Anda di halaman 1dari 21

Hukum Islam

Oleh

Muhammad Fajar Maulana


D3 Elektronika – 1A

Politeknik Negeri Ujung Pandang


Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukalaf (orang
yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi
semua pemeluknya.

Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk
melaksanakannya secara total. Syariat Islam menurut istilah berarti hukum-hukum
yang diperintahkan Allah SWT untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik
yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan
amaliyah.Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk
menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata Islam bukanlah hanya sebuah agama yang
mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja.
Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah SWT untuk mengatur hubungan
manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan
tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits.
Sumber Hukum Islam
Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan
untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui
permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali
membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah
diperlukan sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:

1.Al-Quran
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat
Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui
Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah,
larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al-Quran
menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar
tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah, ayat-ayat Al-Quran
menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.
2.Al-Hadist
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu yang
berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau.
Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang masih
global dalam Al-quran. Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga
disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan,
ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum Islam.

3.Ijma’
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah
atas sebuah perkara dalam agama.” Dan ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan
adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin
(setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan
jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,sehingga tak dapat dipastikan
bahwa semua ulama telah bersepakat.
4.Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits dan Ijma’ adalah
Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran
ataupun hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang
hendak diketahui hukumnya tersebut.Artinya jika suatu nash telah menunjukkan
hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan telah diketahui melalui salah
satu metode untuk mengetahui permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus
lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga, maka
hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang ada nashnya.
Prinsip Hukum Islam
Prinsip-prinsip hukum Islam, yaitu :

1. Prinsip Tauhid
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua
manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang
dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip
ini ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid
ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan
manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai manipestasikesyukuran kepada-
Nya. Dengan demikian tidak boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia dan
atau sesama makhluk lainnya. Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan
penyerahan diri manusia kepada keseluruhan kehendak-Nya.

2. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’n (keseimbangan/
moderasi). Kata keadilan dalam al-Qur‟an kadang diekuifalensikan dengan al-qist. Al-
mizan yang berarti keadilan di dalam Al-Qur‟an terdapat dalam QS. Al-Syura: 17 dan
Al-Hadid: 25.
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan
yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat hukum Barat
diartikan sebagai fungsi social engineering hukum. Prinsip Amar Makruf Nahi
Mungkar didasarkan pada QS. Al-Imran : 110, pengkategorian Amar Makruf Nahi
Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan akal.

4. Prinsip Kebebasan/Kemerdekaan
Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum Islam
disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi,
argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah kebebasan dl arti
luasyg mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu maupun kebebasan
komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan prinsip tidak ada paksaan
dalam beragama (QS. Al-Baqarah : 256 dan Al-Kafirun: 5)
5. Prinsip Persamaan/Egalite
Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al-
Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah manusia
atas manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam pembinaan dan
pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan mengontrol sosial, tapi bukan
berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti komunis.

6. Prinsip At-Ta‟awun
Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang
diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan.

7. Prinsip Toleransi
Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak
terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya --- tegasnya toleransi hanya dapat
diterima apabila tidak merugikan agama Islam.
Perbedaan Mazhab dan
Penyikapannya
Mazhab (bahasa Arab:‫ ;مذهب‬mażhab) adalah penggolongan suatu hukum atau
aturan setingkat dibawah firkah, yang dimana firkah merupakan istilah yang sering
dipakai untuk mengganti kata "denominasi" pada Islam.
Kata "mazhab" berasal dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan
dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkret maupun abstrak. Sesuatu
dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya.
Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode
(manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang
yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya,
bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Ada banyak mazhab dalam Islam yang tersebar di dunia. Tiap mazhab memiliki
perbedaan pada aturan yang tidak terlalu berbeda dengan mazhab lainnya.

Sunni
Sunni atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah adalah salah satu firkah terbesar dalam
Islam. Ada empat mazhab fikih besar yang paling banyak diikuti oleh muslim, yaitu
Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali. Di dalam keyakinan Sunni, empat mazhab
tersebut valid untuk diikuti, perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat
fundamental.

Syi'ah
Syi'ah merupakan firkah resmi di Iran. Pada perkembangannya hanya tiga
mazhab fikih yang masih ada sampai sekarang, yaitu Itsna 'Asyariah (paling banyak
diikuti), Ismailiyah dan Zaidiyah. Di dalam akidah Syi'ah, Ahlulbait dan keturunannya
dianggap berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan sebagai khalifah dan imam
bagi kaum muslimin pengganti Rasulullah.
Mazhab fikih
Mazhab menurut ulama fiqih, adalah sebuah metodologi fikih khusus yang
dijalani oleh seorang ahli fiqih mujtahid, yang menghantarkannya memilih sejumlah
hukum dalam kawasan ilmu furu’.

Mazhab fikih Ahlus-Sunnah wal Jama'ah

Hanafi
Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi dianut sekitar 35% dari
keseluruhan umat Islam, penganutnya banyak terdapat di Asia Selatan (Pakistan,
India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Maladewa), Mesir bagian Utara, Irak, Syria,
Libanon dan Palestina (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya,
Dagestan).
Maliki
Didirikan oleh Imam Malik, diikuti oleh sekitar 25% muslim di seluruh dunia.
Mazhab ini dominan di negara-negara Afrika Barat dan Utara. Mazhab ini memiliki
keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk Madinah sebagai sumber
hukum karena Nabi Muhammad hijrah, hidup, dan meninggal di sana; dan kadang-
kadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hadis.

Syafii
Dinisbatkan kepada Imam Syafi'i, merupakan mazhab terbesar dalam mazhab
fikih Sunni, dengan memiliki penganut sekitar 50% muslim di dunia. Pengikutnya
tersebar terutama di Indonesia, Iran, Mesir, Somalia bagian Timur, Thailand,
Kamboja, Vietnam, Singapura, Filipina, dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia
dan Brunei.

Hambali
Dimulai oleh para murid Imam Ahmad bin Hambal. Mazhab ini diikuti oleh
sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab. Mazhab ini
merupakan mazhab yang saat ini dianut di Arab Saudi.
Mazhab fikih Syi'ah

Mazhab Dua Belas Imam


Mazhab Ja'fari atau Mazhab Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariah) adalah mazhab
dengan penganut yang terbesar dalam aliran Syi'ah. Dinisbatkan kepada Imam ke-6,
yaitu Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Keimaman kemudian berlanjut yaitu sampai Muhammad al-Mahdi bin Hasan al-
Asykari bin Ali al-Hadi bin Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha bin Musa al-
Kadzim bin Ja'far ash-Shadiq. Mazhab ini menjadi mazhab resmi dari Negara
Republik Iran.

Ismailiyah
Mazhab Ismaili atau Mazhab Tujuh Imam berpendapat bahwa Ismail bin Ja'far
adalah Imam pengganti ayahnya Jafar as-Sadiq, bukan saudaranya Musa al-Kadzim.
Dinisbatkan kepada Ismail bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali bin Husain
bin Ali bin Abi Thalib. Garis Imam Ismailiyah sampai ke Imam-imam Aga Khan, yang
mengklaim sebagai keturunannya.
Zaidiyah
Mazhab Zaidi atau Mazhab Lima Imam berpendapat bahwa Zaid bin Ali
merupakan pengganti yang berhak atas keimaman dari ayahnya Ali Zainal Abidin,
ketimbang saudara tirinya, Muhammad al-Baqir. Dinisbatkan kepada Zaid bin Ali bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Setelah kematian imam ke-4, Ali Zainal Abidin, yang
ditunjuk sebagai imam selanjutnya adalah anak sulung dia yang bernama Muhammad
al-Baqir, yang kemudian diteruskan oleh Ja'far ash-Shadiq. Zaid bin Ali menyatakan
bahwa imam itu wajib melawan penguasa dengan pedang. Setelah Zaid bin Ali syahid
pada masa Bani Umayyah, ia digantikan anaknya Yahya bin Zaid.

Penyikapannya
Perlakukan dan sikapilah orang lain, kelompok lain penganut mazhab lain
sebagaimana engkau, kelompok dan mazhabmu ingin diperlakukan dan sikapi. Serta
janganlah memperlakukan dan menyikapi orang lain, kelompok lain dan pengikut
mazhab lain dengan perlakuan dan penyikapan yang tidak engkau inginkan dan tidak
engkau sukai untuk dirimu, kelompokmu atau mazhabmu.
Akomodasi Kearifan Lokal
dalam Islam
Setiap daerah mempunyai kebiasaan dan adat istiadat yang berbeda – bedanamun
harus diperhatikan bahwa kebiasaan yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan
semangat Islam yang tertuang dalam al- Qur’an dan hadist. Jika bertentangan maka
kaidah ini tidak berlaku.

Prinsip yang selalu dipegang oleh Wali Songo dan penyebar Islam lainnya agama
islam tidak anti terhadap budaya lokal apabila budaya lokal tersebut bertentangan
dengan tuntutan al-Qur’an dan hadist.

Anda mungkin juga menyukai