Anda di halaman 1dari 8

Dampak Implementasi

Undang-Undang Anti
Monopoli
DR. MOH.TAUFIK, MH,MM
A. Konglomerasi dan Monopoli
Penting untuk melihat data dan karakter masing-masing kegiatan kelompok usaha sebagai bahan perbandingan,
bak kelompok usaha nonpribumi yang tumbuh sebelum periode kemerdekaan Indonesia seperti Oey Tiong Ham
Concem, kemudian kelompok usaha lokal yangada selah periode kemerdekaan Indonesia baik yang tumbuh sendiri dari
awal seperti kelompok usaha Bakrie, maupun kelompok bisnis yang berdiri atas usaha pengambilalihan dari kelompok
usaha nonpribumi yang telah rumbuh sebelumya seperti kelompok usaha Rajawali Nusantara Indonesia, di samping
masih terdapat juga kelompok usaha yang merupakan tangan-tangan konglomerat asing internasional.
Masing-masing kelompok usaha tersebut tumbuh dan bergerak dengan dipengaruhi oleh kebjakan pemerintah
atau penguasa pada masing-masing periode keberadaannya. Pada basic-nya kebijakan pemerintah atau penguasa
memberikan pengaruh kepada iklim usaha yang terbentuk yang akan menjalankan seleksi dan menentukan
keberlangsungan suatu kelompok usaha.
Kebijakan pemerintah yang tidak tepat, menyebabkan tumbuhnya kelompok usaha yang keropos, mendapatkan
berbagai fasilitas, dan mendapatkan kekuatan pasar secara monopoli yang tidak berlandaskan kekuatan pasar yang
sebenarnya dimiliki serta kualitas produk yang menunjang. Hal ini dialami secara berbeda oleh kelompok usaha asaing
yang membesar karena penguasaan pasar dalam arti yang sebenarnya di dalam bisnis serta kualitas produk. Kebijakan
pemerintah yang tidak tepat juga mengakibatkan gagal terbentuknya kelompok usaha yang sejati yag benar-benar
dilandasi oleh kompetensi dan kemampuan usahanya. Tidak adanya iklim usaha yang kondusif tidak memberikan
kesempatan bagi pelaku usaha atau kelompok usaha yang jujur untuk tumbuh.
B. Dampak Implementasi Undang-Undang Anti Monopoli
1. Implementasi Undang-Undang Anti Monopoli
Dalam kaitannya untuk mempercepat penguatan diri pelaku usaha, suka atau tidak suka bentuk konglomerasi dan
perolehan posisi monopoli sampai batas tertentu dan untuk jangka waktu tertentu merupakan pilihan yang dapat
diterima. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu konglomerasi usaha dan posisi dominan dalam pasar selalu
mendorong terciptanya kekuatan pelaku usaha.
Praktik dunia usaha di negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat, dalam literatur mengmukakan bahwa
pada periode awal pertumbuhan raksasa-raksasa usaha dan timbulnya pengaturan-pengaturan anti monopoli, jelas
menggambarkan bahwa kondisi konglomerasi dan posisi dominan dalam pasar menumbuhkan pelaku-pelaku usaha
untuk menguasai secara curang. Pada periode kekuatan-kekuatan pelaku usaha tersebut mulai mendikte pasar dan
dengan kecurigaan munculnya ketidakwajaran harga, maka pemerintah Amerika Serikat memulai bentuk
pengaturan atas perilaku dalam kegiatan usaha (bisnis).
Pengaturan tersebut ada setelah pelaku usaha Amerika Serikat telah tumbuh menjadi suatu raksasa yang kuat
dari segi bisnis dalam arti sebenarnya. Penumpukan kekayaan, aliansi dan pemusatan jaringan, akses keuangan dan
sebagainya telah terbentuk sedemikian rupa sehingga implementasi peraturan anti monopoli yang bersifat
membatasi bergeraknya mereka tidaklah menimbulkan dampak yang berarti, di samping pesaing-pesaing usaha
negara-negara berkembang belum cukup memiliki kemampuan sebagai kompetitor, kecuali beberapa negara seperti
Jepang, Korea, dan Taiwan.
2. Dampak Negatif
Berlakunya Undang-Undang Anti Monopoli dan komitmen Indonesia atas ketentuan perdagangan bebas GATT,
AFTA, dan sebagainya dengan keikutsertaan menjadi anggota WTO, APEC, dan sebagainya, menyebabkan Indonesia
harus siap menghadapi 2 (dua) pukulan sekaligus yang satu dan lainnya saling melemahkan posisi Indonesia di mata
perdagangan dunia. Kekuatan pelaku usaha Indonesia yang belum sempat menguat dan justru jauh semakin
melemah segera dihadapkan masuknya pelaku usaha multinasional yang mempunyai kekuatan modal jauh lebih
besar beserta jaringan bisnis yang mendunia.
Pelaku usaha multinasional di samping memiliki kekuatan sendiri, juga mempunyai kerja sama dengan sesama
pelaku usaha multinasional. Hampir, segala faktor yang diperlukan untuk memasuki suatu wilayah usaha yang
mereka miliki, kemampuan keuangan, kemampuan manajemen, kemampuan bidang teknologi, jaringan pemasaran
yang cukup luas, kemampuan sumber daya manusia. Yang mereka perlukan hanyalah diberlakukannya wilayah
sasaran bisnis mereka, di mana hal ini relatif dapat dipastikan dalam kerangka waktu yang cukup pendek sampai
tahun 2010.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Anti Monopoli ini, akan dapat menutup kemungkina bagi pelaku
usaha Indonesia untuk secara cepat memperkuat dan memperbesar bisnis sehingga pada waktunya siap
menghadapi kekuatan pelaku usaha meltinasional yang segera akan memasuki dunia usaha Indonesia.
3. Peraturan Undang-Undang Anti Monopoli
Hambatan-hambatan yang terjadi karena faktor persaingan tidak sehat menyebabkan pelaku usaha yang baik tidak
dapat memasuki pasar secara terbuka. Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, telah ditetapkan badan yang berwenang melaksanakan pengawasan sekaligus
melakukan eksekusi jika terjadi pelanggaran terhdap Undang-Undang Anti Monopoli ini. Kedudukan badan ini
adalah sebagai lembaga pemerintah, karenanya keanggotaan badan tersebut harus mendapat persetujuan DPR. Hal
ini dalam rangka mendudukan independensinya sebaik mungkin.
Suatu undang-undang larangan larangan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat yangefektif, merupakan
syarat mutlak (absolute prerequisite) bagi berjalannya ekonomi pasar. Undang-Undang No.5 Tahun 1999
melarangperjanjian yang menghambat persaingan, peyalahgunaan kekuasaan monopoli, dan gabungan anatara
perusahaan-perusahaan besar yang menguasai pasar, maka dapat dikatakan bahwa undang-undang tersebut
menjamin akses ke pasar bagi semua pihak, serta kebebasan dalam mengambil keputusannya secara terbatas.
4. Komisi Independen
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dapat melarang perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat dan berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
(Pasal 43 dan 47). Atas putusan komisi tersebut dapat dimintakan banding kepada Pengadilan Negeri. Apabila
keputusan Pengadilan Negeri itu tidak diterima maka dapat dimohokan kasasi kepada Mahkamah Agung RI.
Komisi Pnegawas Persaingan Usaha dalam melakukan kegiatannya, dapat melihat kombinasi 2 (dua) aspek
pendekatan yang mendasar yaitu :
a. Pendekatan struktur pasar, dan
b. Pendekatan pelaku pasar.
Mengenai pendekatan struktur pasar, artinya melalui kedua pendekatan tersebut bukti-bukti dari kedua aspek
tersebut dapat menjadi bahan analisis Undang-Undang No.5 Tahun 1999 yang dilakukan pelh pelaku usaha,
sehingga menyebabkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Aspek struktur ini juga dapat
dilihat dari tingkat penguasaan pasar atas barang atau jasa tertentu dijadikan bahan analisis yang pertama, apakah
pelaku cebderung melakukan pelanggaran hukum persaingan usaha yang tidak sehat.
Pendekatan Kedua adalah aspect conduct of business yang berarti Komisi harus melihat apakah tindakan yang
dilakukan oleh pelaku usaha sampai bisnisnya berjalan besar dilakukan dengan melanggar undang-undang atau
tidak. Semangat undang-undang dapat dilihat bahwa proses untuk menjadi besar tercipta karena perusahaannya
efisien, inovatif, dan bisa menciptakan barang atau jasa yang terbaik kualitasnya untuk masyarakat dengan harga
bersaing.
Dalam aspek perilaku ini ditelusuri berbagai bentuk praktik yang tidak lazim dilihat dari standar persaingan yang
sehat dan jujur. Berbagai tindakan dan upaya secara tidak sehat untuk menyingkirkan pelaku ussaha lain (misal
trust, kartel, penetapan harga, diskriminasi harga, embagian wilayah, dan lainnya) dapat dikategorikan sebagai
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Pendekatan komisi terhadap praktik-praktik persaingan yang
tidak sehat ini dilihat dari dua jenis rumusan pasal-pasal yang memperlihatkan :
a. Asas per-se-ilegal, dan
b. Asas rule of person.

Asas per-se-ilegal adalh suatu prinsip untuk melihat apakah tang dilakukan oleh pelaku usaha dalam memulai
bisnis sampai berjalannya bisnis tersebut dilakukan dengan cara bertentangan dengan substansi dalam pasal-pasal
Undang-Undang Anti Monopoli atau ilegal. Dalam konsepsi asal per-se-ilegal, substansinya dapat terlihat kepada
berbagai bentuk perjanjian atau kegiatan yang dilanggar, misalnya penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, dan
lainnya. Yang kedua adalah hukum sebab akibat, dimana tindakan pelaku usaha secara langsung maupun tidak
langsung telah berakibat merugikan pelaku usaha lainnya dan/atau masyarakat konsumen pada umumnya.
Kehadiran Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, merupakan salah satu titik terang yang diharapkan mampu mewujudkan iklim persaingan usaha yang sehat
dan lebih beradab, meskipun masih terdapat kelemahan-kelemahan dan ketidakjelasan mengenai pengertian
dan/atau substansi undang-undang tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai