Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

”A”
DENGAN UROLITHIASIS
PRE DAN POST PIELOLITIHOTOMY
OLEH: Okta Novianti
NIM: (D3KP1800543)
BAB I
LATAR BELAKANG
Batu saluran kemih masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling sering
terjadi pada bagian urologi di dunia,termsuk di Indonesia (Trisnawati & Jumenah,
2018).
Kejadian batu saluran kemih di Amerika serikat dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan
sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini,di
Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%
(Liu et.al.,2018). Di jepang kejadian batu saluran kemih sebesar 7 % dan di tawan
9,8%,sedang di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
memperlihatkan peningkatan yaitu dari 6,9% ditahun 2013 menjadi 8,9% ditahun 2018
(Silla, 2019). Pasien batu saluran kemih terbanyak pada kelompok usia 46-60 tahun
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 33:29 dengan domisili terbanyak Jawa
Timur dan keluhan utama nyeri pinggang(Kurniawan, et.al.,2019).
BAB II
 Definisi Urolithiasis
Urolithiasis berasal dari bahasa Yunani Ouron, “urin” dan Lithos, “batu” (Ram,
Moteriya and Chanda, 2015).
Batu saluran kemih adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Brunner & Suddarth, 2016).
Menurut Prabowo & Pranata (2014) istilah penyumbatan batu bedasarkan letak
batu antara lain :
 Nefrolirhia sis disebut sebagai batu pada ginjal,
 Ureterolithiasis disebut batu pada ureter,
 Vesikolirhiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli,
 Uretrolithiasis disebut sebagai batu pada ureter
ETIOLOGI
Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
 Faktor dari dalam (intrinsik),
 Faktor dari luar (ekstrinsik)
Berapa penyebab lain adalah :
 Infeksi saluran kemih
 Stasis obstruksi urine
 Suhu
 Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)
PATIFISIOLOGI
Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter paling mungkin tersangkut
pada satu dari tiga lokasi berikut
a).Sambungan ureteropelvik;
b).Titik ureter menyilang pembuluh darah iliaka dan
c).Sambungan ureterovesika.
Perjalanan batu dari ginjal ke saluran kemih sampai dalam kondisi statis menjadi
modal awal dari pengambilan keputusan untuk tindakan pengangkatan batu
TANDA DAN GEJALA
 Nyeri
 Gangguan miksi
 Hematuria
 Mual dan muntah
 Demam
 Distensi vesiksika urinaria
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Brunner & Suddarth (2016) diagnosis batu saluran kemih dapat
ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan seperti:
 Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam
urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total.
 Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu
 Kultur dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin(bacteriuria).
 Foto polos abdomen
 Intra Vena Pielografi (lVP)
 Ultrasonografi (USG)
KOMPLIKASI
 Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih
adalah :
 Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
 Infeksi
 Gangguan fungsi ginjal
BAB III
TINJUAN KASUS
 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. “A”
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 11 Juli 1980 (41 tahun)
Jenis kelamin : Laki – laki
Pekerjaan : PNS
Tanggal masuk RS : Rabu, 5 Mei 2021
Diagnosa medis : Urolithiasis
 Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri sekali pada pinggang kanan bagian belakang,
cenut – cenut, sekala 6 (Sedang), hilang timbul, durasi nyeri : 3 menit, kadang
muncul saat berkemih namun kadang dalam keadaan biasa nyeri juga muncul.
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI
PRIORITAS
Pre op
 Retensi Urine b.d Sumbatan Saluran Perkemihan
 Nyeri Akut b.d Agens Cedera Biologis
 Defisien Pengetahuan b.d Kurang Informasi tentang Penyakit Batu Ginjal
Post op
 Nyeri Akut b.d Agens Cedera Fisik
 Resiko Infeksi Area Pembedahan b.d Prosedur Invasive (Post OP Batu Ginjal)
 Deficit perawatan diri:mandi/berpakaian b.d nyeri akut
Retensi Urine b.d Sumbatan Saluran
Perkemihan
 DO :
 DS : pasien mengatakan nyeri
• pasien tampak melindungi bagian nyeri
P : Batu ginjal
• pasien tampak meringis menahan
Q : Cenut – Cenut nyeri
R:Pinggang kanan belakang • hasil radiologi : tampak gambaran batu
pada Calyx Mayor Ren Dextra
S : 6 (sedang) mendekati kea rah Calyx Minor.
T : Hilang Timbul • TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6oC
Nyeri Akut b.d Agens Cedera Biologis

