Anda di halaman 1dari 28

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkawinan PNS,
TNI/ABRI dan
POLRI
Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara
pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan untuk membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974).
Perkawinan bagi
Pegawai Negeri
Sipil
Pegawai Negeri Sipil
PNS adalah unsur aparatur Negara dan abdi
masyarakat yang harus menjadi teladan yang
baik bagi masyarakat dalam tingkah laku,
tindakan, dan ketaatan dalam perundang-
undangan yang berlaku termasuk
menyelenggarakan kehidupan berkeluarga.
Perkawinan Bagi PNS Diatur dalam
Peraturan Pelaksanaan Tersendiri

Perihal perkawinan bagi PNS diatur


pelaksanaannya dalam PP No. 10 tahun 1983
tentang izin perkawinan dan perceraian bagi
PNS yang kemudian diubah dan ditambah
dengan PP No. 45 Tahun 1990.
Pemberitahuan Izin atau Penolakan
Pemberiannya Kepada :
• Kepala badan administrasi kepegawaian Negara, sepanjang
menyangkut PNS sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8
tahun 1974 dan pegawai bulanan disamping pensiun;
• Pimpinan masing-masing bank milik Negara, BUMN,
bank milik daerah, dan BUMD, sepanjang menyangkut
PNS sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 tahun 1974
pegawai bank milik Negara BUMN, bank milik daerah,
dan BUMD;
• Bupati, sepanjang menyangkut PNS sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 8 tahun 1974, kepala desa,
perangkat desa, dan petugas yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di desa.
Terjadinya Poligami di Kalangan
PNS
• PNS laki-laki dapat berpoligami sepanjang hal
tersebut dilakukan secara sah dan memenuhi
syarat;
• PNS wanita, tidak diizinkan menjadi isteri
kedua/ketiga/keempat.
Izin untuk Beristeri Lebih dari Seorang Hanya
Dapat Diberikan Apabila Memenuhi Minimal Salah
Satu Syarat Sebagai Berikut:
• Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;
• Isteri mendapat cacad badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan;
• Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Syarat lain yang harus dipenuhi oleh pemohon:
• Ada persetujuan tertulis dari isteri;
• PNS pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang
cukup untuk membiayai lebih dari seorang isteri dan anak-
anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak
penghasilan;
• Ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia
akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
Ditolaknya Izin Berpoligami
• Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama
yang dianut PNS yang bersangkutan;
• Tidak memenuhi syarat berpoligami;
• Bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
• Alasan yang dikemukakan bertentangan
dengan akal sehat;
• Ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan
tugas kedinasan.
Prosedur Izin Perceraian Bagi PNS
• Mengajukan permintaan secara tertulis;
• Dalam surat permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan
perceraian;
• Permintaan izin tersebut diajukan kepada pejabat;
• Pemberian atau penolakan pemberian izin untuk melakukan perceraian,
dilakukan oleh pejabat secara tertulis dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 3 bulan terhitung mulai ia menerima permintaan izin tersebut;
• Pejabat yang menerima permintaan izin untuk melakukan perceraian wajib
memperhatikan dengan seksama alasan-alasan yang dikemukakan dalam
surat permintaan izin dan pertimbangan dari atasan PNS bersangkutan;
• Apabila alasan-alasan dan syarat-syarat yang dikemukakan dalam
permintaan izin tersebut kurang menyakinkan, maka pejabat harus
meminta keterangan tambahan dari isteri/suami dari PNS bersangkutan
atau dari pihak lain;
• Pejabat berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami-isteri yang
bersangkutan.
Kewajiban PNS Setelah Bercerai
• Wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk
penghidupan bekas isteri dan anak-anaknya;
• Pembagian gaji tersebut ialah sepertiga;
• Apabila dari perkawinan tersebut tidak ada anak,
maka bagian gaji yang wajib diserahkan PNS kepada
bekas isterinya ialah setengah dari gajinya;
• Apabila bekas isteri PNS yang bersangkutan kawin
lagi, maka haknya atas bagian gaji dari bekas
suaminya menjadi hapus terhitung mulai ia kawin
lagi.
Izin untuk Bercerai atau
Berpoligami di Kalangan PNS
• Pimpinan lembaga tertinggi/tinggi Negara, menteri, jaksa
agung, pimpinan lembaga pemerintah non-departemen,
pimpinan kesekretariatan, Kepala Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri, dan gebernur kepala daerah tingkat
I (izin dari kepala daerah yang bersangkutan);
• Bupati/walikota madya kepala daerah tingkat II termasuk
walikota di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan walikota
administratif (izin dari Menteri Dalam Negeri);
• Pimpinan bank milik Negara dan pimpinan BUMN (izin
dari Presiden);
• Pimpinan bank milik daerah dan pimpinan badan usaha
milik daerah (izin dari kepala daerah yang bersangkutan).
Pelanggaran Disiplin Berat bagi PNS
• PNS yang melangsungkan perkawinan pertama atau duda/janda
yang menikah lagi tidak memberitahukannya secara tertulis
kepada pejabat melalui dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun setelah perkawinan itu dilangsungkan;
• PNS yang akan melakukan perceraian tanpa izin atau surat
keterangan lebih dahulu dari pejabat yang diberi wewenang
untuk itu;
• PNS pria berpoligami tanpa izin dari pejabat yang berwewenang
itu;
• PNS yang hidup bersama wanita/pria yang bukan isterinya atau
suami;
• PNS yang tidak melaporkan perceraiannya dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung mulai terjadinya
perceraian;
• PNS yang tidak melaporkan perkawinannya yang
kedua/ketiga/keempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1
(satu) tahun terhitung sejak perkawinan tersebut dilangsungkan.
Sanksi Pelanggaran
• Penurunan pangkat setingkat lebih rendah
untuk paling lama satu tahun;
• Pembebasan dari jabatan;
• Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS; dan
• Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai
PNS;
• Bagi PNS wanita, sanksinya adalah
pemberhentian tidak hormat.
Perkawinan Bagi TNI/ABRI
Peranan dan tugas pokok ABRI sangat berat,
sehingga setiap anggota ABRI dikehendaki
suatu disiplin yang lebih berat dalam
mengemban tugasnya, dibanding anggota
masyarakat diluar ABRI. Kehidupan ABRI
yang sedemikian itu harus ditunjang oleh
kehidupan suami-isteri atau berkeluarga yang
serasi, sehingga setiap anggota ABRI dalam
melaksanakan tugasnya tidak akan mengalami
masalah-masalah dalam rumah tangganya.
Tata Cara Perkawinan TNI atau
ABRI
• Anggota ABRI yang akan melaksanakan perkawinan
harus mendapat izin terlebih dahulu dari pejabat yang
berwenang;
• Izin kawin hanya diberikan apabila perkawinan yang
akan dilakukan itu tidak melanggar hukum agama yang
dianut oleh kedua belah pihak yang bersangkutan;
• Izin kawin pada prinsipnya diberikan pada anggota TNI
atau ABRI yang bersangkutan jika pekawinan atau
pernikahan itu memperlihatkan prospek kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi calon suami isteri yang bersangkutan
dan tidak akan membawa pengaruh atau akibat yang
merugikan kedinasan.
Hal yang Bisa Membatalkan Proses
Perkawinan TNI atau ABRI
• Surat izin kawin hanya berlaku selama enam bulan
terhitung mulai tanggal dikeluarkannya;
• Dalam hal izin kawin telah diberikan, sedangkan
perkawinan tidak jadi dilakukan, maka yang
bersangkutan harus segera melaporkan pembatalan itu
kepada pejabat yang memberikan izin tersebut disertai
dengan alasan-alasan secara tertulis;
• Setelah perkawinan dilakukan, maka salinan surat izin
kawin dari lembaga yang berwenang, serta salinan surat
izin kawin harus diserahkan oleh yang bersangkutan
kepada pejabat personalia di kesatuannya guna
menyelesaikan administrasi personil dan keuangannya.
Penolakan Pemberian Izin Untuk
Melakukan Perkawinan
• Tabiat, kelakuan dan reputasi calon suami
atau isteri yang bersangkutan tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah atau norma kehidupan
bersama yang berlaku dalam masyarakat;
• Ada kemungkinan, bahwa perkawinan itu
akan dapat merendahkan martabat TNI atau
ABRI ataupun negara baik langsung maupun
tidak langsung;
• Persyaratan kesehatan yang tidak dipenuhi.
. Tata Cara Perceraian TNI atau
ABRI
• Anggota ABRI atau TNI yang akan melakukan
perceraian harus mendapat izin terlebih dahulu dari
pejabat yang berwenang;
• Izin cerai hanya diberikan apabila perceraian yang akan
dilakukan itu tidak bertentangan dengan hukum agama
yang dianut oleh kedua belah pihak yang bersangkutan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
• Izin cerai pada prinsipnya diberikan kepada anggota
TNI atau ABRI apabila perkawinan telah dilakukannya
tidak memberi manfaat ketentraman jiwa dan
kebahagiaan hidup sebagai suami dan isteri;
• Harus adanya permintaan tertulis dari pejabat agama
angkatan atau pejabat TNI atau Polri yang
bersangkutan.
Sanksi yang Didapat TNI atau
ABRI

• Dalam bidang disiplin militer;


• Dalam bidang administratif.
Perkawinan Bagi Anggota POLRI
Anggota Polri yang akan melangsungkan
perkawinan, yang akan bercerai ataupun yang
akan rujuk kembali dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan
dilaksanakan sesuai dengan tuntunan agama
yang dianutnya.
Tata Cara Permohonan Izin Kawin
dan Izin Cerai Diatur Agama :
• Menurut Agama Islam;
• Menurut Agama Kristen Protestan;
• Menurut Agama Kristen Katholik;
• Menurut Agama Hindu dan Budha.
Langkah-Langkah yang Sudah di Tentukan
dalam Perkawinan Polri Adalah Sebagai
Berikut:
• Anggota polri yang akan melaksanakan perkawinan
harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pejabat
yang berwenang;
• Izin kawin baru dapat diberikan oleh pejabat
berwenang, setelah mendapat pengesahan dari pejabat
agama dilingkungan Polri;
• Izin kawin pada prinsipnya diberikan kepada anggota
jika perkawinan/ pernikahan itu memperlihatkan
prospek kebahagiaan dan kesejahteraan bagi calon
suami/isteri yang bersangkutan, lagi pula tidak akan
membawa pengaruh atau akibat yang dapat
merugikan kedinasan.
• Surat izin kawin hanya berlaku selama 6 bulan
terhitung mulai tanggal dikeluarkannya;
• Dalam hal izin kawin diberikan, sedangkan
perkawinan tidak jadi dilakukan, maka yang
bersangkutan harus segera melaporkan pembatalan
itu kepada pejabat yang memberikan izin tersebut
berikut alasan-alasan secara tertulis;
• Setelah perkawinan dilangsungkan, maka salinan
surat kawin dari lembaga yang berwenang, berikut
salinan surat izin kawin diserahkan yang
bersangkutan kepada pejabat dikesatuannya guna
penyelesaian administrasi dan keuangan;
• Anggota Polri tidak diperkenankan kawin mengikuti
pendidikan pertama/pendidikan dasar baik di luar
maupun diluar negeri.
Perkawinan Anggota Polwan
• Izin kawin dapat diberikan setelah sekurang-
kurangnya dua tahun menjalankan dinas;
• Penolakan pemberian izin kawin dikakukan
apabila : “Calon suami dari wanita ABRI
berstatus beristeri” ;
• Surat izin permohonan kawin/cerai diajukan
kepada pejabat.
Ketentuan Perceraian Bagi Anggota
Polri
• Anggota ABRI atau TNI yang akan melakukan
perceraian harus mendapat izin terlebih dahulu
dari pejabat yang berwenang;
• Izin cerai hanya diberikan apabila perceraian
yang akan dilakukan itu tidak bertentangan
dengan hukum agama yang dianut oleh kedua
belah pihak yang bersangkutan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
• Izin cerai pada prinsipnya diberikan kepada
anggota TNI atau ABRI apabila perkawinan telah
dilakukannya tidak memberi manfaat
ketentraman jiwa dan kebahagiaan hidup sebagai
suami dan isteri.
• Gugatan perceraian terhadap anggota polri oleh
suami/istri yang bukan anggota polri dapat
disampaikan langsung oleh yang berkepentingan
kepada komandan atasannya dan boleh juga kepada
Pengadilan Agama/Pengadilan Negeri;
• Pemberian nafkah kepada bekas isteri atau suami
yang bercerai dan atau kepada anak yang diasuhnya
serta pembagian harta kekayaan akibat perceraian
diputus oleh pengadilan;
• Setelah percerian dilangsungkan, maka salinan
surat cerai dari Lembaga yang berwenang, berikut
salinan surat izin cerai harus diserahkan oleh yang
bersangkutan kepada pejabat personil daerah
kesatuannya guna penyelesaian administrasi
personalia dan keuangan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan
penulisan dan pengucapan dalam
penyajian makalah kelompok kami. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
☺☺☺☺☺☺

Anda mungkin juga menyukai