Anda di halaman 1dari 12

INCOMPATIBILITAS OBAT

DAN BAHAN BAKU OBAT


KELOMPOK 5 :
Anggota :
Adrian Indra Gunawan 1901011005

Christina Habeahan 1901011009

Hadi Rahmad Setiawan 1901011018

Nadia Zuhra 1901011028

Rana Riqqah 1901011037


INCOMPATIBILITAS OBAT
1. PENGERTIAN

Inkompatibilitas merupakan suatu kejadian obat yang tidak tercampurkan secara


fisika maupun kimia dan berakibat pada hilangnya potensi, meningkatnya toksisitas
atau efek samping yang lain. Inkompatibilitas obat dapat terjadi sebelum obat
mencapai pasien yang dihasilkan dari reaksi fisikokimia antara beberapa obat, antara
obat dengan pelarut atau dengan peralatan yang digunakan. Inkompatibilitas terjadi
apabila 2 atau lebih obat diberikan pada jalur intravena yang sama atau dicampur pada
satu wadah yang sama dan menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan.

Inkompatibilitas terbagi menjadi 3 yaitu fisik, kimia, dan terapeutik.


- Inkompatibilitas fisik terjadi ketika kombinasi obat menghasilkan perubahan yang
terlihat secara fisik.
- Inkompatibilitas kimia adalah terjadinya degradasi obat secara kimiawi sehingga
mengakibatkan berkurangnya efektivitas obat dan dapat menyebabkan toksisitas
(Nagaraju dkk., 2015).
-Inkompatibilitas terapeutik terjadi bila obat yang satu dicampur/dikombinasikan
dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan demikian rupa hingga
sifat kerjanya dalam tubuh (in-vivo) berbeda dengan yang diharapakan.
Penggunaan obat intravena di rumah sakit semakin meningkat terutama pasien diruang
rawat intensif yang memerlukan efek farmakologi obat yang cepat dan dalam keadaan
tidak sadarkan diri. Penyiapan dan pemberian obat intravena cukup kompleks.
Penyiapan dan pemberian obat intravena yang tidak tepat dapat membahayakan pasien
karena obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Pemberian obat intravena dapat
menyebabkan inkompatibilitas, emboli, plebitis, infiltrasi dan ekstravasasi. Penelitan
sebelumnya melaporkan bahwa permasalahan dalam pemberian obat intravena adalah
inkompatibilitas (Vijayakumar dkk.,2014).

Kejadian inkompatibilitas dan ketidakstabilan obat dapat menyebabkan kegagalan terapi


dan membahayakan pasien terutama pada pasien anak dan neonatus. Selain itu kejadian
ini dapat memperlama waktu rawat inap dan biaya pengobatan. Farmasis dapat berperan
dalam menurunkan potensi kejadian inkompatibilitas pada pasien. Penelitian terkait
kompatibilitas dan stabilitas masih sangat terbatas. Oleh karena itu dilakukan penelitian
ini dengan tujuan untuk mengetahui problem kompatibilitas dan stabilitas pencampuran
sediaan intravena pada pasien rawat inap anak.
Contoh masalah inkompatibilitas dapat dilihat pada beberapa hasil penelitian
seperti : ketidaklayakan bentuk sediaan yang diracik. Obat yang tidak layak untuk
diracik yaitu sediaan tablet salut selaput. Obat yang sering digerus adalah
Heptasan® yang mengandung siproheptadin, yang merupakan golongan
antihistamin diindikasikan untuk pengobatan gejala alergi. Hasil penelitian
Homnick et al. (2005) menunjukkan bahwa efek samping siproheptadin terhitung
sedikit, namun efek pada kenaikan berat badan cukup signifikan. Hal ini yang
menjadi dasar dalam pemberian obat ini oleh dokter pada pasien pediatri
Pencegahan terhadap inkompatibilitas perlu dilakukan karena kejadian
inkompatibilitas dapat menyebabkan berbagai hal yang merugikan dan
membahayakan pasien, bahkan dapat menyebabkan kematian. Beberapa Penelitian
melaporkan bahwa terjadi kasus kematian pada pasien neonatus akibat pemberian
ceftriaxone bersamaan dengan larutan yang mengandung kalsium. Hal ini terjadi
karena adanya pembentukan endapan yang dapat menyebabkan resiko terjadinya
emboli (Bradley dkk., 2009).
BAHAN BAKU OBAT
1. PENGERTIAN BAHAN BAKU OBAT

Menurut Permenkes 87 Tahun 2013,Obat adalah bahan atau paduan bahan-


bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Maka
dari itu obat merupakan komponen penting yang tidak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat haruslah bermutu dan aman digunakan serta harganya
terjangkau masyarakat umum.
bahan baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu
sebagai bahan farmasi. Dalam proses pembuatan obat dibutuhkan bahan baku obat
yang berkualitas. Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat (zat aktif)
maupun tidak berkhasiat (zat nonaktif/eksipien), yang berubah maupun tidak
berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan
tersebut masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010). Bahan baku obat
dapat berasal dari alam (tumbuhan dan hasil laut) maupun dari bahan sintetik.
Jumlah impor bahan baku obat dapat diminimanilisir dengan
menumbuhkan industri bahan baku obat di Indonesia. Hal ini dapat
mendukung kemandirian Indonesia dalam bidang obat. Industri bahan
baku obat tidak dapat hanya dilihat dari segi ekonomi saja karena sangat
memungkinkan pada tahap awal produksi bahan baku asli Indonesia dapat
lebih mahal daripada produk impor. Namun, dapat kita lihat bahwa
pembangunan industri bahan baku di dalam negeri dapat menjaga
ketahanan nasional dalam bidang obat. Pembangunan industri bahan baku
obat dapat kita upayakan terlebih dahulu dengan pengembangan sumber
daya alam Indonesia. Sumber daya alam Indonesia sangat kaya dan
sebagian besar adalah perairan.
BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL

Tanaman atau bahan baku yang dipergunakan dalam pengobatan tradisional atau
pengobatan alternatif dapat berupa :
1. Bahan mentah atau simplisia yang dapat berupa bahan segar, serbuk kering atau
diformulasi.
Bahan Mentah atau Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga. Simplisia dapat berupa bahan segar
atau serbik kering yang sesuai dengan standar farmakope. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
-Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat adalah ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
-Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
-Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni.
2. Ekstrak yang dapat berupa cairan segar, ekstrak atu rebusan, tingtur, galenik, atau formula
ekstrak kering seperti tablet, kapsul, dan sirup.
Sediaan obat dalam bentuk ekstrak (monoekstrak) mengandung camapuran senyawa kimia
yang kompleks. Masing-masing komponen senyawa mempunyai efek farmakologis yang
berbeda-beda dengan efek yang ditimbulkan secara keseluruhan.
Komponen senyawa aktif yang terkandung dalam suatu sediaan ekstrak tanaman obat dapat
dibedakan atas :
a). Senyawa aktif utama,
b). Senyawa akti sampingan,
c). Senyawa ikutan (antara lain: selulosa, amilum, gula, lignin, protein, lemak).

Keseluruhan senyawa tersebut di atas akan berperan sehingga menimbulkan efek


farmakologis secara keseluruhan baik secra sinergis maupun antagonis. Golongan senyawa
yang aktivitasnya dominan disebut senyawa aktif utama (hanya pada beberapa sediaan saja
dapat diterangkan; terutama pada senyawa-senyawa aktif yang sudah benar-benar diketahui).
BAHAN BAKU OBAT MODERN

Terdapat macam-macam jenis obat herbal yang diproduksi oleh DLBS,


diantaranya adalah obat yang berasal dari Zingiber Officinale atau jahe yang
diekstraksi untuk meredakan kembung dan mual.
Penggunaan jahe juga ditemukan dalam obat pereda batuk dan sakit
tenggorokan yang dicampur dengan daun saga serta buah mahkota dewa yang
diproses melalui teknologi modern.
DLBS juga berhasil mengembangkan jenis tanaman Lagerstroemia
speciosa dan cinnamomum burmannii yang bekerja untuk meningkatkan
sensitivitas asupan glukosa, insulin, dan lipoprotein bagi pasien diabetes tipe 2.
Bahkan mahkota dewa yang memiliki fraksi Phaleria macrocarpa juga
dikembangkan untuk mengobati kanker payudara dan meredakan nyeri yang
muncul saat premenstrual syndrome juga selama menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
 - Vijayakumar, A., Sharon, E.V., Teena, J., Nobil, S., dan Nazeer, I., 2014. A clinical
study on drug-related problems associated with intravenous drug administration.
Journal of Basic and Clinical Pharmacy, 5: 49–53.
 - Homnick DN, Marks JH, Hare KL, Bonnema SK. Long-term trial of cyproheptadine
as anappetite stimulant in cystic fibrosis. Pediatr Pulmonol. 2005;40(3):251–6. doi:
10.100 2/ppul.20265.
 - Bradley, J.S., Wassel, R.T., Lee, L., dan Nambiar, S., 2009. Intravenous ceftriaxone
and calcium in the neonate: assessing the risk for cardiopulmonary adverse events.
Pediatrics, 123: e609-613.
 - https://www.liputan6.com/health/read/2637035/30-ribu-tanaman-ini-berpotensi-
sebagai-bahan-baku-obat-modern.
 - Nagaraju, A., Deepak, A.S., Aruna, C., Swathi, K., dan Reddy, 2015. Assesment of
intravenous admixtures incompatibilities and the incidence of intravenous drug
administration errors. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 4:
1227–1237.
 - Mentah Bagian Persyaratan Bahan Baku, http//:websisni.bsn.go.id.

Anda mungkin juga menyukai