Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN PRODUK

NAMA KELOMPOK :

1. MUHAMMAD RENTA FEBRIAN /19.55.3064


2. MUHAMMAD ARIF RAHMAN B. /19.55.3061
3. DICKY ALDIKA /19.55.3044
Penelitian dan Pengembangan Produk
        Pertama-tama, perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai pengertian Penelitian Produk dan
Pengembangan Produk sehingga dapat dilihat
perbedaannya. Penelitian Produk (Product Research)
mengandung pengertian proses pencarian jenis produk
apa dan produk yang bagaimana dalam rangka
memenuhi selera konsumen. Ada kebutuhan, tetapi
produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut belum
ada, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
menemukan produk yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Sementara, Pengembangan Produk (Product
Development) merupakan proses mengembangkan
produk yang sudah ada dalam rangka meningkatkan
kepuasan konsumen.
  Dariproses Penelitian dan Pengembangan produk, masing-masing, akan
menghasilkan produk "baru". "Baru" dalam arti yang seluas-luasnya,
yaitu baru dalam arti  produk yang ada diubah, baik itu perubahan kecil,
maupun perubahan total, atau baru dalam arti bahwa produk belum
pernah dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan, atau produk belum
pernah dibuat di dalam negeri, atau juga produk belum pernah ada
sebelumnya.

Dalam kontek Manajemen Operasi/Produksi, berdasarkan obyeknya,  


Penelitian dan Pengembangan dikelompokkan menjadi tiga:
Penelitian dan Pengembangan Produk, yang menitikberatkan pada
penemuan dan inovasi produk dalam rangka memenuhi kebutuhan
ataupun meningkatkan kepuasan konsumen.
Penelitian dan Pengembangan Proses, menitikberatkan pada penemuan
dan inovasi cara atau metode processing dalam rangka peningkatan
efisiensi, sehingga pada akhirnya dapat menurunkan biaya.
Penelitian dan Pengembangan Servis Manajemen, menitikberatkan pada
penemuan dan inovasi cara/metode pengumpulan, dokumentasi
processing, dan penyajian data untuk kepentingan pengambilan
keputusan.
Perencanaan Teknis Produk
    Setelah jenis atau macam produk yang akan dibuat telah ditentukan,
kemudian dilakukan perencanaan teknis. Perencanaan teknis   di sini
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1)    Disain Bentuk dan Ukuran


    Beberapa masalah utama dalam mendisain bentuk dan ukuran produk
antara lain:
Identifikasi dan Klasifikasi
Dalam arti luas Identifikasi adalah upaya menentukan ciri-ciri atau
karakteristik (pencirian) segala kegiatan dalam perusahaan, sedangkan
arti sempitnya adalah upaya menentukan ciri-ciri atau karakteristik
(pencirian) bahan/produk. Klasifikasi juga mengandung dua arti, yaitu arti
luas dan arti sempit. Dalam arti luas, klasifikasi adalah upaya
menggolong-golongkan segala fase kegiatan dalam perusahaan, sedang
arti sempit adalah upaya mengkategorikan bahan/produk.
Ada dua sistem pengklasifikasian dalam manajemen operasi/produksi,
yaitu:

Sistem Arbitrasi, yakni pemberian tanda huruf/angka tanpa tanda


pembeda untuk barang yang sejenis tetapi tak serupa.
Sistem Tanda, yakni pemberian tanda huruf/angka dengan tanda
pembeda untuk barang yang sejenis tapi tak serupa. Ada dua macam
sistem tanda, yakni:
Sistem Desimal, yaitu pemberian tanda angka dan angka pembeda untuk
barang yang sejenis tapi tak serupa.
Sistem Mnemonic, yaitu pemberian tanda yang berupa gabungan angka
dan huruf. Angka untuk ukuran barang, dan huruf untuk singkatan
nama barang.
Dasar yang dipakai untuk pengklasifikasian antara lain:

i)    Klasifikasi atas dasar sifat atau karakteristik barang


ii)    Klasifikasi atas dasar kegunaan barang
iii)    Klasifikasi atas dasar tempat atau lokasi barang
disimpan/diperoleh.
Simplifikasi

Arti luas simplifikasi adalah penyederhanaan segala hal yang


berhubungan dengan produksi, sedang arti sempitnya adalah
usaha mengurangi keragaman bahan atau barang yang
diproduksi.

Simplifikasi memberikan dua sisi akibat pada produksi, yaitu


akibat positif dan akibat negatif. Akibat positifnya adalah
memudahkan pembuatan barang-barang karena terbatasnya
macam barang. Proses produksi menjadi sederhana dan
kebutuhan akan bahan juga menjai lebih homogen.
Penyederhanaan macam barang juga memungkinkan untuk
dilakukannya penyederhanaan cara kerja. Sedang akibat negatif
yang mungkin timbul adalah bila simplifikasi dilakukan tidak
berdasarkan suatu perjanjian, baik perjanjian antar produsen
maupun perjanjian antara produsen dan konsumen, maka dapat
menyebabkan jatuhnya perusahaan yang melakukan simplifikasi
karena ditinggal oleh konsumen atau karena terjebak pada
spesialisasi barang yang sudah jenuh di pasar.
Diversifikasi

Diversifikasi di sini diartikan sebagai upaya memperluas macam


barang yang diproduksi. Alasan dilakuknnya diversifikasi antara lain:

Keinginan memperluas usaha.


Menghilangkan atau Mengurangi persaingan atau risiko.
Pengaruh diversifikasi terhadap produksi antara lain:

Diperlukan lebih banyak bahan mentah baik dalam volume maupun


jenis, sehingga diperlukan investasi lebih besar pada persediaan
bahan.
Pengaturan menjadi lebih komplek dalam proses produksi untuk
berbagai macam barang.
Diperlukan tempat yang lebih luas untuk penyimpanan barang jadi
agar pengiriman ke konsumen tepat waktu.
Kebutuhan akan fasilitas alat-alat produksi, mesin-mesin menjadi
lebih besar, akibatnya investasi untuk mesin, peralatan dan tenaga
kerja trampil juga menjadi besar.
Standardisasi

Standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan


ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding baik kuantita,
kualita, maupun nilai hasil karya yang ada. Dalam arti yang luas,
standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan maupun proses.
Beberapa keuntungan atau manfaat standardisasi adalah sebagai
berikut:
Dapat dikuranginya macam bahan baku maupun barang jadi
yang harus ada dalam persediaan.
Dengan adanya standardisasi barang-barang jadi maka
pembuatannya pun menjadi lebih mudah dalam arti tidak perlu
dilakukan penghitungan atau perubahan ukuran, sifat barang setiap
mulai produksi sehingga akan menghemat waktu, tenaga dan modal
Dengan dihematnya waktu pembuatan maka penyerahan barang
jadi ke konsumen akan dapat tepat waktu.
Pengiriman barang tidak akan salah karena barang-barang telah
dikelompokkan terlebih dulu berdasarkan standarnya masing-
masing.
2. Disain Fungsi Produk
 
Disain fungsi dilakukan tidak hanya terbatas pada produk yang
besar dan komplek pembuatannya, tetapi juga pada produk-
produk yang sederhana karena betapa pun sederhana produk
tersebut tetapi bila fungsi produk tersebut tidak dapat
dijalankan maka produk tersebut tidak berguna.
  
        Satu konsep penting dalam mendisain fungsi produk
adalah konsep Reliabilitas Produk yang didefinisikan sebagai
probabilitas produk dapat berfungsi dengan memuaskan selama
periode waktu tertentu di bawah kondisi pemakaian tertentu. Ini
berbeda dengan pengertian kualitas. Diambilkan contoh,
misalnya dikatakan bahwa reliabilitas accu mobil selama 48
minggu adalah 97%. Ini artinya bahwa 97 dari 100 accu mobil
dapat bertahan selama 48 minggu bila pemakaian mobil normal
atau misalnya menempuh jarak 12.000 km per tahun.
Salah satu cara yang biasa digunakan untuk mengukur
reliabilitas produk adalah dengan menghitung Failure Rate,
yaitu dengan mengukur jumlah kerusakan atau kegagalan
per unit per waktu. Secara matematis failure rate dihitung
dengan cara:

 Misalnya, Sebuah perusahaan lampu pijar


memproduksi lampu pijar yang memiliki ketahanan 72 jam
dinyalakan terus menerus tidak akan rusak. Kemudian
diambil 5.000 unit produk lampu pijar untuk diuji
ketahanannya dengan menyalakan selama 72 jam. Ternyata
jumlah lampu pijar yang rusak sebanyak 1.000 unit, maka
tingkat kegagalan produk (failure rate) adalah:
3. Disain Pembuatan Produk

Kadang-kadang apa yang telah tertuang dalam disain


bentuk, ukuran dan fungsi produk tidak dapat dilaksanakan
secara lengkap dalam proses pembuatan. Karenanya perlu
dilakukan revisi-revisi sehingga memungkinkan untuk dibuat.
Disain pembuatan produk akan berhubungan erat dengan
rencana perusahaan tentang pemilihan teknologi dan luas
perusahaan. Berkaitan dengan mesin-mesin atau teknologi
yang digunakan oleh perusahaan, atas dasar sifatnya, mesin-
mesin atau teknologi dapat dikelompokkan menjadi dua yang
masing-masing memiliki ciri-ciri khusus.
Perusahaan yang menggunakan mesin-mesin dan peralatan
produksi yang bersifat khusus. Artinya mesin tertentu untuk
memproduksi produk tertentu. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut:

1. Produk yang dihasilkan dalam jumlah besar


2. Variasi produk yang dihasilkan kecil
3. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
4. Aliran proses produksi dari bahan baku sampai menjadi
produk jadi selalu sama.
5. Mesin-mesin diletakkan atau disusun berdasarkan urutan
proses.
6. Diperlukan karyawan yang memiliki ketrampilan khusus.
7. Mesin-mesin yang digunakan biasanya semi otomat atau
fullotomat.
8. Antar kegiatan memiliki ketergantungan yang tinggi.
Perusahaan yang menggunakan mesin-mesin dan
peralatan produksi yang bersifat umum. Artinya sebuah
mesin dapat dipergunakan untuk memproses beberapa
macam produk. Adapun ciri-ciri penggunaan mesin-mesin
yang bersifat umum adalah sebagai berikut:
1. Produk yang dihasilkan memiliki variasi yang besar
2. Produk yang dihasilkan memiliki berbagai standar karena
memperhatikan permintaan atau pesanan.
3. Pola pelaksanaan produksi atau urutan proses memiliki
variasi yang besar atau tidak selalu sama.
4. Mesin-mesin disusun berdasarkan kesamaan fungsi.
5. Ketergantungan antar kegiatan rendah.
6. Diperlukan kecermatan dalam pengendalian proses.
7. Perencanaan bahan baku lebih komplek.
8. Pemindahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang
jadi dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang
fleksibel.
4. Teknologi dan Luas Perusahaan
        
Setelah disain bentuk, ukuran dan fungsi produk,
kemudian disain pembuatan, selanjutnya adalah pemilihan
teknologi pembuatan. Variabel yang terkait dengan teknologi
antara lain:

1. kegiatan proses produksi


2. penyerapan bahan baku
3. penyerapan tenaga kerja
4. kualitas produk
      
 Dalam pemilihan teknologi perlu juga memperhatikan
luas perusahaan yang direncanakan. Yang dimaksud dengan
luas perusahaan di sini adalah besarnya kapasitas terpasang
dalam suatu perusahaan.
5. Perencanaan Pendahuluan

Perencanaan pendahuluan akan menyangkut beberapa


aspek dan dilakukan dalam beberapa tahap, yakni: Tahap I
Perencanaan Produk, Tahap II Perencanaan Proses, Tahap III
Perencanaan Teknologi, Tahap IV Pelaksanaan Uji-Coba
Produksi dan Evaluasi, Tahap V Pelaksanaan Produksi untuk
pasar. (Hendra Poerwanto G)
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai