Anda di halaman 1dari 151

BARANG & ASET MILIK DAERAH

SERTA ASET TETAP (PSAP 7)


Landasan Hukum

 UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara


 UU No. 1/ 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
 PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
 PP No.38/2008 tentang Perubahan atas PP No.6/2006.
 Permendagri No.13/2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
 Permendagri No.17/2007 tentang Pedoman teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah
 Perpres No.54/2010 Tentang Pengadaan Barang Dan
Jasa
Latar Belakang

 Reformasi bidang keuangan negara termasuk didalamnya


mencakup bidang pengelolaan barang milik / kekayaan
negara.
 UU No.1 /2004  pemerintah wajib melakukan
pengamanan terhadap barang milik negara/daerah.
 Hasil audit BPK terkait aset tetap:
 Data tidak lengkap  jumlah, nilai, kondisi dan status
kepemilikannya.
 Database yang tidak akurat dalam Penyusunan Neraca Pemerintah
 data tidak rekon.
 Tidak ada pengaturan yang memadai dan komprehensif.
 Perbedaan persepsi persepsi dalam hal pengelolaan barang milik
negara / daerah.
UU Keuangan Negara 17/2003

• Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara


yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
• Tugas SKPD 
– Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
– Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya.
– Menyampaikan laporan pertanggungjawaban  Badan Pemeriksa
Keuangan

4
UU Perbendaharaan Negara 1/2004

• Barang Milik Negara/Daerah adalah semua barang yang dibeli atau


diperoleh atas beban APBN/D atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
• Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik negara/daerah.
• Kepala daerah 
– menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik daerah;
– melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.
• Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
negara/daerah adalah hak negara/daerah.

5
UU Perbendaharaan Negara

• Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan


menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya
dengan sebaik-baiknya.
• Penjualan BMN/D dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.
• BMN/D berupa tanah yang dikuasai Pemerintah harus disertifikatkan atas nama
pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.
• BMN/D harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan
secara tertib.
• Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan,
wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/ gubernur/
bupati/walikota untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pemerintahan.
• BMN/D dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas
tagihan kepada Pemerintah.
• BMN/D dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

6
UU Perbendaharaan Negara - Pemindahtanganan

• Barang milik negara/ daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas


pemerintahan tidak dapat dipindahtangankan.
• Pemindahtanganan dilakukan dengan cara jual, dipertukarkan, dihibahkan, atau
disertakan sebagai modal Pemerintah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.
(45)
• Persetujuan DPRD dilakukan untuk
– Pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan, kecuali :
• sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
• harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam
dokumen pelaksanaan anggaran;
• diperuntukkan bagi pegawai negeri;
• diperuntukkan bagi kepentingan umum;
• dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannnya
dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
– pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai
lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
• Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang
bernilai sampai Rp 5.000.000.000,00 dilakukan setelah mendapat persetujuan
gubernur/bupati/walikota.

7
UU Perbendaharaan Negara – Pengelolaan Piutang

• Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah kepada pihak lain  PP


• Pejabat wajib mengusahakan agar piutang diselesaikan seluruhnya dan
tepat waktu.
• Jika tidak dapat diselesaika seluruhnya tepat waktu  diselesaikan
menurut peraturan.
• Piutang negara mempunyai hak mendahului.
• Penyelesaian piutang akibat hubungan keperdataaan dapat dilakukan
melalui perdamaian kecuali yang diatur dalam UU tersendiri.
• Hirarki otorisasi penyelesaian dan penghapusanpiutang  <=10m
Menteri, 10<p<=100 Presiden, >100 DPR. Untuk daerah <=5m Kepala
Daerah, > 5m DPRD.
• Piutang dapat dihapuskan secara mutlak / bersyarat
• Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang diatur dalam PP

8
UU Perbendaharaan Negara – Pengelolaan Utang

• Pemerintah dapat mengadakan utang dari dalam negeri maupun LN sesuai


ketentuan UU / Perda APBD.
• Utang / hibah dapat diteruspinjamkan.
• Biaya proses pengadaan utang dibebankan APBN/D
• Hak tagih utang daluwarsa 5 tahun, kecuali untuk pembayaran kewajiban
bunga dan pokok.
• Tata cara penatauahaan utang diatur dalam PP

9
UU Perbendaharaan Negara – Pengelolaan Investasi

• Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh


manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.
• Investasi dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi
langsung.
• Investasi diatur dengan peraturan pemerintah.
• Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan
negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
• Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan
negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

10
PP 6 TAHUN 2008
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM

PIHAK
TERKAIT BMN/D

Pengelola Kuasa Pengguna


Pengguna barang
barang barang

12
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM

• Definisi BMN/D sesuai dengan UU 1/2004


• Beberapa definisi pihak yang mengelola/menggunakan :
– Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta
melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah.
– Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik negara/daerah.
– Kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang
ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan barang yang
berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya

13
Prinsip Pengelolaan

Prinsip Pengelolaan BMN/D


• Asas fungsional
• Kepastian hukum
• Transparansi dan
keterbukaan
• Efisiensi
• Akuntabilitas
• Kepastian nilai.

14
Definisi BMN/D

• Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau


diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
• Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
• Barang milik negara/daerah meliputi:
– barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D;
– barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;
• hibah/sumbangan atau yang sejenis;
• pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
• berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
• berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

15
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM - PENGELOLAAN

PENGELOLAAN
Pembinaan,
Perencanaan Pengawasan &
Pengendalian
Pengadaan
Penilaian

Penggunaan Pengamanan dan


Penatausahaan Pemanfaatan Pemindah- Pemeliharaan
Penghapusan tanganan
Sewa
Pembukuan Penjualan
Pinjam
Inventarisasi Pakai Tukar
Kerjasama Menukar
Pelaporan Pemanfaatan
Hibah
Bangun
Serah Penyertaan
Guna (BTO) Modal
Pemerintah
Bangun
Guna
Serah (BOT)
16
BARANG MILIK DAERAH
PERMENDAGRI 17 TAHUN 2007

Barang milik daerah adalah semua


barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau perolehan lainnya yang sah.
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM

PIHAK
TERKAIT BMN/D

Pengelola Kuasa Pengguna


Pengguna barang
barang barang
Pengelola barang disebut pengelola Penggunaan barang Kuasa penggunaan
adalah pejabat yang berwenang disebut pengguna adalah barang adalah kepala
dan bertanggung jawab melakukan pejabat pemegang satuan kerja atau pejabat
koordinasi pengelolaan barang. kewenangan penggunaan. yang ditunjuk oleh
pengguna untuk
Satuan Kerja Perangkat menggunakan barang
Daerah disebut SKPD
adalah perangkat daerah Penyimpanan BMD 
selaku pengguna barang. pegawai yang menerima,
Pembantu pengelola disebut menyimpan, dan
disebut pembantu pengelola memgeluarkan barang.
adalah pejabat yang Pengurus BMD  pegawai
bertanggungjawab yang mengurus pemakaian
mengkoordinir penyelenggaraan barang di SKPD
pengelolaan pada SKPD. 18
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM - PENGELOLAAN

PENGELOLAAN
Pembinaan,
Perencanaan Pengawasan &
Pengendalian
Pengadaan
Penilaian

Penggunaan Pengamanan dan


Penatausahaan Pemanfaatan Pemindah- Pemeliharaan
Penghapusan tanganan
Penerimaan, Pembiayaan
penyimpanan dan Sewa
penyaluran; Pembukuan Penjualan
Pinjam
Inventarisasi Pakai Tukar
Kerjasama Menukar Tuntutan Ganti
Pemanfaatan Rugi
Pelaporan Hibah
Bangun
Serah Penyertaan
Guna (BTO) Modal
Bangun Pemerintah
Guna
Serah (BOT)
19
PSAP 07
ASET TETAP
DEFINISI ASET TETAP

 Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa


manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.
 Termasuk : aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan
tetapi dimanfaatkan oleh pihak lain dan hak atas tanah
 Tidak termasuk : aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam
operasi pemerintah (Persediaan)
KLASIFIKASI ASET TETAP

 Tanah
 Peralatan dan Mesin
 Gedung dan Bangunan
 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
 Aset Tetap Lainnya
 Konstruksi dalam Pengerjaan
PENGAKUAN ASET TETAP

 Harus berwujud dan memenuhi kriteria :


 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas;
 Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.

 Telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau


pada saat penguasaannya berpindah
PENGAKUAN ASET TETAP (1-2)

Perolehan aset tetap melalui pembelian atau pembangunan pada


umumnya didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan
mengurangi Kas Umum Negara/Daerah.
Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:
Satuan Kerja
Dr. Belanja Modal Tanah XXX
Cr. Piutang dari KUN XXX
BUN
Dr. Belanja Modal Tanah XXX
Cr. Kas Umum Negara XXX
PENGAKUAN ASET TETAP (2-2)

Jurnal standar pada saat pengakuan suatu aset tetap di neraca adalah
sbb:
Dr. Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Gedung dan Bangunan xxx
Jalan, Irigasi, dan jaringan xxx
Aset Tetap Lainnya xxx
Konstruksi dalam Pengerjaan xxx
Cr. Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
 
Jurnal ini merupakan jurnal korolari atau ikutan pada saat mengakui
belanja modal untuk mengakui penambahan aset tetap yang
bersangkutan.
PENGUKURAN ASET TETAP

 Aset tetap yang diperoleh atau dibangun dinilai


dengan biaya perolehan
 Aset tetap yang tidak diketahui harga
perolehannya disajikan dengan nilai wajar
KOMPONEN BIAYA

• Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga


belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan
setiap biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung

 Biaya persiapan tempat


 Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya
simpan dan bongkar muat (handling cost)
 Biaya pemasangan (instalation cost)
 Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
 Biaya konstruksi
Biaya aset tetap yang dibangun
secara swakelola (1-2)
Biaya Langsung:
• Tenaga kerja
• Bahan baku

Biaya Tidak Langsung:


• Biaya perencanaan dan pengawasan
• Perlengkapan
• Tenaga listrik
• Sewa peralatan
• dll
Biaya aset tetap yang dibangun
secara swakelola (2-2)

 Biaya Administrasi dan biaya umum lainnya bukan


merupakan suatu komponen biaya aset tetap
sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan
secara langsung pada biaya perolehan aset atau
membawa aset ke kondisi kerjanya.
 Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi
serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aset
kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke
kondisi kerjanya.
PENYUSUNAN NERACA AWAL

• Untuk pemerintah yang baru pertama kali akan


menyusun neraca, nilai aset tetap di neraca
menggunakan nilai wajar aset tetap pada saat neraca
tersebut disusun
• Aset tetap yang diperoleh setelah neraca awal disajikan
dinilai dengan harga perolehannya 
• Penambahan aset karena hibah dari pihak lain
• Penambahan aset yang sebelumnya belum dicatat
CONTOH KASUS - PEROLEHAN TANAH

Satuan Kerja A membeli tanah dengan harga Rp30 M,


dimana di atasnya berdiri bangunan senilai Rp10 M. Untuk
membuat tanah tersebut siap digunakan maka harus
dikeluarkan lagi biaya untuk pembongkaran bangunan
sebesar Rp2 M, pematangan tanah Rp1 M, dan balik nama
Rp1 M. Atas transaksi ini nilai tanah yang harus diakui di
neraca adalah sebesar Rp34 M (30+2+1+1)
PEROLEHAN SECARA GABUNGAN

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang


diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan.
CONTOH KASUS PEROLEHAN
SECARA GABUNGAN

Satuan Kerja A membeli 1 set furnitur ruangan rapat yang


terdiri 1 set meja rapat dan lemari buku dengan harga
Rp15 jt. Harga pasar 1 set meja rapat Rp12 jt, sedangkan
1 buah lemari buku Rp8 jt. Atas transaksi ini harga
perolehan 1 set meja dicatat dengan nilai sebesar 12/20 x
15 jt = Rp9 jt, sedangkan lemari buku dengan nilai sebesar
8/20 x 15 jt = Rp 6 jt.
PERTUKARAN ASET (1-2)

Apabila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang


tidak serupa atau aset lainnya, maka aset tetap yang
baru diperoleh tersebut dinilai berdasarkan nilai
wajarnya, yang terdiri atas nilai aset tetap yang lama
ditambah jumlah uang yang harus diserahkan untuk
mendapatkan aset tetap baru tersebut
PERTUKARAN ASET (2-2)

Apabila suatu aset tetap ditukar dengan aset yang serupa,


yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar
yang serupa, atau kepemilikan aset yang serupa, maka
tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam
transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar
nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas.
ASET DONASI

• Aset Tetap yang diperoleh dari sumbangan


(donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar
pada saat perolehan.
ASET BERSEJARAH

 Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau


dikuasai oleh pemerintah yang karena umur dan kondisinya
aset tetap tersebut harus dilindungi oleh peraturan yang
berlaku dari segala macam tindakan yang dapat merusak aset
tetap tersebut
 Diungkapkan dalam CaLK saja tanpa nilai
 Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat
lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, misalnya
untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan
diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN

 Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat


dibedakan menjadi dua:
 Belanja untuk pemeliharaan  untuk mempertahankan kondisi
aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal
 Belanja untuk peningkatan  memberi manfaat ekonomik di
masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas,
masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja
 harus dikapitalisasi
 Kapitalisasi terhadap pengeluaran setelah perolehan dilakukan
dengan memperhatikan kebijakan nilai satuan minimum
kapitalisasi (capitalization thresholds) yang ditetapkan oleh
pemerintah.
PENYUSUTAN

 Penyusutan : penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan


kapasitas dan manfaat dari suatu aset  bukan alokasi biaya
 Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap
dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut
 Jurnal standar untuk penyusutan adalah sbb:
 Dr Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
 Cr Akumulasi Penyusutan xxx
PRASYARAT PENYUSUTAN

 Diketahui nilai buku yang dapat disusutkan


 Identifikasi aset yang nilainya menurun.
 Harus diketahui masa manfaatnya
 Kondisi yang menyebabkan penurunan aset tetap
(misalnya yang mudah obsolet)
METODE PENYUSUTAN

 Metode garis lurus (straight line method); atau


 Metode saldo menurun ganda (double declining
method); atau
 Metode unit produksi (unit of production method)

Pemilihan metode penyusutan tergantung dari sifat dan


karakteristik aset tetap masing-masing
PENILAIAN KEMBALI (REVALUATION)

 Pada umumnya tidak diperkenankan karena SAP menganut


penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga
pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan
berdasarkan ketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional
 Dalam hal terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah
dapat melakukan penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki
agar nilai aset tetap pemerintah yang ada saat ini mencerminkan
nilai wajar sekarang. SAP mengatur bahwa pemerintah dapat
melakukan revaluasi sepanjang revaluasi tersebut dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional
 Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat dibukukan
dalam ekuitas dana pada akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
PENGHENTIAN

Untuk aset tetap yang karena kondisinya atau karena alasan lain
dihentikan dari penggunaan aktif maka aset tetap tersebut
dipindahkan ke pos aset lainnya.

Jurnal standar untuk mencatat transaksi ini adalah sbb:


Dr. Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Cr. Peralatan dan Mesin xxx

Dr. Aset Lainnya xxx


Cr. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx
PELEPASAN

• Suatu aset tetap yang secara permanen dihentikan/dilepas harus


dieliminasi dari neraca dan diungkapkan dalam CaLK
• Jurnal standar untuk mencatat transaksi tersebut adalah sbb:
• Dr. Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
• Cr. Peralatan dan Mesin xxx
PENYAJIAN
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah sebagai berikut:
Aset
Aset Tetap
Tanah xxx
Peralatan dan Mesin xxx
Gedung dan Bangunan xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx
Aset Tetap Lainnya xxx
Konstruksi dalam Pengerjaan xxx
Akumulasi Penyusutan (xxx)
Total Aset Tetap xxx
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Total Ekuitas Dana Investasi xxx
PENGUNGKAPAN

Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap


sbb:
 Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat;
 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan: penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan
perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap lainnya.
 Informasi penyusutan meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan
yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada
awal dan akhir periode.
LAMPIRAN

Nilai aset tetap yang ada dalam neraca merupakan


gabungan dari seluruh aset tetap yang dimiliki atau
dikuasai oleh suatu pemerintah. Apabila pembaca laporan
keuangan ingin mengetahui rincian aset tetap tersebut,
maka laporan keuangan perlu lampiran tentang Daftar
Aset yang terdiri dari nomor kode aset tetap, nama aset
tetap, kuantitas aset tetap, dan nilai aset tetap
AKUNTANSI ASET TETAP
(BULETIN TEKNIS 09)
KLASIFIKASI ASET TETAP

Tanah

Peralatan dan Mesin

Gedung dan Bangunan

Jalan, Irigasi dan jaringan

Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

50
AKUNTANSI TANAH
• Tanah Aset Tetap yang • Mempunyai masa manfaat lebih
diperoleh dengan maksud dari 12 bulan
untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan • Aset telah diterima atau
dalam kondisi siap dipakai. diserahkan hak
kepemilikannya
• Termasuk tanah untuk
Definisi
.
Pengakuan
.
• Didasarkan bukti
gedung, bangunan,
jalan, irigasi, dan kepemilikan yang sah
jaringan
Tanah

• Dasar penilaian
untuk menentukan
• Biaya Perolehan nilai tercatat;
Pengukuran
. .

Pengungkapan
• Rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir
periode
KASUS-KASUS KEPEMILIKAN TANAH
1
Dikuasai dan/atau digunakan  Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
oleh pemerintah namun belum disajikan sebagai aset tetap tanah pada
ada bukti kepemilikan yang sah neraca pemerintah.
 Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
2
Tanah dimiliki oleh pemerintah,  Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
namun dikuasai dan/atau disajikan sebagai aset tetap tanah pada
digunakan oleh pihak lain neraca pemerintah
 Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut dikuasai pihak lain
3
Tanah dimiliki oleh suatu entitas  Dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah, namun dikuasai pemerintah yang mempunyai bukti
dan/atau digunakan oleh entitas kepemilikan, serta diungkapkan di CaLK.
pemerintah yang lain  Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau
menggunakan tanah cukup mengungkapkan
tanah tersebut secara memadai dalam CaLK
4
Perlakuan tanah yang masih
dalam sengketa atau proses = 1 dan 2
pengadilan
TANAH WAKAF

• Tanah yang digunakan/dipakai oleh


instansi pemerintah yang berstatus tanah
wakaf tidak disajikan dan dilaporkan
sebagai aset tetap tanah pada neraca
pemerintah, melainkan cukup diungkapkan
secara memadai pada CaLK.
PERALATAN DAN MESIN
• Mencakup mesin-mesin dan • Terdapat bukti
kendaraan bermotor, alat elektonik, hak/kepemilikan telah
dan seluruh inventaris kantor, dan
peralatan lainnya. berpindah, misalnya ditandai
• Nilainya signifikan dengan berita acara serah
terima pekerjaan, dan
dilengkapi dengan bukti
• Masa manfaatnya Definisi
. Pengakuan
. kepemilikan kendaraan.
>12 bulan dan dalam
kondisi siap pakai.
PERALATAN
DAN MESIN • Dasar penilaian untuk
menentukan nilai
tercatat;
Pengukuran
.
Pengungkapan
.
• Rekonsiliasi awal dan
• Biaya Perolehan akhir periode
Informasi penyusutan  :
nilai, metode, masa manfaat,
serta nilai tercatat bruto
54
54
GEDUNG DAN BANGUNAN
• Gedung dan bangunan
dipakai dalam kegiatan • diterima atau diserahkan
operasional pemerintah
hak kepemilikannya
dan siap dipakai
dan/atau pada saat
• Gedung perkantoran, penguasaannya
rumah dinas, bangunan berpindah serta telah siap
tempat ibadah, bangunan dipakai.
menara, monumen/
Definisi
. Pengakuan
.

bangunan bersejarah,
museum, dan rambu-
rambu. GEDUNG DAN
BANGUNAN
• Dasar penilaian untuk
menentukan nilai
. . tercatat;
• Biaya Perolehan Pengukuran Pengungkapan • Rekonsiliasi awal dan
akhir periode
• Informasi penyusutan : nilai,
metode, masa manfaat, serta
nilai tercatat bruto

55
PEROLEHAN GEDUNG DAN BANGUNAN MELALUI
PEMBELIAN ANGSURAN

 Penyerahan kepemilikan (transfer of title) dapat


dilakukan pada saat perjanjian jual beli ditandatangani
atau pada saat pembayaran terakhir.
 Apabila gedung tersebut langsung dapat dipakai untuk
operasional perkantoran, maka pengakuan gedung dan
bangunan dan sekaligus utang, dilakukan pada saat
penandatanganan perjanjian yang disertai dengan
penyerahan hak pemakaian dan pembayaran uang
muka.
AKUNTANSI JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

• Mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang


dibangun oleh pemerintah serta dimiliki • telah diterima atau diserahkan
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan hak kepemilikannya dan/atau
dalam kondisi siap dipakai. pada saat penguasaannya
• Digunakan dlm kegiatan pemerintah atau berpindah serta telah siap
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. dipakai.
• Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan • Perolehannya pada
jaringan adalah jalan raya, jembatan,
bangunan air, instalasi air bersih, instalasi
Definisi
. Pengakuan
. umumnya dengan
pembangkit listrik, jaringan air minum, pembangunan baik
jaringan listrik, dan jaringan telepon swakelola) maupun
kontrak konstruksi.
JALAN, IRIGASI
DAN JARINGAN
• Dasar penilaian untuk
menentukan nilai
• Biaya perolehan untuk
tercatat;
jalan, irigasi dan jaringan
yang diperoleh melalui
Pengukuran .
Pengungkapan
.
• Rekonsiliasi awal dan
kontrak meliputi biaya akhir periode
perencanaan dan
pengawasan, biaya • Informasi penyusutan : nilai,
perizinan, jasa konsultan, metode, masa manfaat, serta
biaya pengosongan, pajak, nilai tercatat bruto
kontrak konstruksi, dan
pembongkaran.
AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA
• mencakup aset tetap yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam • diakui pada saat Aset
kelompok aset tetap di atas, yang Tetap Lainnya telah
diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah dan diterima atau diserahkan
dalam kondisi siap dipakai. hak kepemilikannya
• Contohnya koleksi dan/atau pada saat
perpustakaan/buku dan
non buku, barang penguasaannya
bercorak Definisi . Pengakuan berpindah serta telah
kesenian/kebudayaan/ .
• 15
olah raga, hewan, ikan, siap dipakai
tanaman.
• Termasuk Aset Tetap-
Renovasi
ASET TETAP
LAINNYA
• Aset Tetap Lainnya dinilai
dengan biaya perolehan. • Dasar penilaian;
Biaya perolehan Aset Pengukuran
. . • Rekonsiliasi jumlah tercatat
Pengungkapan
Tetap Lainnya yang pada awal dan akhir periode
diperoleh melalui kontrak • Informasi penyusutan
meliputi pengeluaran nilai meliputi: nilai, metode, masa
kontrak, biaya manfaat, serta nilai tercatat
perencanaan dan bruto
pengawasan, pajak, serta
biaya perizinan.
AKUNTANSI KDP
• aset-aset yang dalam • Besar kemungkinan bahwa
proses pembangunan. manfaat ekonomi masa yang
akan datang berkaitan dengan
• mencakup ASET TETAP aset tersebut akan diperoleh.
yang proses perolehannya • Biaya perolehan aset tersebut
dan/atau pembangunannya dapat diukur dengan handal.
membutuhkan suatu Definisi • Aset tersebut masih dalam
periode waktu tertentu dan
.
Pengakuan
.

proses pengerjaan.
belum selesai.

KDP
 Rincian kontrak konstruksi
Secara Swakelola, al:
biaya langsung; dalam pengerjaan berikut
biaya tidak langsung;
.
tingkat penyelesaian dan
biaya lain yang secara khusus Pengukuran
.
Pengungkapan jangka waktu penyelesaian
dibayarkan sehubungan konstruksi  Nilai kontrak dan sumber
ybs. pembiayaannya
Secara Kontrak:
Termin yang telah dibayarkan;
 Jumlah biaya yang telah
Kewajiban yang msh harus dibayar; dikeluarkan
Pembayaran klaim kepada  Uang muka kerja yang
kontraktor/pihak ketiga, misalnya klaim diberikan
karena keterlambatan yang disebabkan
oleh pemberi kerja
 Retensi
PENYELESAIAN KDP

 KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang


bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah
selesai dikerjakan dan konstruksi tersebut telah dapat
memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan
 Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu
KDP adalah Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
(BAPP).
PENGHENTIAN KDP
Berita Acara
No. Pembangunan Aset Penyelesaian Pemanfaatan Penyajian
Aset
Pekerjaan (BAPP)
1. Selesai Sudah diperoleh Sudah Aset Tetap
dimanfaatkan
2. Selesai Sudah diperoleh Belum Aset Tetap
dimanfaatkan
3. Selesai Belum diperoleh Sudah KDP
dimanfaatkan
4. Selesai sebagian Belum diperoleh Sebagian sudah KDP
dimanfaatkan
5. Selesai sebagian, karena sebab tertentu (misalnya terkena KDP dapat
bencana alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka dihapuskan
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang
6. Belum selesai BAST sudah ada - KDP
PENGHENTIAN KDP

 Apabila dihentikan pembangunannya untuk sementara


waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam
neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.
 KDP diniatkan untuk dihentikan pembangunannya secara
permanen maka KDP tersebut harus dieliminasi dari
neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
calam CaLK.
PENGUKURAN KDP

 KDP dicatat dengan biaya perolehan.


 Seluruh biaya langsung dan tidak langsung
yang dikeluarkan sampai KDP tersebut siap
untuk digunakan.
RENOVASI ASET TETAP
• Merupakan perbaikan aset tetap dilingkungan satuan kerja pada K/L
yang memenuhi syarat kapitalisasi.
Renovasi • Dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait.
aset tetap
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum
milik sendiri
selesai dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP

• Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan akan


Renovasi dibukukan sebagai aset tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan di
aset tetap neraca sebagai kelompok aset tetap.
bukan milik- • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum
dalam
selesai dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
lingkup
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
entitas
• Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini seyogyanya diserahkan
pelaporan
pada pemilik

• Apabila renovasi telah selesai dilakukan sebelum tanggal pelaporan


Renovasi akan dibukukan sebagai aset tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan
aset tetap di neraca sebagai kelompok aset tetap.
bukan milik- • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum
di luar
selesai dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
lingkup
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
entitas
• Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi ini
pelaporan
seyogyanya diserahkan pada pemilik
REKLASIFIKASI ASET TETAP

 Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif


pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan
harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
 Contoh: Aset Tetap yang rusak berat dan akan
dihapuskan
 Reklasifikasi aset tetap ke aset lainnya dapat
dilakukan sepanjang waktu, tidak tergantung periode
laporan.
ASET TETAP KERJASAMA

• Aset tetap dapat dikerjasamakan dengan pihak lain.


• Dipengaruhi bentuk kontrak, aset diakui jika sudah
diserahterimakan, diberikan penjelasan jika aset
tersebut dalam kerjasama.
• Kerjasama dapat berbentuk pemakaian aset,
pengelolaan operasi bersama atau pengelolaan
entitas.
• Terkait aset  aset tetap,
pengelolaan entitas  investasi
ASET TETAP KERJASAMA
• Bentuk kerjasama:
– BTO  Built Transfer Operate, Bangun Serah Operasi
• Dibangun mitra, setelah selesai aset diserahkan,
• Mitra atau pemerintah mengoperasikan
• Aset diakui saat penyerahan, diberikan klasifikasi khusus aset kerjasama dan dicatat
utang sebesar nilai kini pembayaran di masa depan .
• Setelah kontrak selesai, dikembalikan menjadi aset tetap
– BOT  Built Operate Transfer, Bangun Operasi Serah
• Dibangun mitra, setelah selesai digunakan sampai akhir kontrak, baru diserahkan
• Mitra mengoperasikan, pemerintah mendapatkan pendapatan
• Aset diakui setelah penyerahan,, selama kontrak bangunan tidak diakui, tanah
diklasifikasi aset kerjasama,.
• Setelah kontrak selesai tanah dan bangunan yang diserahkan akan menjadi aset tetap.

dibangun kemudian ditransfer, dioperasikan oleh mitra


BULTEK 05 – AKUNTANSI
PENYUSUTAN

68
PENDAHULUAN
Ketentuan PSAP No. 05:
 Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
 Paragraf 53: “Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap
tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. …”
 Paragraf 54: “Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode
yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang
digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau
kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. …”
 Paragraf 55: “Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya,
penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan
penyesuaian.”
ARTI PENTING PENYUSUTAN

 Memungkinkan pemerintah untuk setiap tahun


memperkirakan sisa manfaat suatu aset tetap yang masih
dapat diharapkan dapat diperoleh dalam masa beberapa
tahun ke depan.
 memungkinkan pemerintah mendapat suatu informasi
tentang keadaan potensi aset yang dimilikinya.
 Memberi informasi kepada pemerintah suatu pendekatan
yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan
berbagai belanja pemeliharaan atau bahkan belanja modal
untuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah
dimiliki.
PENYUSUTAN

• Penyusutan : penyesuaian nilai sehubungan dengan


penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset 
bukan alokasi biaya
• Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh
aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut
• Jurnal standar untuk penyusutan adalah sbb:
Dr Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx Cr
Akumulasi Penyusutan xxx
PRASYARAT PENYUSUTAN

 Diketahui nilai buku yang dapat disusutkan


 Identifikasi aset yang nilainya menurun.
 Harus diketahui masa manfaatnya
 Kondisi yang menyebabkan penurunan aset
tetap (misalnya yang mudah obsolet)
METODE PENYUSUTAN

1. Metode garis lurus (straight line method).


2. Metode saldo menurun ganda (double
declining balance method).
3. Metode unit produksi (unit of production
method).
PROSEDUR PENYUSUTAN

1. Identifikasi Aset Tetap yang Dapat Disusutkan


2. Pengelompokan Aset
3. Penetapan Nilai Aset Tetap yang Wajar
4. Penetapan Nilai yang Dapat Disusutkan
5. Penetapan Metode Penyusutan
6. Perhitungan dan Pencatatan Penyusutan
7. Penyajian Penyusutan
8. Pengungkapkan Penyusutan di dalam Catatan atas
Laporan Keuangan
IDENTIFIKASI AT YANG DISUSUTKAN

N
Daftar Aset Tetap
Daftar
Tanah/KDP Menyusut
Aset Tetap

Disusutkan
Tidak
Disusutkan
PENGELOMPOKAN ASET

• Aset Berkelompok  Disusutkan secara kelompok


• Aset Individual  Disusutkan secara Individual
PENETAPAN NILAI YANG WAJAR

• Sebelum dilakukan penyusutan harus diketahui nilai


wajar suatu aset, atau harga perolehannya.
• Jika belum diketahui nilai wajarnya maka perlu
dilakukan penilaian terlebih dahulu sebagaimana
buletin teknis 01 atau 02.
PENETAPAN NILAI YANG DISUSUTKAN

Seluruh nilai aset tetap menyusut dianggap dapat


disusutkan, tanpa memperhitungkan nilai residu

Seluruh nilai aset tetap menyusut menjadi


Nilai yang dapat disusutkan
PENETAPAN METODE PENYUSUTAN
1. Identifikasi karakteristik fisik aset tetap, kespesifikan dan
keterukuran total unit manfaat potensialnya, dan cara serta
intensitas pemanfaatannya,
2. Jika aset tetap memiliki total unit manfaat potensial (perkiraan
output) maupun jumlah pemanfaatan per periode yang spesifik
dan terukur, maka digunakan penyusutan metode unit produksi;
3. Dalam hal akan menggunakan penyusutan metode unit
produksi, tetapkan perkiraan total output (kapasitas manfaat
potensial normal). Hal ini dapat ditentukan dengan
menggunakan data dari pabrikan atau dengan taksiran pihak
yang berkompeten;
4. Jika aset tetap dinilai tidak memiliki perkiraan total output atau
manfaat potensial maupun jumlah pemanfaatan per periode
yang spesifik dan terukur, tetapi diyakini bahwa cara dan
intensitas pemanfaatannya lebih besar di awal masa manfaat
aset, maka digunakan penyusutan metode saldo menurun
berganda;
PENETAPAN METODE PENYUSUTAN
5. Jika aset tetap tidak memiliki total unit manfaat potensial
maupun jumlah pemanfaatan per periode yang spesifik dan
terukur, dan cara serta intensitas pemanfaatannya sepanjang
masa manfaat aset juga tidak jelas, serta ditambah dengan
keinginan mendapatkan metode penyusutan yang praktis,
digunakan metode penyusutan garis lurus;
6. Dalam hal menggunakan metode penyusutan garis lurus atau
saldo menurun berganda, tetapkan masa manfaat setiap aset
tetap;
7. Walaupun diketahui perkiraan total output atau manfaat aset
tetap seperti dimaksud poin 3) atau penurunan intensitas
pemanfaatan dapat ditentukan seperti dimaksud poin 4),
demi alasan kepraktisan, perhitungan perhitungan dengan
menggunakan metode garis lurus dapat diterapkan;
8. Kebijakan yang berhubungan dengan penyusutan
dicantumkan dalam Kebijakan Akuntansi;
PERHITUNGAN DAN PENCATATAN PENYUSUTAN

Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan dan


pencatatan penyusutan:
• Hitung dan catat porsi penyusutan untuk tahun berjalan
dengan menggunakan rumus untuk metode yang
dipilih/ditetapkan.
• Lakukan perhitungan dan pencatatan penyusutan aset tetap
tersebut secara konsisten sampai pada akhir masa manfaat
aset dengan mendebit akun Diinvestasikan dalam Aset
Tetap dan mengkredit Akumulasi Penyusutan
• Susun Daftar Penyusutan guna memfasilitasi perhitungan
penyusutan tahun-tahun berikutnya.
PENYAJIAN PENYUSUTAN

Tanah 120,000,000,000
Peralatan dan Mesin 4,000,000,000
Gedung dan Bangunan 35,000,000,000
Jalan, Irigasi dan Jaringan 12,758,500,000
Aset tetap lainnya 1,656,000,000
Akumulasi Penyusutan (2,430,000,000)
Nilai Buku Aset 50,984,500,000
Konstruksi dalam Pengerjaan 4,300,000,000
Nilai Aset (Bersih) 175,284,500,000
PENGUNGKAPKAN PENYUSUTAN CALK

Paragraf 79 PSAP 07 menyatakan bahwa informasi


penyusutan yang harus diungkapkan dalam laporan
keuangan adalah :
(1) Nilai penyusutan
(2) Metode penyusutan yang digunakan
(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
(4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada
awal dan akhir periode.
Metode Garis Lurus
Dari Kartu Inventaris Barang (KIB) diketahui:
- Nilai peralatan berupa mesin fotokopi menurut sub buku besar yang telah
sesuai dengan KIB adalah sebesar Rp10.000.000.
- Mesin fotokopi tersebut pertama kali dihitung penyusutannya.
Kondisi aset tetap dalam keadaan baik. Kebijakan Akuntansi mengenai masa
manfaat peralatan dan mesin menetapkan mesin fotokopi tersebut mempunyai
masa manfaat 5 tahun dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.

Perhitungan dan pencatatan penyusutan tahun I s.d. tahun kelima sebagai


berikut:
a. Nilai aset tetap yang dapat disusutkan sebesar Rp10.000.000.
b. Penyusutan tahun pertama adalah Rp10.000.000,00 : 5 = Rp2.000.000.
c. Catatan tahun pertama adalah:
Jurnal untuk mencatat penyusutan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp2.000.000
Akumulasi penyusutan Rp2.000.000
Metode Saldo Menurun Ganda
Dari Kartu Inventaris Barang (KIB) diketahui:
 Nilai peralatan berupa mesin fotokopi menurut sub buku besar yang telah sesuai
dengan
 KIB adalah sebesar Rp10.000.000.
 Mesin fotokopi tersebut pertama kali dihitung penyusutannya.
 Kondisi aset tetap dalam keadaan baik.
 Kebijakan Akuntansi mengenai masa manfaat peralatan dan mesin menetapkan bahwa
mesin fotokopi tersebut mempunyai masa manfaat 5 tahun dan disusutkan dengan
menggunakan metode saldo menurun ganda.

Berdasarkan informasi di atas, perhitungan dan pencatatan penyusutan tahun pertama


hingga kelima adalah sebagai berikut:
1. Nilai aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp10.000.000:
2. Tarif penyusutan dihitung dengan rumus:
1 X 100% X 2
Masa manfaat
Jika masa manfaat 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah:
1 X 100% X 2 = 40%
5
Metode Saldo Menurun Ganda
NILAI PERSENTASE PENYUSUTAN AKUMULASI
TAHUN BUKU PENYUSUTAN PER TAHUN PENYUSUTAN
2 = 2t-1 –
1 5t-1 3 4=2x3 5 = 5t-1 + 4t
0 10,000,000 40% 0 0
1 10,000,000 40% 4,000,000 4,000,000
2 6,000,000 40% 2,400,000 6,400,000
3 3,600,000 40% 1,440,000 7,840,000
4 2,160,000 40% 864,000 8,704,000
5 1,296,000 Pembulatan/penyesuaian 1,296,000 10,000,000
1
Metode Unit Produksi

• Dari Kartu Inventaris Barang (KIB) diketahui:


– Nilai peralatan berupa mesin fotokopi menurut sub buku
besar yang telah sesuai dengan KIB adalah sebesar
Rp12.000.000;
– Mesin fotokopi tersebut pertama kali dihitung
penyusutannya.
• Kondisi aset tetap dalam keadaan baik. Kebijakan Akuntansi
mengenai penyusutan menetapkan metode penyusutan yang
digunakan adalah metode unit produksi.
• Kapasitas produksi normal fotokopi adalah 60.000 lembar
• Produksi fotokopi sampai tahun kelima adalah 60.000 lembar.
• Tarif penyusutan: Nilai yang dapat disusutkan dibagi perkiraan
output 12.000.000,00/60.000 = Rp200 per lembar;
Metode Unit Produksi

1 a. Jumlah produksi tiap tahun selama lima tahun dan besarnya penyusutan per
2 tahun adalah sebagai berikut:
TAHUN PRODUKSI TARIF BESARNYA
PER TAHUN PENYUSUTAN PENYUSUTAN
(lembar)
1 16,000 200 3.200.000
2 9,200 200 1.840.000
3 11,600 200 2.320.000
4 10,700 200 2.140.000
5 12,500 200 2.500.000
Total 60,000 12.000.000
3
Hal-Hal Khusus yang Terkait Penyusutan

A. Penyusutan Pertama Kali


B. Pemanfaatan Aset Tetap yang Sudah Seluruh Nilainya
Disusutkan
C. Penghapusbukuan Aset Tetap
D. Penjualan Aset Tetap yang telah Dihapusbukukan
E. Tukar-menukar Aset Tetap
F. Perbaikan Aset Tetap yang Menambah Masa Manfaat atau
Kapasitas Manfaat
G. Penyusutan atas Aset secara Berkelompok
H. Perhitungan Penyusutan Aset Tetap yang Diperoleh Tengah
Tahun
I. Perubahan Estimasi dan Konsekuensinya
Penyusutan Pertama Kali
• Jika secara umum terhadap aset tetap jenis peralatan dan mesin seperti
mobil ditetapkan memiliki masa manfaat selama lima tahun dan
penyusutannya memakai metode garis lurus, maka pada akhir tahun 2008,
dapat terjadi variasi permasalahan sisa masa manfaat dan masa manfaat
yang sudah disusutkan, seperti berikut:
1
Masa Manfaat yang sudah
dilalui dan yang harus
Sisa Masa Manfaat per
No Saat Perolehan Aset dijadikan dasar
31 Desember 2008
penyusutan per 31
Desember 2008
1 Awal tahun 2003 dan 0 tahun 5 tahun
Sebelumnya
2 Awal tahun 2004 0 tahun 5 tahun
3 Awal tahun 2005 1 tahun 4 tahun
4 Awal tahun 2006 2 tahun 3 tahun
5 Awal tahun 2007 3 tahun 2 tahun
6 Awal tahun 2008 4 tahun 1 tahun
2
Pemanfaatan Aset Tetap yang Sudah Seluruh
Nilainya Disusutkan

• Walaupun suatu aset sudah disusutkan seluruh


nilainya hingga nilai bukunya menjadi Rp0, mungkin
secara teknis aset itu masih dapat dimanfaatkan.
• Jika hal seperti ini terjadi, aset tetap tersebut tetap
disajikan dengan menunjukkan baik nilai perolehan
maupun akumulasi penyusutannya.
• Aset tersebut tetap dicatat dalam kelompok aset
tetap yang bersangkutan dan dijelaskan dalam
CALK
Penghapusbukuan Aset Tetap
• Berdasarkan PP 6/2006 suatu aset tetap milik pemerintah
pusat hanya dapat dihapuskan jika telah mendapat
persetujuan penghapusan dari Menteri Keuangan sedangkan
untuk aset Pemda, sesuai dengan Permendagri 17/2007, hanya
dapat dihapuskan oleh Kepala Daerah.
• Sebagai contoh, bila aset tetap berupa Gedung dan Bangunan
dengan nilai perolehan sebesar Rp4.200.000.000 yang sudah
disusutkan seluruhnya mendapat ijin penghapusan dari
Menkeu atau Kepala Daerah, maka jurnal penghapusannya
adalah sebagai berikut:

Akumulasi Penyusutan Rp 4.200.000


Aset Tetap Tetap – Gedung dan Rp 4.200.000
Bangunan
1
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM - PENGELOLAAN

PENGELOLAAN
Pembinaan,
Perencanaan Pengawasan &
Pengendalian
Pengadaan
Penilaian

Penggunaan Pengamanan dan


Penatausahaan Pemanfaatan Pemindah- Pemeliharaan
Penghapusan tanganan
Sewa
Pembukuan Penjualan
Pinjam
Inventarisasi Pakai Tukar
Kerjasama Menukar
Pelaporan Pemanfaatan
Hibah
Bangun
Serah Penyertaan
Guna (BTO) Modal
Pemerintah
Bangun
Guna
Serah (BOT)
93
Prinsip Pengelolaan

Prinsip Pengelolaan BMN/D


• Asas fungsional
• Kepastian hukum
• Transparansi dan
keterbukaan
• Efisiensi
• Akuntabilitas
• Kepastian nilai.

94
Definisi BMN/D

• Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau


diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
• Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
• Barang milik negara/daerah meliputi:
– barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D;
– barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;
• hibah/sumbangan atau yang sejenis;
• pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
• berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
• berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

95
Pengelolaan BMN/D

• perencanaan kebutuhan dan penganggaran;


• pengadaan;
• penggunaan;
• pemanfaatan;
• pengamanan dan pemeliharaan;
• penilaian;
• penghapusan;
• pemindahtanganan;
• penatausahaan;
• pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

96
Perencanaan

• Perencanaan memperhatikan ketersediaan barang yang ada.


• Memperhatikan standar barang, standar kebutuhan dan
standar harga yang ditetapkan pengelola barang setelah
berkoordinasi dengan instansi/dinas terkait.
• Pengguna barang menghimpun usul rencana kebutuhan
barang.
• Usulan disampaikan kepada pengelola barang
• Pengelola barang bersama dengan pengguna membahas
usulan  ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan BMN/D

97
Pengadaan

• Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan


berdasarkan prinsip-prinsip :
– Efisien
– Efektif
– Transparan dan terbuka
– Bersaing
– Adil/tidak diskriminatif
– Akuntabel.
• Peraturan pengadaan dilaksanakan dalam Peraturan
Presiden

98
Penggunaan

• Status penggunaan barang ditetapkan oleh BMN oleh pengelola


barang, BMD oleh kepala daerah.
• Sebelum ditetapkan , pengguna melaporkan usul penggunaan,
laporan tersebut diteliti.
• BMN/D dapat ditetapkan status penggunaannya untuk dipakai
sendiri, dipakai pihak lain.
• Tanah atau bangunan tidak dipakai diserahkan kpd pengelola
barang/kepala daerah  jika tidak diserahkan dikenakan sanksi
pembekuan dana pemeliharaan.
• Jika tidak dipakai  dicabut status penetapannya.

99
Pemanfaatan - umum

• Pemanfaatan dilaksanakan oleh pengelola barang.


• Pemanfaatan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan
gubernur/bupati/walikota.
• Pemanfaatan tanah dan/atau bangunan yang diperlukan untuk
menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna
barang/kuasa pengguna barang dilakukan oleh pengguna barang
dengan persetujuan pengelola barang.
• Pemanfaatan barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau
bangunan dilaksanakan oleh pengguna barang dengan persetujuan
pengelola barang;
• Pemanfaatan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan
memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum.
• Bentuk-bentuk pemanfaatan berupa: sewa; pinjam pakai; kerjasama
pemanfaatan; bangun guna serah dan bangun serah guna.

100
Pemanfaatan - sewa

• Penyewaan dilaksanakan dengan bentuk:


– penyewaan tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna barang kepada
pengelola barang; yang sudah diserahkan oleh pengguna barang kepada
gubernur/bupati/walikota; yang masih digunakan oleh pengguna barang);
– penyewaan selain tanah dan/atau bangunan.
• Penyewaan BMD dilaksanakan oleh pengelola barang, setelah mendapat
persetujuan kepala daerah.
• Penyewaan dilaksanakan oleh pengguna barang setelah mendapat
persetujuan dari pengelola barang.
•  BMN/D dapat disewakan sepanjang menguntungkan negara/daerah.
• Jangka waktu penyewaan paling lama lima tahun dan dapat diperpanjang.
• Penetapan formula besaran tarif sewa dilakukan oleh pengelola barang;
gubernur/bupati/walikota.
• Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa-menyewa
• Hasil penyewaan merupakan penerimaan negara/daerah dan seluruhnya
wajib disetorkan ke rekening kas umum negara/daerah.

101
Pemanfaatan – pinjam pakai

• Pinjam pakai barang milik negara/daerah dilaksanakan


antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau
antar pemerintah daerah.
• Jangka waktu pinjam pakai barang milik negara/daerah
paling lama dua tahun dan dapat diperpanjang.
• Pinjam pakai dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian
yang sekurang-kurangnya memuat:
– pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
– jenis, Iuas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktu;
– tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan
selama jangka waktu peminjaman;
– persyaratan lain yang dianggap perlu.

102
Pemanfaatan – Kerjasama Pemanfaatan

• Kerjasama pemanfaatan dengan pihak lain dilaksanakan


dalam rangka :
– mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik
negara/daerah;
– meningkatkan penerimaan negara/pendapatan daerah.
• Kerjasama pemanfaatan dilakukan atas tanah/bangunan
atau barang lain yang dilaksanakan pengelola barang /
pengelola barang setelah mendapatan persetujuan
kepada daerah / pengguna barang setelah persetujuan
pengelola barang.

103
Pemanfaatan – Kerjasama Pemanfaatan

• Ketentuan
– tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana untuk memenuhi biaya operasional/pemeliharaan/
perbaikan yang diperlukan;
– mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-
kurangnya lima peserta/peminat, kecuali untuk barang 'milik negara/daerah yang bersifat khusus
dapat dilakukan penunjukan langsung;
– mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap ke rekening kas umum
negara/daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan
pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan;
– besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan
ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;
– besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan
harus mendapat persetujuan pengelola barang;
– selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama dilarang menjamilikan atau menggadaikan
BMN/D yang menjadi obyek kerjasama pemanfaatan;
– jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama tiga puluh tahun sejak perjanjian
ditandatangani dan dapat diperpanjang.
• Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan
tidak dapat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah.

104
Pemanfaatan – Bangun Serah Guna / Bangun Guna Serah

• Bangun guna serah dan bangun serah guna BMN/D dilakukan


oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan
• BSG/BGS dilakukan untuk penyediaan pelayanan umum,
penyelenggaraan tupoksi, dan tidak tersedia anggaran.
• Jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna
paling lama tiga puluh tahun
• Penetapan mitra dengan tender
• Mitra harus memenuhi kewajiban: membayar kontribusi,
tidak menjaminkan, memelihara obyek.
• Perjanjian dan isinya  obyek, pihak terikat, jangka waktum
persyaratan, hak dan kewajiban pihak terikat.

105
Pemanfaatan – Bangun Serah Guna / Bangun Guna Serah

• Bangun guna serah dan bangun serah guna BMN/D dilakukan


oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan
• BSG/BGS dilakukan untuk penyediaan pelayanan umum,
penyelenggaraan tupoksi, dan tidak tersedia anggaran.
• Jangka waktu bangun guna serah dan bangun serah guna
paling lama tiga puluh tahun
• Penetapan mitra dengan tender
• Mitra harus memenuhi kewajiban: membayar kontribusi,
tidak menjaminkan, memelihara obyek.
• Perjanjian dan isinya  obyek, pihak terikat, jangka waktum
persyaratan, hak dan kewajiban pihak terikat.

106
Pengamanan

• Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna


barang wajib melakukan pengamanan BMN/D : pengamanan
administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.
• Tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik
Indonesia/ pemerintah daerah yang bersangkutan.
• BMN/D harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan
• Bukti kepemilikan barang milik negara/daerah wajib disimpan
dengan tertib dan aman.
• Penyimpanan bukti kepemilikan barang milik negara berupa
tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh pengelola barang /
pengguna barang

107
Pemeliharaan

• Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung


jawab atas pemeliharaan barang berpedoman pada Daftar Kebutuhan
Pemeliharaan Barang (DKPB).
• Biaya pemeliharaan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah.
• Kuasa pengguna barang wajib membuat daftar hasil pemeliharaan
barang yang berada dalam kewenangannya dan
melaporkan/menyampaikan daftar 'hasil pemeliharaan barang
tersebut kepada pengguna barang secara oerkala.
• Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan dan
menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam
satu tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi
mengenai efisiensi pemeliharaan.

108
Penilaian

Penilaian Barang Milik Negara/Daerah


• Penilaian barang milik negara/daerah diperlukan dalam
rangka mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
• Nilai wajar atas barang milik negara/daerah yang diperoleh
dari penilaian ini merupakan unsur penting dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah, pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik negara/daerah.
• Penilaian dapat melibatkan penilai independen

109
Penghapusan
• Penghapusan barang milik negara/daerah meliputi:
– penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau kuasa pengguna;
– penghapusan dari daftar barang milik negara/daerah.
• Penghapusan dilakukan dalam hal barang milik negara/daerah
dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna barang
dan/atau kuasa pengguna barang;
• Penghapusan dilakukan dengan penerbitan surat keputusan
penghapusan dari:
– pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang untuk
barang milik negara;
– pengguna barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/ walikota
atas usul pengelola barang untuk barang milik daerah.
• Pelaksanaan atas penghapusan dilaporkan kepada pengelola barang.

110
Penghapusan - lanj
• Penghapusan dilakukan dalam hal barang milik negara/daerah dimaksud sudah
beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab­-sebab lain.
• Penghapusan dilakukan dengan penerbitan surat keputusan penghapusan
Penghapusan dengan tindak lanjut pemusnahan dilakukan apabila barang milik
negara/daerah dimaksud:
– tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat dipindahtangankan; atau
– alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.
• Pemusnahan dilaksanakan oleh : pengguna barang setelah mendapat
persetujuan pengelola barang untuk barang milik negara; pengguna barang
dengan surat keputusan dari pengelola barang setelah mendapat persetujuan
gub :rnur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.
• Pelaksanaan pemusnahan) dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan
kepada pengelola barang

111
Pemindahtanganan

• Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas


penghapusan barang milik negara/daerah meliputi:
– penjualan;
– tukar Menukar;
– hibah;
– penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.
• Memerlukan otorisasi sesuai dengan jumlah yang
dipindahtangankan.
• Pemindahtanganan dilakukan dengan berbagai pertimbangan
 optimaslisasi pemanfaatan, efisiensi pengelolaan,
berdasarkan ketentuan perundang-undangan
• Hasil pemindahtanganan  kas negara/daerah

112
Penjualan

• Pertimbangan penjualan:
– untuk optimalisasi barang milik negara yang berlebih atau idle;
– secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila dijual;
– sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
• Penjualan dilakukan secara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.
• Pengecualian meliputi: barang yang bersifat khusus; barang yang
ditetapkan lebih lanjut oleh pengelola barang.
• Penjualan tanah/bangunan oleh pengelola barang, untuk selain tanah
pengelola barang setelah persetujuan kepala daerah.
• Penerbitan persetujuan pelaksanaan oleh pengelola barang untuk
penjualan dilakukan setelah mendapat persetujuan gubernur/
bupati/walikota atau DPRD.
• Hasil penjualan wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum
negara/daerah sebagai penerimaan negara/daerah.

113
Tukar menukar

• Pertimbangan tukar menukar


– untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelengga­raan pemerintahan;
– untuk optimalisasi barang milik negara/daerah; dan
– tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

• Tukar menukar dilakukan dengan Pemda, BUMN/D atau badan hukum


milik pemerintah lainnya, swasta.
• Tukar menukar oleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan
pengelola barang.
• Ketentuan dalam tukar menukar: kajian aspek ekonomi, yuridis, ekonomi,
persetujuan otorisasi, pelaksanaan serah terima berita acara.

114
Hibah

• Hibah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial,


keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan pemerintahan
negara/daerah.
• Hibah dapat berupa
– tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada pengelola barang untuk barang
milik negara dan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah;
– tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaaannya direncanakan untuk
dihibahkan sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggaran;
– barang selain tanah dan/atau bangunan.

115
Penyertaan Modal Pemerintah

• Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang milik


negara/daerah dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan, dan
peningkatan kinerja badan usaha milik negara/daerah atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara/daerah;
• Penyertaan dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
– barang yang dari awal pengadaaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan
bagi badan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki
negara/daerah dalam rangka penugasan pemerintah; atau
– barang milik negara/daerah lebih optimal apabila dikelola oleh badan usaha milik
Negara/daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara/daerah baik yang sudah
ada maupun yang akan dibentuk.
• Prosedur 
– Usulan – meneliti, mengkaji dan kesesuaian pesyaratan – persetujuan pengelola barang
– RPP penyertaan modal untuk ditetapkan – serah terima dituangkan BAST.

116
Pembukuan

• Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan pendaftaran dan


pencatatan barang milik negara/daerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
(DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi
barang.
• Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik
negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik
Negara/Daerah (DBMN/D) menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang.
• Penggolongan dan kodefikasi barang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
• Penggolongan dan kodefikasi barang daerah ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri setelah mendapat pertimbangan Menteri Keuangan.
•  Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus menyimpan dokumen
kepemilikan barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunan yang
berada dalam penguasaannya.
• Pengelola barang harus menyimpan dokumen kepernilikan tanah dan/atau
bangunan yang berada dalam pengelolaannya.

117
Inventarisir

• Pengguna barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah


sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.
• Dikecualikan terhadap barang milik negara/daerah yang berupa
persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, pengguna barang
melakukan inventarisasi setiap tahun.
• Pengguna barang menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada
pengelola barang selambat-lambatnya tiga bulan setelah selesainya
inventarisasi.
•  Pengelola barang melakukan inventarisasi barang milik negara/daerah
berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya
sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun.

118
Pelaporan

• Kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran
(LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan
kepada pengguna barang.
• Pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan
Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) untuk disampaikan kepada pengelola barang.
• Pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D)
berupa tanah dan/atau bangunan semesteran dan tahunan.
• Pengelola barang harus menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan
Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) serta Laporan Barang Milik Negara/Daerah
(LBMN/D) berupa tanah dan/atau bangunan.
• Pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D)
berdasarkan hasil penghimpunan laporan).
•  Laporan Barang digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca pemerintah
pusat/daerah.
•  Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pembukuan, inventarisasi, dan
pelaporan barang milik negara diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

119
Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

• Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan barang milik


negara/daerah.
• Menteri Keuangan menetapkan kebijakan teknis dan melakukan pembinaan
pengelolaan barang milik negara.
• Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan teknis dan melakukan pembinaan
pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan kebijakan umum
• Pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,
pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan
barang milik negara/ daerah yang berada di bawah penguasaannya.
• Kuasa pengguna barang dan pengguna barang dapat meminta aparat pengawas
fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban
• Pengelola barang berwenang untuk melakukan pemantauan dan investigasi atas
pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik
negara/daerah, dalam rangka penertiban penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan barang milik negara/daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

120
Ketentuan Lain

• Pejabat/pegawai yang melaksanakan pengelolaan barang yang menghasilkan


penerimaan negara/daerah dapat diberikan insentif.
• Pejabat/pegawai selaku pengurus barang dalam melaksanakan tugas rutinnya
diberikan tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan
negara/daerah.
• Pemberian insentif dan/atau tunjangan diatur PMK / Peraturan Daerah dengan
berpedoman pada kebijakan umum pengelolaan barang milik negara/daerah.
• Barang yang digunakan oleh badan layanan umum/badan layanan umum merupakan
kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan untuk menyelenggarakan kegiatan
badan layanan umum/badan layanan umum daerah yang bersangkutan.
• Pengelolaan barang milik negara/daerah mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini, kecuali terhadap barang-barang tertentu yang diatur
tersendiri dalam Peraturan Pemerintah tentang Badan Layanan Umum.
• Pengelola barang dapat membentuk badan layanan umum dan/atau menggunakan
jasa pihak lain dalam pelaksanaan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik
negara berupa tanah dan/atau bangunan.

121
Ketentuan Lain

• Setiap kerugian negara/daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan/


pelanggaran hukum atas pengelolaan barang milik negara/daerah
diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan peraturan
perundang­-undangan.
• Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian negara / daerah dapat
dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

122
BARANG MILIK DAERAH
PERMENDAGRI 17 TAHUN 2007

Barang milik daerah adalah semua


barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau perolehan lainnya yang sah.
Pengelolaan barang milik daerah sebagai
bagian dari pengelolaan keuangan daerah
yang dilaksanakan secara terpisah dari
pengelolaan barang milik Negara.
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM

PIHAK
TERKAIT BMN/D

Pengelola Kuasa Pengguna


Pengguna barang
barang barang
Pengelola barang disebut pengelola Penggunaan barang Kuasa penggunaan
adalah pejabat yang berwenang disebut pengguna adalah barang adalah kepala
dan bertanggung jawab melakukan pejabat pemegang satuan kerja atau pejabat
koordinasi pengelolaan barang. kewenangan penggunaan. yang ditunjuk oleh
pengguna untuk
Satuan Kerja Perangkat menggunakan barang
Daerah disebut SKPD
adalah perangkat daerah Penyimpanan BMD 
selaku pengguna barang. pegawai yang menerima,
Pembantu pengelola disebut menyimpan, dan
disebut pembantu pengelola memgeluarkan barang.
adalah pejabat yang Pengurus BMD  pegawai
bertanggungjawab yang mengurus pemakaian
mengkoordinir penyelenggaraan barang di SKPD
pengelolaan pada SKPD. 124
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM - PENGELOLAAN

PENGELOLAAN
Pembinaan,
Perencanaan Pengawasan &
Pengendalian
Pengadaan
Penilaian

Penggunaan Pengamanan dan


Penatausahaan Pemanfaatan Pemindah- Pemeliharaan
Penghapusan tanganan
Penerimaan, Pembiayaan
penyimpanan dan Sewa
penyaluran; Pembukuan Penjualan
Pinjam
Inventarisasi Pakai Tukar
Kerjasama Menukar Tuntutan Ganti
Pemanfaatan Rugi
Pelaporan Hibah
Bangun
Serah Penyertaan
Guna (BTO) Modal
Bangun Pemerintah
Guna
Serah (BOT)
125
BARANG MILIK DAERAH
KETENTUAN UMUM - PENGELOLAAN

• Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang


milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan
pemenuhan kebutuhan yang akan datang.
• Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang
daerah dan jasa.
• Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman barang milik daerah
dari gudang ke unit kerja pemakai.
• Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang
milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
• Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang
milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum.
• Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna/kuasa
pengguna dalam mengelola dan menata usaha kan barang milik daerah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang bersangkutan.
126
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
KETENTUAN UMUM - PENGELOLAAN

• Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan


sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah
dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.
• Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna dan/atau pengelola dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
• Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah sebagai
tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau
disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.
• Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi
dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan barang milik daerah.
• Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada
data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis
tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah.

127
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
PEMANFAATAN

• Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
• Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir
diserahkan kembali kepada pengelola.
• Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah
bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.
• Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
• Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak
lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati
128
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
PEMINDAHTANGANAN

• Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah kepada


pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.
• Tukar menukar barang milik daerah/tukar guling adalah pengalihan
kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan antara Pemerintah
Daerah dengan Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau antara
Pemerintah Daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian
dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.
• Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah
daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.
• Penyertaan modal pemerintah daerah adalah pengalihan kepemilikan
barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan
sebagai modal/

129
BARANG MILIK NEGARA / DAERAH
STANDAR BIAYA

• Daftar barang pengguna yang selanjutnya disingkat dengan DBP adalah


daftar yang memuat data barang yang digunakan oleh masing-masing
pengguna.
• Daftar barang kuasa pengguna yang selanjutnya disingkat DBKP adalah
daftar yang memuat data barang yang dimiliki oleh masing-masing kuasa
pengguna.
• Standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintahan Daerah adalah
pembakuan ruang kantor, perlengkapan kantor, rumah dinas, kendaraan
dinas dan lain- lain barang yang memerlukan standarisasi.
• Standarisasi harga adalah penetapan besaran harga barang sesuai
jenis,spesifikasi dan kualitas dalam 1 (satu) periode tertentu.

130
Prinsip Pengelolaan

Prinsip Pengelolaan BMN/D


• Asas fungsional
• Kepastian hukum
• Transparansi dan
keterbukaan
• Efisiensi
• Akuntabilitas
• Kepastian nilai.

131
Definisi BMN/D

• Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli


atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
• Barang milik daerah meliputi:
– barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD;
– barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;
• hibah/sumbangan atau yang sejenis;
• pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
• berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
• berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.

132
Pengelolaan BMN/D
• perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
• pengadaan
• penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
• penggunaan
• penatausahaan;
• pemanfaatan;
• pengamanan dan pemeliharaan;
• penilaian;
• penghapusan;
• pemindahtanganan;
• pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
• pembiayaan; dan
• tuntutan ganti rugi.
133
Pengelola BMD

• Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik


daerah berwenang dan bertanggungjawab atas pembinaan dan
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah;
• Dalam melaksanakan tugas pengelolaan barang Kepala Daerah dibantu
oleh:
– Sekretaris Daerah selaku pengelola;
– Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah
selaku
– Pembantu pengelola;
– Kepala SKPD selaku pengguna;
– Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;
– Penyimpan barang milik daerah; dan
– Pengurus barang milik daerah.

134
Kepala Daerah

• Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan


pengelolaan barang milik daerah, mempunyai
wewenang
– menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
– menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan
tanah dan bangunan;
– menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
– mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
– menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik
Daerah sesuai batas kewenangannya; dan
– menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah
dan/atau bangunan.

135
Sekretaris Daerah

• Sekretaris Daerah selaku pengelola, berwenang dan


bertanggungjawab:
– menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang
milik daerah;
– meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik
daerah;
– meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan
pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;
– mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan
pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui
oleh Kepala Daerah;
– melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang
milik daerah; dan
– melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan
barang milik daerah.

136
Perencanaan

• Perencanaan pengadaan disusun dalam rencana kerja dan


anggaran SKPD dengan memperhatikan ketersediaan barang yang
ada.
• Perencanaan pemeliharaan disusun dalam rencana kerja dan
anggaran SKPD dengan memperhatikan ketersediaan data barang
yang ada dalam pemakaian.
• Memperhatikan standarisasi sarana dan prasarana kerja,
pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
• Standar digunakan sebagai acuan menyusun RKBMD / RKPBMD.
• RKBMD / RKPBMD digunakan sebagai dasar menyusun RK/RKA
• Pembahasan pengguna dan pengelola sebelum RKBMD / RKPBMD
ditetapkan

137
Pengadaan
• Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip :
– Efisien
– Efektif
– Transparan dan terbuka
– Bersaing
– Adil/tidak diskriminatif
– Akuntabel.
• Pengadaan dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan  ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
• Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan kepada SKPD untuk
membentuk Panitia Pengadaan.
• Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
• Pengadaan yang bersifat khusus menganut asas keseragaman ditetapkan
dengan SK KD.
• Realisasi pelaksanaan dilakukan oleh Panitia Pemeriksa
• Panitia Pemeriksa ditetapkan dalam SK KD
• Pengguna membuat laporan hasil pengadaan barang/jasa pemerintah daerah
kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
• Laporan hasil pengadaan dilengkapi dokumen pengadaan barang/jasa.
138
Penerimaan dan Penyaluran
• Hasil pengadaan barang diterima oleh penyimpan barang.
• Penyimpan, berkewajiban melaksanakan tugas administrasi penerimaan barang.
• Penerimaan disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan.
• Hasil pengadaan barang milik daerah tidak bergerak diterima oleh Kepala SKPD,
kemudian melaporkan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan penggunaanya.
• Penerimaan barang, dilakukan setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang
Daerah, dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan.
• Panitia Pemeriksa Barang Daerah bertugas memeriksa, meneliti dan
menyaksikan barang yang diserahkan sesuai dengan persyaratan yang tertera
dalam Surat Perintah Kerja atau kontrak/perjanjian dan dibuatkan Berita Acara
Pemeriksaan.
• Berita Acara dipergunakan sebagai salah satu syarat pembayaran.
• Pemerintah Daerah menerima barang dari pemenuhan kewajiban Pihak Ketiga
berdasarkan perjanjian, pelaksanaan dari suatu perijinan tertentu, yang
merupakan sumbangan, hibah, wakaf dan penyerahan dari masyarakat.
• Penyerahan dari Pihak Ketiga dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
disertai dokumen kepemilikan yang sah.
• Pengguna / Kuasa pengguna melaporkan stock dan sisa barang kepada
pengelola 139
Penggunaan

• Barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk


penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat
dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan
umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.
• Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
• Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan
dengan ketentuan harus digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna dan/atau kuasa
pengguna.
• Pengguna wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan termasuk
barang inventaris lainnya yang tidak digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna dan/atau kuasa
pengguna kepada Kepala Daerah melalui pengelola.

140
Penatausahaan

• Pengguna/Kuasa Pengguna melakukan pendaftaran dan


pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna
(DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut
penggolongan dan kodefikasi barang.
• Pencatatan barang milik daerah, dimuat dalam Kartu Inventaris
Barang A, B, C, D, Edan F.
• Pembantu pengelola melakukan rekapitulasi atas pencatatan dan
pendaftaran barang milik daerah dalam Daftar Barang Milik Daerah
(DBMD).
• Pengguna/Kuasa Pengguna menyimpan dokumen kepemilikan
barang milik daerah selain tanah dan bangunan.
• Pengelola menyimpan seluruh dokumen kepemilikan tanah
dan/atau bangunan milik pemerintah daerah.

141
Inventarisasi

• Pengelola dan pengguna melaksanakan sensus barang milik daerah


setiap 5 (lima) tahun sekali untuk menyusun Buku Inventaris dan Buku
Induk Inventaris besertarekapitulasi barang milik pemerintah daerah.
• (Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan sensus barang milik
daerah.
• (Pelaksanaan sensus barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
• Sensus barang milik daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dilaksanakan
serentak seluruh Indonesia.
• Pengguna menyampaikan hasil sensus kepada pengelola paling lambat 3
(tiga) bulan setelah selesainya sensus.
• Pembantu Pengelola menghimpun hasil inventarisasi barang milik
daerah.
• Barang milik daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam
pengerjaan dikecualikan dari inventarisir.

142
Pelaporan

• Pengguna/kuasa pengguna menyusun laporan barang semesteran


dan tahunan.
• Laporan disampaikan kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
• Pembantu Pengelola menghimpun laporan) menjadi Laporan
Barang Milik Daerah (LBMD).
• Laporan Barang Milik Daerah digunakan sebagai bahan untuk
menyusun neraca Pemerintah Daerah.
• Laporan disampaikan secara berjenjang.
• Untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan
barang milik daerah secara akurat dan cepat mempergunakan
aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA).

143
Pemanfaatan - umum
• Pemanfaatan berupa tanah dan/atau bangunan, selain tanah dan/atau
bangunan yang dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat
persetujuan pengelola.
• Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat
persetujuan Kepala Daerah.
• Pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat
persetujuan pengelola.
• Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan
negara/daerah dan kepentingan umum
• Bentuk pemanfaatan berupa : sewa; pinjam pakai; kerjasama
pemanfaatan; bangun guna serah dan bangun serah guna.
144
Pengamanan

• Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib melakukan pengamanan barang


• milik daerah yang berada dalam penguasaannya.
• Pengamanan barang milik daerah meliputi:
– pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, pelaporan dan
penyimpanan dokumen kepemilikan;
– pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan
jumlah barang dan hilangnya barang;
– pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara pemagaran dan
pemasangan tanda batas, selain tanah dan bangunan dilakukan dengan cara
penyimpanan dan pemeliharaan; dan
– pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan.
• Barang milik daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah daerah.
• Barang milik daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama
Pemerintah Daerah. .
• Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan atas nama pemerintah daerah.
• Barang milik daerah dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan daerah dan
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

145
Pemeliharaan

• Pembantu Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna bertanggung


jawab atas pemeliharaan barang milik daerah yang ada di bawah
penguasaannya.
• Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD).
• Biaya pemeliharaan barang milik daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
• Pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib membuat Daftar Hasil
Pemeliharaan Barang dan melaporkan kepada Pengelola secara berkala.
• Pembantu pengelola meneliti laporan) dan menyusun Daftar Hasil
Pemeliharaan Barang yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran.
• Laporan hasil pemeliharaan dijadikan sebagai bahan evaluasi.

146
Penilaian

• Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca


Pemerintah Daerah, pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik
daerah.
• Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca
Pemerintah Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
• Penilaian barang milik daerah, dilaksanakan oleh tim yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah dan dapat melibatkan penilai independen yang bersertifikat
dibidang penilaian aset.
• Penilaian barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar dengan estimasi terendah
menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
• Hasil penilaian barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah.

147
Penghapusan

• Penghapusan barang milik Daerah meliputi:


– Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna;
dan (1)
– Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah. (2)
• Penghapusan barang milik daerah, dilakukan dalam hal
barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada dalam
penguasaan pengguna dan/atau kuasa pengguna. (1) – SK
Pengelola atas nama Kepada Daerah
• Penghapusan dilakukan dalam hal barang milik daerah
dimaksud sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan
atau karena sebab-sebab lain. (2) – SK Kepala Daerah

148
Penghapusan - lanj
• Penghapusan barang milik daerah dengan tindak lanjut pemusnahan
dilakukan apabila barang milik daerah dimaksud:
– tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat dipindahtangankan;
atau
– alasan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemusnahan dilaksanakan oleh pengguna dengan keputusan dari
pengelola setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah.
• Pelaksanaan pemusnahan dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan
dan dilaporkan kepada Kepala Daerah.

149
Pemindahtanganan

• Barang milik daerah yang sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan, dihapus dari Daftar
Inventaris Barang Milik Daerah.
• Penghapusan dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan.
• Barang milik daerah yang dihapus dan masih mempunyai nilai ekonomis, dapat dilakukan melalui:
– pelelangan umum/pelelangan terbatas; dan/atau
– disumbangkan atau dihibahkan kepada pihak lain.
• Hasil pelelangan umum/pelelangan terbatas, disetor ke kas Daerah.
• Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan barang milik
negara/daerah meliputi:
– penjualan;
– tukar Menukar;
– hibah;
– penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.
• Memerlukan otorisasi sesuai dengan jumlah yang dipindahtangankan.
• Pemindahtanganan dilakukan dengan berbagai pertimbangan  optimaslisasi pemanfaatan,
efisiensi pengelolaan, berdasarkan ketentuan perundang-undangan
• Hasil pemindahtanganan  kas negara/daerah

150
• RS. Mendapat hibah kendaraan mobil ambulans dari ASKES, Jasa Rahardja.
Pencatatannya bagaimana?
• Penggunaan lahan untuk ATM, bagaimana kerjasama untuk pungutan.
Alurnya bagaimana.
• KDP – menjadi aset tetap jika berita acara serah terima pekerjaan.
Pekerjaan struktur jembatan 2010, klarifikasi BPK untuk dimasukkan ke
dalam KDP. Pemanfaatannya belum diselesaikan karena belum menjadi
jembatan.
• Perencanaan konstruksi apakah masuk KDP atau aset tetap lainnya,
namun sampai sekarang fisiknya sudah ada.
• Pekerjaan swakelola, ada pekerjaan jalan Nilai perolehannya yang
diakumulasikan termasuk honor pengawas, termasuk nilai aset jalan
swakelola.

151

Anda mungkin juga menyukai