 DS : Pasien mengatakan nyeri saat BAK,  DO :


pasien sudah mendapat obat pelancar
• saat dipalpasi pada pinggang
kencing, namun kencing belum lancar,
kanan teraba nyri tekan.
belum tuntas, dalam sehari BAK
±500ml/hari, warnanya kekuningan dan • hasil radiologi
kadang ada seperti pasir putih yang (tgl.5/5/21)terlihat gambaran
keluar saat BAK batu pada Calyx Mayor Ren
Dextra mendekati kea rah Calyx
Minor.
• volume urin: ±500 ml
Defisien Pengetahuan b.d Kurang
Informasi tentang Penyakit Batu Ginjal

 DS :  DO :
• Pasien mengatakan pasien • Pasien tampak bertanya –
dan keluarga belum tanya tentang penyakitnya
mengetahui tentang penyakit • Pasien tampak kebingungan
batu ginjal, penyebab dan
saat ditanya tentang
pengobatan
pengobatan, penyakit batu
• Pasien mengatakan cemas ginjal dan penyebab
akan di operasi
Nyeri Akut b.d Agens Cedera Fisik
 DS : pasien mengatakan nyeri  DO :
• Pasien tampak meringis kesakitan
P : Luka bekas OP
• Pasien memperlihatkan gerak terbatas
Q : Cenut – cenut
• Pasien tampak melindungi bagian tubuh
R : Pinggang kanan yang sakit
S : 7 (Berat) • Tampak luka pada pinggang kanan, 11
jahitan
T : Terus Menerus
• Perban tampak basah
• TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
EVALUASI
Evaluasi hasil dari diagnose keperawatan yang evaluasi hasilnya tujuan tercapai ada 3
yaitu:
• Retensi urin berhubungan dengan hambatan saluran perkemihan
• Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
• Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan perawatan rutin pasca operasi.
Evaluasi hasil dari diagnose keperawatan yang evaluasi hasilnya tujuan
tercapai sebagian ada 3 yaitu:
• Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik(post op batu ginjal).
• Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedure invasif (Post OP batu ginjal).
• Deficit perawatan diri: mandi berhubungan dengan nyeri akut (Post OP batu ginjal).
Resiko Infeksi Area Pembedahan b.d
Prosedur Invasive (Post OP Batu Ginjal)
 DS : Pasien mengatakan perban  DO :
terkena air saat diseka oleh istri, • Balutan operasi basah
sehingga perban basah, ada rasa
perih pada bekas lukanya • Tampak terpasang DC ukuran
16.
• Tampak luka pada pinggang
kanan, 11 jahitan
• Luka tampak kemerahan
• Jahitan luka tampak rapat dan
rapi
• Tidak tampak nanah
• Drain 50 ml
Deficit perawatan diri:mandi/berpakaian b.d nyeri akut

 DS:  DO:
• Pasien mengatakan tidak bisa • Kelurga tampak kurang
kekamar mandi karena masih paham cara memandikan
merasa nyeri. pasien dengan benar
• pasien mengatakan saat diseka • perban tampak basah
oleh istri,perban terkena air.
BAB IV
Diagnosa keperawatan ada pada teori Muttaqin dan Sari (2011) dan muncul pada kasus
yaitu:
• Retensi urin berhubungan dengan stimluasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau
uretra, inflamasi atau obstruksi mekanis. 
• Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan perawatan rutin pasca operasi.
• Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi uroteral,
trauma jaringan, pembentukan edema, dan iskemia seluler.
Diagnose keperawatan yang ada pada teori Muttaqin dan Sari (2011) namun tidak muncul
pada kasus yaitu :
• Ansietas berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan infasi diagnostic.
Diagnose keperawatan yang muncul pada kasus namun tidak sesuai dengan teori
Muttaqin dan Sari (2011), yaitu:
• Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (batu ginjal)
• Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedure invasif (Post OP batu
ginjal)
• Deficit perawatan diri: mandi berhubungan dengan nyeri akut (Post OP batu ginjal)
SEKIAN DAN TERIAMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai