Anda di halaman 1dari 22

Status Medis

Holistik • Pembimbing:
• Dr. dr. Febri Endra B.S, M.Kes.,
Komprehensif, FISPH., FISCM
• Disusun Oleh :
Kedokteran • Sabrina Annisa
Industri, dan • 201910401011042

Keluarga
PT Century Batteries
Indonesia
•Jl. Raya Bekasi KM 25, Cakung, Jakarta Timur

•Perusahaan yang bergerak di bidang


produksi aki
•Communicable Disease
•Demam tifoid (A01.00)

Problem
•Non Communicable Disease
•Keracunan Timbal (R78.71)
• Penyakit infeksi yang disebabkan
Demam oleh bakteri Salmonella typhi dan
menular melalui 5 F yaitu (food,
finger, fomitus, fly, feses).
Tifoid Penularan demam tifoid paling
banyak melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi
Epidemiologi • Data CDC tahun 2013, kejadian demam tifoid di
negara maju mencapai 5.700 kasus per tahun,
sedangkan di negara berkembang kejadian
demam tifoid sekitar 21,5 juta orang per tahun
• Demam tifoid endemis di negara berkembang
khususnya Asia Tenggara
• Insiden demam tifoid di Indonesia diperkirakan
sekitar 300-810 kasus per 100.000 penduduk
per tahun, berarti jumlah kasus berkisar
600.000-1.500.000 kasus per tahun.
Diagnosis
Diagnosi
Diagnosi s
s Kerja Banding
Demam Tifoid Dengue fever
(A90)
(A01.00)

Malaria (B54)

Demam
paratifoid
(A01.4)
Faktor Proses Produksi
Risiko
• Kurangnya kebersihan pekerja yang
membuat makanan di kantin

Lingkungan Kerja
• Sanitasi yang kurang bersih
• Air tidak bersih

Pekerja
• Kebiasaan mencuci tangan masih
kurang
Rencana Penatalaksanaan

• Edukasi • Memakai sarung • Pemberian • Istirahat cukup


Promotif

Preventif

Kuratif

Rehabilitatif
tentang demam tangan saat membuat antibiotik • Meminum obat
makanan untuk
tifoid dan pekerja kantin (kloramfenikol teratur dan
penularannya • Memantau dan ) & obat tuntas
• Edukasi mengevaluasi simptomatis • Hindari
tentang kebersihan kantin,
proses pembuatan
makanan tinggi
mencuci makanan, serat
tangan yang penyimpanan
benar makanan
• Pemberian cuti pada
pekerja yang sakit
•Kadar timbal dalam darah ≥5 µg/dl dikatakan
tinggi untuk dewasa dan anak-anak

Keracunan •Timbal yang dihirup hampir seluruhnya


terabsorpsi sedangkan timbal yang tertelan

Timbal
terabsorpsi sebesar 10-15%

•Gejala yang timbul bermacam-macam mulai


dari disfungsi hepar, disfungsi renal,
gangguan SSP, hipertensi, anemia, dll.
• Keracunan timbal dilaporkan terjadi di
semua negara
• Kadar timbal dalam darah di negara
berkembang lebih tinggi karena
penggunaan bahan bakar dan cat
berbahan timbal, serta paparan
pekerjaan
Epidemiolog • Paparan timbal di pabrik baterai lebih
tinggi di negara berkembang daripada
i •
Amerika dan Inggris
Rata-rata kadar timbal dalam darah di
negara berkembang adalah 47 µg/dl di
pabrik baterai
• Konsentrasi timbal dalam udara di
pabrik baterai pada negara berkembang
juga tujuh kali lebih besar daripada
Amerika
Diagnosis

Diagnosi
Diagnosi s
s Kerja Banding
Acute cholecystitis (K81.0)
Chronic pancreatitis (K86.1)
Keracunan timbal
Appendicitis (K35.80)
(R78.71)
Anemia (D64.9)
Heavy metal poisoning (Z13.88)
Proses Produksi

• Penggunaan APD yang tidak benar

Lingkungan Kerja
Faktor • Paparan timbal yang tinggi melalui
Risiko inhalasi uap dan debu

Pekerja

• Kurangnya kesadaran dalam memakai


APD sesuai standart
Rencana Penatalaksanaan

• Edukasi • Penggunaan • Chelation • Pengecekan

Kuratif

Rehabilitatif
Promotif

Preventif
tentang APD sesuai therapy untuk kadar timbal
penggunaan standart mengeluarkan post chelation
APD yang • Rotasi kerja timbal sesuai therapy
sesuai standart bagi pekerja dengan indikasi • Kontrol ke
yang rentan dokter secara
terpapar timbal teratur
• Melakukan • Dipindahkan ke
check up unit kerja lain
kesehatan
secara berkala
Problem K3 yang Mungkin Terjadi

Problem K3
No. Komponen
Problem Perusahaan Dampak Kesehatan

1. Proses - Penggunaan APD yang tidak sesuai standart - Dermatitis kontak


Kerja alergi/iritan
- Keracunan timbal
- NIHL
2. Lingkungan - Suhu disekitar mesin tinggi akibat mesin produksi - NIHL
Kerja - Suara bising mesin produksi - Luka bakar
- Kebersihan lingkungan kerja yang kurang baik - ISPA
- Paparan timbal pada lingkungan kerja - Keracunan timbal
3. Pekerja - Posisi mengangkat bahan produksi yang tidak benar - LBP
- Tidak memakai APD sesuai standart - Keracunan timbal
- NIHL
- Dermatitis kontak
alergi/iritan
TATALAKSANA
5 Pendekatan Intervensi
Proses Kerja Lingkungan Kerja Kondisi Karyawan Kebijakan Manajemen Regulasi yang Berlaku
• Prosedur kerja yang tepat, • Lingkungan kerja industri • Manajemen kondisi • Manajemen • Peraturan Menteri
pekerjaan yang terorganisir, harus memenuhi standar dan pekerja dibagi menjadi 3 perusahaan perlu Kesehatan Republik
istirahat yang cukup, persyaratan kesehatan yaitu Pencegahan memenuhi Indonesia No.70 tahun
relaksasi tubuh setelah lingkungan kerja industry Primer, Pencegahan Keselamatan dan 2016 Tentang “Standar
bekerja, dan juga • Penggunaan alat pelindung Sekunder, dan Kesehatan Kerja (K3), dan Persyaratan
penggunaan APD yang sesuai diri berupa ear-muff ataupun Pencegahan Tersier. mulai dari pengadaan Kesehatan Lingkungan
dapat mengurangi bahaya ear plug. • Memberikan edukasi APD (Alat Pelindung Kerja Industri”
dan risiko penyakit akibat • Lingkungan ergonomi perlu mengenai faktor yang Diri) hingga sosialisasi • Peraturan Menteri
kerja. diperhatikan, banyak unit berbahaya dan dapat tentang pentingnya Ketenagakerjaan
yang harus berdiri lama saat ditimbulkan dari penggunaan APD saat Republik Indonesia
bekerja lingkungan pabrik, di tempat kerja kepada Nomor 5 Tahun 2018
perbaikan kondisi tubuh, seluruh karyawan Tentang “Keselamatan
pemeriksaan kesehatan • Manajemen dan Kesehatan Kerja
rutin dan menjaga perusahaan perlu Lingkungan Kerja”
kesehatan, pentingnya memenuhi standar • Manajemen pabrik
makan yang bernutrisi gedung produksi. sesuai dengan SOP PT
dan personal higiene Century Batteries
Indonesia
• Pemberian reward dan
punishment pada
pekerja
LITERATURE REVIEW
“PENDAHULUAN”

Sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035,


Industri alas kaki merupakan salah satu industri prioritas untuk dikembangkan

Jumlah tenaga kerja  800.000 orang


Kontribusi terhadap PDB nasional th 2018  0,28%
Total nilai ekspor triwulan I th 2019  US$ 1,52 miliyar

Indonesia sebagai urutan ke-6 eksportir alas kaki dunia


setelah China, Vietnam, Italia, Jerman dan Belgia
• Jenis lem yang digunakan di • Benzena dan toluena  • Pajanan yang terjadi secara
 lem kuning dan lem pelarut organik yang bersifat terus-menerus dapat
putih. mudah menguap dan toksik. menyebabkan gangguan
• Lem kuning mengandung • Hampir semua pelarut organik kesehatan, yang bergantung
benzene (0,1%) dan toluenea bersifat racun bila terhirup pada konsentrasi pelarut,
(55%) atau tertelan dalam jumlah durasi pajanan, dan
• Lem putih hanya yang melebihi ambang batas toksisitas pelarut
mengandung toluene (55%). dan menyebabkan iritasi
kulit apabila terjadi kontak
dengan kulit

(Laelasari Eva, et al. 2018) (Febriana, Sri Awila. 2015) (Febriana, Sri Awila. 2015)
“Metode Penelitian”

 Para penulis mencari tinjauan komprehensif dengan mencari jurnal di PubMed, ScienceDirect, ResearchGate, dan Google
Scholar dengan penerbitan maksimal 10 tahun terakhir.

 Istilah pencariannya termasuk seperti “penyakit akibat kerja” atau “risiko penggunaan lem”, dan
“upaya pencegahan penyakit akibat kerja” dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris yang
terfokus dalam “Penggunaan Lem Sepatu dan Gangguan Kesehatan Pekerja Pabrik
Sepatu”.
Hasil Penelitian

Kandungan Bahan Kima


pada Lem Sepatu
Bahaya Kesehatan
 Benzena
 Toluena
 Iritasi Mata
 Iritasi Kulit
 Iritasi pernapasan
 Penyakit pada SSP
 Penyakit Pada
Hematologi
Pengendalian
 Edukasi dan
Penyeluhan
 Subtitusi Bahan
Kimia yang
berbahaya
 APD Berdasarkan 31 Jurnal tentang Bahaya Lem
 Tata laksana sesuai Sepatu pada Pekerja Pabrik Sepatu
penyakit
Kesimpulan

Pada industri pembuatan sepatu, penggunaan lem pada proses


produksinya kemungkinan memberikan dampak kesehatan
terhadap pekerja karena lem mengandung pelarut yang
berbahaya, seperti benzena dan toluena.

Dari beberapa penelitian yang ada dampak kesehatan yang


ditimbulkan antara lain : iritasi mata, iritasi kulit, masalah pada
sistem pernafasan contohnya : PPOK, hematologi : anemia
aplastik, dan masalah pada sistem saraf pusat

Oleh karena itu, penting untuk mencegah PAK secara holistik


komperehensif. Mulai dari promotif hingga rehabilitatif. Terutama
untuk peventif pengadaan APD yang tepat sasaran, edukasi untuk
para pekerja, dan pengawasan yang baik dan benar dari pihak
manajemen sangat membantu dalam pencegahan PAK.
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai