma non-penetrasi


– Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
– Hancur (tertabrak mobil)
– Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
– Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga.
Patofisiologi trauma abdomen

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan
obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena
terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Continue…

Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.
Manifestasi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:
a. Nyeri Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian
yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
c. Cairan atau udara dibawah diafragma Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.
Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh kehilangan
darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
e. Adanya darah
Penderita akan merasa nyeri abdomen, yang dapat bervariasi dari ringan sampai berat. Pada auskultasi
biasanya bising usus menurun, yang buka merupakan pada banyak keadaan lain.
f. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) disebebkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda
awal shock hemoragi.
g. Pecahnya organ berlumen pecahnya gaster, usus halus, kolon akan menimbulkan peritonitis yang
dapat timbul cepat seklai (gaster) atau lebih lambat.
h. Nyeri seluruh abdome pada pemeriksaan mengeluh nyeri seluruh abdomen
i. Auskultasi bisisng usus akan menurun pada auskultasi bising usus.
Pemeriksaan penunjang trauma abdomen

1. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.


2. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus.
3. Plain abdomen foto tegak
4. Pemeriksaan urine rutin Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri
5. VP (Intravenous Pyelogram)
6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
7. Ultrasonografi dan CT Scan
8. Abdominal paracentesis
9. Pemeriksaan laparoskopi
10. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
Komplikasi trauma abdomen

Komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma abdomen adalah
hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah
infeksi. Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma
tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera
iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture
spleen yang muncul kemudian
Penatalaksanaan trauma abdomen

Tindakan keperawatan yang dilakukan tentu mengacu pada ABCDE.


1. Yakinkan airway dan breathing clear.
2. Kaji circulation dan control perdarahan dimana nadi biasanya lemah, kecil, dan cepat
3. Tekanan darah sistolik dan diastole menunjukkan adanya tanda syok hipovolemik, hitung MAP, CRT lebih dari 3 detik maka perlu segera pasang intra venous
line berikan cairan kristaloid Ringer Laktat untuk dewasa pemberian awal 2 liter, dan pada anak 20cc/kgg, bila pada anak sulit pemasangan intra venous line
bisa dilakukan pemberian cairan melalui akses intra oseus tetapi ini dilakukan pada anak yang umurnya kurang dari 6 tahun.
4. Setelah pemberian cairan pertama lihat tanda-tanda vital. Bila sudah pasti ada perdarahan maka kehilangan 1 cc darah harus diganti dengan 9cairan
kristaloid 3 cc atau bila kehilangan darah 1 cc maka diganti dengan darah 1 cc (sejumlah perdarahan).
5. Setelah itu kaji disability dengan menilai tingkat kesadaran klien baik dengan menilai menggunakan skala AVPU: Alert (klien sadar), Verbal (klien berespon
dengan dipanggil namanya), Pain (klien baru berespon dengan menggunakan rangsang nyeri) dan Unrespon (klien tidak berespon baik dengan verbal
ataupun dengan rangsang nyeri).
6. Eksposure dan environment control buka pakaian klien lihat adanya jejas, perdarahan dan bila ada perdarahan perlu segera ditangani bisa dengan balut
tekan atau segera untuk masuk ke kamar operasi untuk dilakukan laparotomy eksplorasi.
Continue…

7. Secondary survey dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian secara head totoe, dan observasi hemodinamik klien setiap 15 – 30 menit
sekali meliputi tanda-tanda vital (TD,Nadi, Respirasi), selanjutnya bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan observasi setiap 1 jam
sekali.
8. Pasang cateter untuk menilai output cairan, terapi cairan yang diberikan dan tentu saja hal penting lainnya adalah untuk melihat adanya
perdarahan pada urine.
9. Pasien dipuasakan dan dipasang NGT (Nasogastrik tube) untuk membersihkan perdarahan saluran cerna, meminimalkan resiko mual
dan aspirasi, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat dilakukan lavage.
10. Observasi status mental, vomitus, nausea, rigid/kaku/, bising usus, urin output setiap 15 – 30 menit sekali. Catat dan laporkan segera
bila terjadi perubahan secra cepat seperti tanda-tanda peritonitis dan perdarahan.
11. Jelaskan keadaan penyakit dan prosedur perawatan pada pasien bila memungkinkan atau kepada penanggung jawab pasien hal ini
dimungkinkan untuk meminimalkan tingkat kecemasan klien dan keluarga.
12. Kolaborasi pemasangan Central Venous Pressure (CVP) untuk melihat status hidrasi klien, pemberian antibiotika, analgesic dan tindakan
pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung pada diagnosis seperti laboratorium (AGD, hematology, PT,APTT, hitung jenis leukosit
dll), pemeriksaan radiology dan bila perlu kolaborasikan setelah pasti untuk tindakan operasi laparatomi eksplorasi.
Evidence based trauma abdomen

1. Relaksasi benson
Relaksasi benson merupakan relaksasi menggunakan teknik pernapasan yang biasa digunakan dirumah sakit pada pasien
yang sedang mengalami nyeri atau mengalami kecemasan. Serta adanya pengyakinan yang kuat untuk menyakinkan pasien
sehingga mengurangi kecemasan pada pasien. Kelebiahan teknik ini yaitu mudah dilakukan dan tidak menimbulkan efek
samping.
2. laparotomy
prosedur medis yang bertujuan untuk membuka dinding perut agar dapat memiliki akses ke organ perut yang
memerlukan tindakan tertentu atau sebagai prosedur diagnostic. Laparotomi dilakukan dengan cara membuat sayatan besar
pada area sekitar perut pasien yang didahului dengan pemberian anestesi.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi merupakan factor yang menonjol dalam mempercepat penyembuhan atau pemulihan luka pasca bedah serta
optimalnya fungsi pernafasan. Mobilisasi akan mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolism tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ
organ vital pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN

A. PENGKAJIAN
1. Primary survey 2. Secondary survey
Terdiri dari :
Terdiri dari : a. anamnesis
a. airway b. pemeriksaan fisik
c. pemeriksaan laboratoium
b. breathing d. pemeriksaan radiologis
c. circulation
d. disability
e. exposure
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang
NO TUJUAN INTERVENSI

1 Tujuan: Setelah diberikan tindakan Mandiri


keperawatan diharapkan volume cairan  Kaji tanda-tanda vital.
tidak mengalami kekurangan.  Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan
vitamin
Kriteria hasil:  Kaji tetesan infus.
 Intake dan output seimbang
 Turgor kulit baik Kolaborasi :
 Perdarahan (-)  Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
 Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur.
 Pemberian tranfusi darah.

2 Tujuan: setelah diberikan tindakan Mandiri


keperawatan diharapkan nyeri dapat  Kaji karakteristik nyeri.
hilang atau terkontrol.  Beri posisi semi fowler.
 Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Kriteria hasil:  Managemant lingkungan yang nyaman.
 Skala nyeri 0
 Ekspresi tenang Kolaborasi :
 pemberian analgetik sesuai indikasi.
NO TUJUAN INTERVENSI

3 Tujuan: setelah diberikan tindakan Mandiri


keperawatan diharapkan infeksi tidak  Kaji tanda-tanda infeksi.
terjadi.  Kaji keadaan luka.
 Kaji tanda-tanda vital.
Kriteria hasil:  Lakukan cuci tangan sebelum kntak dengan pasien.
 Tanda-tanda infeksi (-)  Lakukan pencukuran pada area operasi (perut kanan bawah
 Leukosit 5000-10.000 mm3  Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi.
Kolaborasi :
 pemberian antibiotik

4 Tujuan: setelah diberikan tindakan


keperawatan diharapkan nutrisi pasien Mandiri
terpenuhi  Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit
Kriteria hasil: tapi sering dan tawarkan pagi paling sering.
 Nafsu makan meningkat  Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan
 BB Meningkat sesudah makan .
 Klien tidak lemah  Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
 Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak

Anda mungkin juga menyukai