Anda di halaman 1dari 17

Bahasa Indonesia

yang Baik dan Benar


Ragam Bahasa menurut Poerwadarminta

Ragam Bahasa

Ragam Tutur R. Bergaya


Penjelasan
Ragam tutur : bahasa Indonesia yang lazim
digunakan dalam pergaulan sehari-hari
Ragam bergaya : bahasa Indonesia yang
digayakan, sengaja diperbesar daya gunanya
segala sesuatunya disusun, diatur seefisien-
efisiennya agar secara tepat dapat menyalurkan
berita batin dan pikiran.
Ragam umum : secara menyeluruh atau mewakili
semuanya atau ragam yang digunakan sehari-
hari.
Ragam khusus : khas atau khusus pada hal
tertentu saja atau mengkhususkan sesuatu.
Lanjutan
 Ragam sastra : mengutamakan unsur-unsur
keindahan seni dengan menekankan gaya
pengungkapan simbolik.
 Ragam ringkas : singkat tetapi padat baik

perkataan atau cerita.


 Ragam ilmiah : sarana verbal yang efektif,

efisien, baik, dan benar.


 Ragam jabatan : digunakan sesuai dengan

pekerjaan yang digeluti.


 Ragam jurnalistik : digunakan dalam penulisan

berita di media cetak dan elektronik serta


jurnal.
Ragam Bahasa
menurut Anton Moeliono

RAGAM BAHASA

Ragam Berdasarkan Pemakai Ragam Berdasarkan Pemakaian


Bahasa Indonesia Ragam baku
 Ragam baku ialah bahasa yang disusun,
diatur seefisien-efisiennya agar secara tepat
dapat menyalurkan ide dan pikiran pembicara
atau penulis.
Ciri BI Baku
 Ciri Sifat
 Ciri Fungsi
 Ciri Sikap Pemakai
 Ciri Bentuk
Ciri Sifat
1. kestabilan
(mantap, tidak berubah-ubah) dan
2. kefleksibelan
(dinamis, mudah menyesuaikan diri)
3. kecendekiaan
(kemampuan mewahanai pikiran, mudah
dimengerti)
Ciri Fungsi
1. Sebagai pemersatu
2. Penanda keperibadian
3. Penambah kewibawaan
4. Sebagai kerangka acuan
Ciri Sikap Pemakai Bahasa Baku
1. Sikap kesetiaan
2. Sikap bangga
3. Sikap kesadaran akan norma-norma atau
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa
Indonesia
Kaidah Bahasa Baku meliputi
Tata Bunyi
Tata Bahasa (kata dan kalimat)
Ejaan
Ciri Bentuk
1. Pemakaian awal me- dan ber- (bila ada)
secara eksplisit dan konsisten.

a. Banjir menyerang kampung.


Banjir serang kampung. (tidak baku)
b. Saya berjalan ke kota.
Saya jalan ke kota. (tidak baku)


2. Pemakaian fungsi gramatikal (S-P-O)
secara eksplisit dan konsisten
Perawat itu pergi ke kamar pasien.
Perawat itu ke kamar pasien. (tidak baku)
3. Terbatasnya jumlah struktur gramatikal dari
dialek regional dan bahasa daerah yang
belum terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Surat itu saya tulis.
Surat itu ditulis oleh saya. (tidak baku)
4. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (bila
ada) secara eksplisit dan konsisten
a. Perawat tahu bahwa pasien sudah
meninggal.
Perawat tahu pasien sudah meninggal.
(tidak baku)
b. Pasien itu dapat diselamatkan karena ada
pendonor dengan golongan darah AB
Pasien itu dapat diselamatkan, ada pendonor
dengan golongan darah AB
5. Pemakaian pola frasa verbal aspek + agen + verba (bila ada)
secara konsisten.

Resep itu sudah dia berikan kepada pasien


Resep itu dia sudah berikan kepada pasien Surat

6. Pemakaian konstruksi sintesis.


contoh:
baku tidakbaku
harganya → dia punya harga
membersihkan → bikin bersih
memberitahukan → kasih tahu
mereka → dia orang-orang
7. Pemakaian partikel kah dan pun (bila ada)
secara konsisten.
contoh:
a. Bagaimanakah cara memakai alat suntik itu?
Bagaimana cara pakai alat suntik itu? (tidak
baku)
b. Ia pun bangkit dari kursi.
Ia bangkit dari kursi. (tidak baku)
Pemakaian unsur-unsur leksikal yang telah dibakukan dalam bahasa
Indonesia.
contoh:
pada malam minggu → di malam minggu
dengan → sama
mengapa → kenapa
tetapi → tapi
anda, saudara → situ
mengatakan → bilang
pergi → pigi
memberi → kasih
tidak → nggak
bagaimana → gimana
hari ini → ini hari
9. Pemakaian polaritas tutur sapa yang konsisten.
Misalnya:
saya − tuan, saya − saudara
kami − saudara, saya − kamu sekalian (tidak
baku)
10 Pemakaian peristilahan resmi
11. Pemakaian ejaan resmi dalam ragam tulis.
Misalnya:
ke pasar → kepasar
ditusuk → di tusuk

Anda mungkin juga menyukai