Anda di halaman 1dari 45

Pembaharuan Hukum Agaria

Nasional

1
Sejarah Penyusunan UUPA

Sebelum berlakunya UUPA /UU No.5/1960

yang diundangkan tanggal 24 September1960

di Indonesia berlaku beberapa peraturan

hukum yg dibuat oleh pemerintahan jajahan.


2
Berhubung negara Indonesia semenjak proklamasi

pada tgl 17 Agustus 1945 mengalami banyak

cobaan hal tersebut yang

menyebabkan perhatian pemerintah untuk

menciptakan hukum agraria yang baru yang

sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.


3
Ciri Ciri Hukum Agraria
Zaman Penjajahan

1. Hukum Agraria zaman penjajahan bersifat

liberal individualistis, hal ini tentu tidak


sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

4
2. Terdapatnya dualisme hukum agraria, hal ini

sangat bertentangan dengan cita cita bangsa

Indonesia.

3. Dualisme Hukum Agraria tersebut


bertentangan dan menimbulkan berbagai
masalah golongan penduduk Indonesia.

5
Tahap Tahap Usaha Pemerintah
Dalam Menciptakan UUPA

1. Tahap pertama
Berdasarkan Penetapan Presiden RI No.16
tanggal 21 Mei 1948 dibentuk suatu

panitia yang diketuai oleh Sarimin

Ratsodiharjo ( PANITIA AGRARIA JOKJA )


6
Tugas Panitia Jokja

Ialah memberi pertimbangan kepada

pemerintah tentang masalah rancangan dasar


Hukum Tanah yang memuat politik Agraria

Negara Republik Indonesia.

7
Pada tanggal 3 Pebruari 1950 hasil kerja
Panitia Jokja disampaikan kepada pemerintah
dengan memakai nomor surat pengantar
No.22/PA, isinya “ Mengenai Azas Azas yang

akan dijadikan Dasar Dasar dari Hukum


Agraria, antara lain :

8
1. Dilepaskannya Azas Domein dan diakuinya

Hak Ulayat.

2. Didalam peraturannya mencirikan adanya

Hukum Perseorangan yang kuat yaitu

Hak milik yang dapat dibebani dengan

hak tanggungan.
9
3. Supaya diadakan penyelidikan lebih dulu
terhadap peraturan negara lain terutama
negara tetangga sebelum menentukan
apakah orang asing dapat pula mempunyai
hak milik atas tanah.

10
4. Perlu diterapkan luas minimum bagi petani

kecil agar mereka dapat hidup yang wajar

walaupun wajar dalam kesederhanaan.

5. Perlu diterapkan luas maksimal pemilikan

tanah.

11
6. Diusulkan agar menerima saran dari

Sarimin Reksodihardjo tentang lama hak


hak atas tanah tersebut.
7. Perlu diadakannya pencatatan tanah milik
dan pencatatan lainnya.

12
Disebabkan karena panitia jokja tidak sesuai

dengan kehendak zaman maka oleh Presiden


Pantia tersebut dibubarkan dan sekaligus
membentuk panitia baru.

13
2. Tahap Kedua

Berdasarkan Keputusan Presiden No.36


tanggal 19 Maret 1951 dibentuk Panitia baru

juga diketuai oleh Sarimin Ratsodihardjo


dengan wakil Sujarwo dengan anggota para

pejabat dari beberapa kementrian. Panitia

disebut dengan Panitia Jakarta.


14
Kesimpulan Kesimpulan yg diberikan oleh
Panitia Jakarta tgl 9 Juni 1955

1. Mengadakan batas minimum sebagai satu


ide (cita cita ), luas minimum
ditentukan 2 ha

2. Ditentukan pembatasan maksimum 25 ha


untuk satu keluarga.
15
3. Yang dapat memiliki tanah untuk keperluan
pertanian kecil hanya penduduk WNI.

4. Untuk pertanian kecil diterima / disetujui


bentuk hukum, seperti hak milik, hak sewa

dan hak pakai.

5. Hak Ulayat disetujui untuk diatur dengan


suatu UU yang sesuai dengan dasar NRI.
16
3. Tahap Ketiga.

Pada tanggal 14 Januari 1956 dengan keputusan RI


dibubarkan Panitia Jakarta dan sekaligus dibentuk

Panitia baru dg Kepres No.I/1956 yang diberi nama


dengan Panitia Negara Agraria ketua Soewahyo. S,
yang akhirnya panitia tsb dengan Panitia Soewahyo,

yang mempunyai tugas mempersiapkan rancangan

pokok Agraria Nasional.


17
Hasil rancangan yg dikeluarkan
oleh Panitia Soewahyo
pada thn 1957

1.Dihapuskan Azas Domein dan diakuinya


Hak Ulayat, yang harus tunduk kepada

kepentingan umum/negara.

18
2. Azas Domein diganti dengan Hak Kekuasaan

Negara atas dasar ketentuan pasal 30 ayat 3

Undang Undang Sementara.

3. Dualisme Hukum Agraria dihapuskan.

4. Hak Milik hanya boleh dimiliki oleh WNI.

5. Perlu diadakan pendaftaran tanah dan


perencanaan penggunaan tanah.
19
6. Hak hak atas tanah yang terkuat adalah
hak milik yang berfungsi sosial, kemudian
diikuti dengan hak hak lainnya, HGU, HGB
serta Hak Pakai.

7. Perlu diadakan penetapan batas minimum


dan maximum dari tanah yang menjadi
milik seseorang atau badan hukum.
20
Panitia Soewahyo terbentuk berdasarkan
Kepres No I / 1956 dan dibubarkan dengan
Kepres No 97 / 1958 tanggal 6 Mei 1958.

21
Tahap keempat: Rancangan Sunaryo

Rancangan Panitia Soewahyo dengan beberapa

perubahan yg dianjurkan oleh Mentri Agraria

Mr. Soenaryo pada tangal 14 Maret 1958.

Rancangan Soernaryo diterima oleh

Dewan Mentri 1 April 1958, dan diteruskan kepada

DPRGR pada tanggal 24 April 1958 yang diiringi dengan

Amanat Presiden.
22
Rancangan Soenaryo dibicarakan dalam
sidang pleno DPRGR pada tanggal 16
Desember 1958 dan dilengkapi dengan
panitia Had Hoc yg diketuai oleh

Mr Tambunan dan dilengkapi oleh pihak


Agama serta Ketua Mahkamah Agung

Mr. Wirjono Projodikoro.


23
Berhubung dengan berlakunya kembali UUD
1945, dimana rancangan Sunaryo yang
memakai dasar UUDS maka rancangan
Sunaryo ditarik kembali dari DPRGR dengan
surat pejabat Preisden

No; 1532/HK/1960 pada tanggal 23 Mei 1960.

24
Setelah disesuaikan dengan UUD 1945 dalam bentuk
yang lebih sempurna dan lengkap maka diajukanlah
Rancangan UUPA yang baru oleh Mentri Agraria pada
waktu itu Mr. Sajarwo.

Maka rancangan waktu itu terkenal dengan sebutan


Rancangan Sajarwo. Rancangan Sajarwo ini dibawa
dalam sidang kabinet pleno berturut turut tangal 22 Juli
dan tanggal 1 Agustus 1960 dengan memakai amanat
Presiden sebagai pengantar.
25
Dalam sidang Pleno DPRGR pada tanggal 12,13 dan
14 September 1960 maka rancangan Sajarwo
mendapatkan titik berat pembicaraan dalam
pembahasan pembahasan didalam sidang komisi
yang sifatnya tertutup dengan hasil mendapat
KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH
DENGAN DPRGR UNTUK DITERIMA DAN
DISAHKAN NYA UUPA, dalam 3 kali waktu
persidangan tersebut.
26
Hal ini dapat kita simpulkan pada pidato

pengantarnya Mentri Agraria Mr. Sajarwo

dalam sidang pleno pada tanggal

12 September 1960 .

27
Isi kutipan pidatonya :

Dua minggu persis rancangan UU ini melewati


prosedur dari DPRGR yang penuh dengan rintangan
dan kesukaran kesukaran yang kadang kadang
sampai mencapai klimaknya tetapi selalu dijiwai
dengan semangat GORO dan toleransi yang sebesar
besarnya yang membuktikan kebesaran jiwa Saudara
Saudara Yang terhormat :

28
Yang mewakili dari golongan masing masing :

1. Golongan Nasionalis.

2. Golongan Islam.

3. Golongan Kristen Katolik.

4. Golongan Komunis.

5. Golongan Karya.
29
Akhirnya Pada Tanggal

24 September 1960

Diundangkanlah UU No 5/1960

dengan Nama UUPA

( Undang Undang Pokok Agraria ) 30


Dasar Dasar Hukum Agraria
Nasional

1. Adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober


1928 yang menyatakan Bertanah Air Satu.

2. Dalam Lagu Indonesia Raya ( Indonesia

Tanah Airku ).
31
.
3. Dasar Falsafah Negara
Pancasila.

4. Proklamasi Kemerdekaan RI
Pemindahan Kekuasaan
5. Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
( Pasal 33 ayat 3 )

32
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945
Dalam pasal ini kekuasaan yang diberikan

kepada negara atas Bumi,Air yang terkandung


didalamnya meletakan kewajiban kepada negara
untuk mengatur pemilikan dan memimpin

penggunaannya hingga semua tanah diseluruh

wilayah RI dipergunakan sebesar besarnya

untuk kemakmuran rakyat.


33
Hak Menguasai dari Negara/Psl 2 -1 UUPA
Memberi Wewenang untuk :

1. Mengatur dan menyelenggarakan

peruntukan dan penggunaan persediaan


serta pemeliharaan Bumi , Air dan ruang
Angkasa tersebut.
34
.

2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum


antara orang dengan Bumi, Air dan ruang
angkasa.
3. Menentukan dan mengatur hubungan hukum
antara orang dan perbuatan hukum yang
mengenai Bumi. Air dan ruang angkasa.

35
Pasal 5 UUPA

Hukum Agraria yang berlaku atas Bumi,


Air dan ruang Angkasa adalah

Hukum Adat.

36
Hukum Adat

37
Prof.Mr. B.Ter Haar Bzn

Hukum Adat :
Adalah Keputusan keputusan yang
diambil oleh para penguasa atau
pemuka adat.

38
Hukum Adat yang bagaimana ?

39
1. Hukum Adat yang tidak bertentangan

dengan kepentingan nasional.


2. Hukum adat yang tidak bertentangan

dengan sosialisme bangsa Indonesia.


3.Hukum Adat yang tidak bertentangan

dengan peraturan UUPA itu sendiri dan

dan peraturan peraturan lainnya.


40
Hakekat dan Fungsi Hukum Agraria

1. Menjaga keserasian antara alam dengan

manusia.

2. Mengatur dan menjamin seluruh rakyat

untuk memperoleh mamfaat atas tanah

secara merata diseluruh RI.


41
3. Mengatur hak rakyat untuk memamfaatka
sumber sumber kekayaan alam yang ada
berdasarkan kepentingan masing masing.

4. Mengatur segala kewajiban sesuai dengan


segala hak mereka yang berkenaan dengan
tanah dan penggunaannya.
42
5. Untuk memberikan batasan yang jelas
mengenai keaadaan tanah berikut tingkat
hak dan kewajiban peraturan yang harus
diperhatikan oleh para pemegang dan calon

para pemegang hak .

43
l

6. Mengatur hak maximal dan kewajiban yang


harus dipenuhi oleh yang memamfaatkan

tanah.

44
Terima Kasih
• .

45

Anda mungkin juga menyukai