Anda di halaman 1dari 20

TEORI TENTANG ADA

ONTOLOGI
PENGERTIAN
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri
dari dua kata yaitu : Ontos : being (ada), dan
Logos : Ilmu. Jadi ontology adalah the theory of
being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada.
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti
baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun
rohani atau abstrak.
suatu ilmu yang mengkaji tentang hakiat dari segala
sesuatu Yang-Ada. Hakikat dalam kajian ontologi
adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu, bukan
keadaan sementara yang selalu berubah-ubah.
Pertanyaan yang utama dalam kajian ontologi adalah
pertanyaan tentang ‘mengada’, dan pertanyaan ini
muncul dari pemahaman tentang kanyataan konkret.
Dengan demikian ontologi menanyakan sesuatu
yang serba tidak dikenal. Andaikan sama sekali tidak
dikenal, mustahillah pernah ada pertanyaan.
ONTOLOGIS DAN METAFISIKA
Ontologi merupakan bagian dari metafisika. Metafisika
mengkaji mengenai realitas atau kenyataan; mengkaji
alam di balik realitas dan menyelidiki hakikat di balik
realitas. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti: apakah sumber dari suatu realitas, apakah Tuhan
ada. Metafisika dapat berarti sebagai usaha untuk
menyelidiki alam yang berada di luar pengalaman atau
menyelidiki suatu hakikat yang berada di balik realitas.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai
kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara
satu dan lainnya.
ONTOLOGI ILMU
1. Ontologis Ilmu artinya apa yang dimaksud
dengan ilmu itu sebenarnya, apa yang ingin
diketahui oleh ilmu sehingga akan diketahui apa
yang menjadi telaahan ilmu.
2. Pertanyaan itu kemudian diuraikan lagi menjadi
Bagaimana ujud hakiki dari objek tersebut? Dan
bagaimana hubungan objek tadi dengan daya
tangkap manusia.
OBJEK ILMU DAN ASUMSI
Objek yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek
yang empiris, yaitu objek yang bisa ditangkap
oleh panca indera. Sebab bukti-bukti yang harus
ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris.
Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti
rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis.
Menurut ilmu, ia boleh meneliti apa saja ;
menurut filsafat akan tergantung filsafat yang
mana dan menurut agama belum tentu bebas.
• Ilmu mempelajari objek yang berupa realitas
dunia fisik. Semakin berkembangnya ilmu, kita
mempelajari bahwa bahwa baik asumsi, hukum
alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau
absolut universal
• Ilmu itu adalah pengetahuan rasional dan empiris.
• Kalau terbukti benar maka berpengaruh
positif, dan kalau berkali-kali dibuktikan maka
akan melahirkan teori dan disebutlah teori
ilmiah
ASUMSI
• Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar
tentang sebuah realitas. Asumsi adalah anggapan
dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat
perhatian penelaahan kita. Mengapa asumsi
diperlukan? Asumsi merupakan pondasi bagi
penyusunan pengetahuan ilmiah. Asumsi
diperlukan dalam pengembangan ilmu.
• Untuk mendapat pengetahuan ini ilmu membuat asumsi
mengenai objek –objek empiris (objek yang dapat
ditangkap oleh panca indera). Dalam mengembangkan
ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai
asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam
dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu
alam ataupun ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam membahas
asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial
mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia.
• Terdapat asumsi yang berbeda-beda mengenai
hukum alam. Asumsi ini menurut kelompok-
kelompok penganut faham berikut ini :
• Deterministik atau Kelompok penganut paham
deterministik menganggap hukum alam ini tunduk
kepada determinisme yaitu bahwa hukum alam
mengikuti pola tertentu. Hukum alam ini diyakini
bersifat universal.
• Pilihan Bebas atau Penganut pilihan bebas
menganggap hukum yang mengatur itu tanpa
sebab karena setiap gejala alam merupakan pilihan
bebas dan tidak terikat kepada hukum alam.
• Probabilistik atau penganut paham ini berada di
antara deterministik dan pilihan bebas. Yang
menyatakan bahwa gejala umum yang universal
itu memang ada, namun berupa peluang.
Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola
tertentu namun kesemuanya itu bersifat
probabilistik.
ASUMSI DALAM ILMU
Ilmu yang paling maju yaitu fisika mempunyai
cakupan objek zat, gerak, ruang, dan waktu.
Menurut newton asumsi terhadap objek ini bersifat
absolut. Sedangkan menurut Einstein yang
didukung temuan terbaru bidang fisika bahwa ke 4
objek tersebut bersifat relatif.
Ilmu ukur yang memakai asumsi Nwetu adalah ilmu
ukur euclid. Sedangkan teori relativitas memerlukan
ilmu ukur lainya yaitu ilmu ukur non-euclid.
• Asumsi dalam ilmu sosial lebih rumit. Masing-
masing ilmu sosial mempunya berbagai asumsi
mengenai manusia. Siapa sebenarnya manusia?
Jawabnya tergantung kepada situasinya : dalam
kegiatan ekonomis maka dia makhluk ekonomi,
dalam politik maka dia political animal, dalam
pendidikan dia homo educandum.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan
asumsi :
1. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan
pengkajian disiplin keilmuan.
Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat
operasional adalah makhluk ekonomis, makhluk sosial,
makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks.
Berdasarkan asumsi-asumsi ini maka dapat dikembangkan
berbagai model, strategi, dan praktek administrasi.
2. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari ‘keadaan
sebagaimana adanya’ bukan ‘bagaimana keadaan yang
seharusnya’.
Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman
manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia,
karena ilmu berfungsi sebagai alat pembantu
manusia dalam menanggulangi masalah-masalah
yang dihadapi manusia sehari-harinya. Ilmu tidak
membahas yang diluar pengalaman manusia
sepeti surga dan neraka

Metode yang digunakan dalam menyusun ilmu


adalah yang telah teruji kebenarannya secara empiris
• Ilmu terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu sosial.
Dan kemudian banyak berkembang menjadi
cabang-cabang ilmu lain yang sangat banyak.
Namun sejauh berkembangnya ilmu tadi, batasan
ilmu akan berhenti sejauh batas pengalaman
manusia. Ilmu tidak mempelajari hal-hal di luar
batas pengalaman manusia seperti hal gaib atau
awal kejadian manusia.
• Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut
berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat
alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu
alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang
kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-
ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam
membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni
ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (the
biological sciences).
• Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang
membentuk alam semesta sedangkan alam
kemudian bercabang lagi menjadi fisika
(mempelajari massa dan energi), kimia
(mempelajari substansi zat), astronomi dan ilmu
bumi. Ilmu-ilmu murni ini kemudian berkembang
menjadi ilmu-ilmu terapan.
Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu
sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam
perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari
proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi
(mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan
kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi
(mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan
manusia berpemerintahan dan bernegara).
• Disamping ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial,
pengetahuan mencakup juga humaniora dan
matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat,
agama, bahasa, dan sejarah. Matematika bukan
merupakan ilmu, melainkan cara berpikir
deduktif. Matematika merupakan sarana berpikir
yang penting sekali dalam kegiatan berbagai
disiplin keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai