Pendahuluan
2
Anatomi
• Nasofaring = rinofaring = epifaring
• Ruang yg terletak langsung di bwh tengkorak, di
belakang kavum nasi, di atas palatum
3
Anatomi (lanjutan)
4
Anatomi (lanjutan)
• fossa Rossenmülleri – resesus faringealis
• epitel peralihan
• foramen laserum
• aliran limfe tdk mengindahkan garis tengah tubuh –
metastasis ke leher kontralateral
5
Tumor ganas nasofaring (TGN) adalah keganasan
yang berasal dari epitel mukosa, jaringan
penyangga / lunak atau kelenjar yang terdapat pada
nasofaring
♂:♀ =2:1
Umur rata-rata = 30 – 50 th
6
Etiologi
– Virus
• Virus Epstein Barr WHO - type II and III
• HPV - WHO type I
– Nitrosamines– ikan asin
– Polycyclic hydrocarbons (Poli Aromatik
Hidrokarbon)
– Infeksi hidung kronis dan iritasi kronis
– Higiene sanitasi buruk
– Ventilasi buruk
– Ras
7
Lokasi
• fosa Rosenmülleri
• sekitar tuba Eustachius
• dinding belakang nasofaring
• atap nasofaring
8
WHO
Karsinoma nasofaring
a. sel skuamosa dg penandukan
= WHO tipe 1
diferensiasi baik, sedang dan jelek
b. sel skuamosa tanpa penandukan
= WHO tipe 2
c. karsinoma tanpa diferensiasi
(undifferentiated Ca) = WHO tipe 3
transisional & limfoepitelial
9
WHO (lanjutan)
Adenosarkoma
Karsinoma adenokistik (= silindroma)
Jenis yang lain
10
Gejala Dini KNF
– Telinga
– Hidung
11
Gejala Dini KNF
Gejala Telinga:
Tumor tumbuh di fosa Rosenmuler
pembuntuan tuba Eustakhius.
Gejala yang timbul:
Tinitus (low pitch) grebeg-grebeg
Unilateral, menetap
Dapat terjadi OM Serosa
12
Gejala Dini KNF
Gejala Hidung:
Tumor eksofitik permukaan rapuh, erosi
karena iritasi perdarahan ingus/dahak
bercampur darah, epistaksis.
Tumor eksofitik, tumbuh kedepan menutup
koane buntu hidung
13
Gejala Lanjut
Ekspansif:
• ke depan: menutup koane, terjadi buntu
hidung
• ke bawah: mendesak palatum, terjadi
“bombans” palatum mole
14
Gejala Lanjut KNF
Infiltratif
Perluasan ke atas:
• Masuk foramen laserum : (sindroma
petrosfenoidal)
– N V parestesi pipi trigeminal neuralgia
– N VI diplopi
– N III, IV, VI oftalmoplegi
• Ke rongga otak : peningkatan tekanan intra
kranial sakit kepala hebat
15
Gejala Lanjut KNF
Infiltratif
Perluasan ke belakang (sindroma retroparotidian):
Melalui foramen jugulare
• Mengenai n IX, X, XI, XII,
Gangguan menelan, Refleks muntah menurun/hilang,
Deviasi lidah
Sesak napas
Otot trapezius mengecil
• Perluasan ke retrofaring, parafaring : penyempitan
orofaring, trismus
16
UJUNG LIDAH
17
Gejala Lanjut KNF
Metastase
Limfadenopati leher:
• Pembesaran kelenjar getah bening di daerah
dorsal. Di bawah ujung mastoid, di depan otot
sternokleidomastoid, di belakang arkus
mandibula.
• Hampir 80% penderita KNF mempunyai gejala
limfadenopati
18
19
Kel leher
20
Gejala Lanjut KNF
Metastasis jauh:
• Paru
• Hepar
• Tulang
• Tulang panjang
• Tulang belakang
21
METAST TL STERNUM
22
Panah hitam :
Metastasis
Panah Putih :
Oftalmoplegi
simp-fna-knf-2003 23
DIAGNOSIS KNF
• Anamnesis yang lengkap (penting untuk gejala
dini)
• Pemeriksaan THT yang saksama, terutama
untuk nasofaring
• Pemeriksaan tambahan (Nasofaringoskopi,
Radiologi, Pemeriksaan Serologi) bila
diperlukan.
• Biopsi pemeriksaan PA
24
Waspada TGN bila dijumpai TRIAS GEJALA
Tumor leher
Gejala intrakranial
Gejala hidung
Pemeriksaan Nasofaring
• Rinoskopi Posterior(RP)
Tidak selalu dapat dilakukan pada setiap
penderita, sulit pada penderita yang sensitif
• Rinoskopi Posterior dengan Kateter
Palatum mole ditarik kedepan dengan
bantuan 2 kateter Nelaton
• Nasofaringoskopi
26
Pemeriksaan Tambahan
Nasofaringoskopi:
• Dilakukan bila RP tidak dapat dilakukan
(Penderita tak kooperatif, Trismus, Keadaan
umum kurang baik)
• Informatif pada stadium dini atau tumor yang
tidak eksofitik
27
Nasofaringoskopi
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Radiologi
• CT scan: untuk diagnostik tidak baku, dapat
menentukan perluasan tumor dan kerusakan tulang
lebih akurat. Dilakukan sebelum Radioterapi
• MRI: lebih memberikan gambaran besar tumor. CT
scan dan MRI membantu dalam diagnosis dini
• X-foto dada: melihat metastasis paru
• Bone Scantigraphy: melihat metastasis tulang
29
30
31
32
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Serologi:
• Belum banyak dikerjakan di Indonesia karena mahal
• Peningkatan IgA anti VCA (“Viral Capcid Antigen”)
dan IgA anti EA (“Early Antigen”)
• Sebagai skrining bagi penderita berisiko, pada
“occult primary tumor”, mendeteksi adanya
kekambuhan.
33
Biopsi Nasofaring
• Blind Biopsi (multipel, bilateral)
• Biopsi dengan bantuan RP dengan kateter
• Biopsi dengan Nasofaringoskopi
• Biopsi dengan narkosis
• Cara lain : Aspirasi jarum halus , Sitologi,
Kuretase
34
Biopsi Kelenjar Getah Bening
Leher
• Tidak boleh dilakukan biopsi insisi
• Sebaiknya dengan Biopsi Aspirasi
• Hanya untuk konfirmasi bila hasil PA
nasofaring meragukan
• Dapat dilakukan lebih dahulu bila biopsi
nasofaring secara teknis tidak dapat
dilaksanakan
35
Biopsi dengan nasofaringoskopi
Diagnosis KNF
37
Penentuan Stadium
• Penentuan stadium dilakukan berdasarkan
atas kesepakatan antara UICC (Union
Internationale Contre Cancer) dan AJCC
(American Joint Committee on Cancer)
• Dipakai sistem TNM
38
TNM KNF berdasarkan sistem
TNM edisi V
• T1 : Tumor terbatas pada nasofaring
• T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fosa nasal.
• T2a : tanpa perluasan ke parafaring
• T2b : dengan perluasan ke parafaring
• T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus
paranasal.
• T4 : Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai
saraf otak, fosa infratemporal, hipofaring atau
orbita
39
TNM KNF berdasarkan sistem
TNM edisi V
• N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
• N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral
< 6cm.
• N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral <
6 cm
• N3 : Terdapat pembesaran kelenjar > 6cm
atau ekstensi ke supraklavikular.
40
TNM KNF berdasarkan sistem
TNM edisi V
41
Terapi KNF
• Terapi utama adalah Radiasi.
• Diberikan pada tumor primer, metastasis
kelenjar leher.
• Untuk mengontrol tumor primer hasil
mencapai 80%.
• Untuk stadium III dan IV perlu kombinasi
dengan Kemoterapi
42
Terapi KNF
Kemoterapi
• Adjuvan: diberikan setelah radioterapi
• Konkomitan: diberikan bersama dengan
radioterapi
• Neo-adjuvan: diberikan sebelum radioterapi
Kendala: banyak penderita yang tidak dapat
menyelesaikan program
43
Terapi KNF
Terapi Bedah:
• Jarang dilakukan
• Deseksi Leher dilakukan bila tumor primer
sudah menghilang sedang tumor leher masih
tersisa
• Pembedahan tumor primer di nasofaring
dilakukan dengan pendekatan trans-palatal,
rinotomi lateral, “midfacial degloving” dsb.
44
Terapi KNF
45
Terapi KNF
Terapi Paliatif:
• Meningkatkan kualitas hidup agar dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari
• Mengurangi penderitaan (menghilangkan
nyeri, mengembalikan fungsi vital)
• Terapi suportif dalam bidang mental, sosial,
spiritual
46
Prognosis
Stadium dini : cukup baik (5 ysr: 70%)
Stadium lanjut : jelek (5 ysr : 0 – 20%)