Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI SHALAT

Kelompok 6
Sugiarti Farhah (191520097)

Suhaemah (191520098)

Vika Varamarlia (191520103)

Husnul Rohmah (191520108)


Pengertian Psikologi dan Shalat
• Menurut Abudin Natta Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa seseorang
melalui gejala perilaku yang dapat diamati.
• Shalat secara etimologi berarti do’a.
• Shalat secara terminologi artinya ibadah yang dilakukan dengan beberapa syarat yang
diawali dengan Takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Hal ini sejalan dengan
pendapat Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab fathul mu’in.
Shalat dikatakan do’a karena esensi seluruh bacaan dalam shalat mengandung
makna do’a kepada Allah SWT.
SHALAT DAN KEHIDUPAN
Dalam buku al-salatu hayah, yang kemudian diterjemahkan oleh Tiar Anwar Bachtiar dan
Reni Kurnaesih dengan judul shalat sebagai terapi psikologi, Muhammad Bahnasi
mencoba untuk mengkaji ayat-ayat shalat untuk menemukan signifikasi dalam konteks
kekinian. Motivator Mesir ini menggunakan pendekatan psikologi untuk mengkaji
bagaimana shalat dapat berpengaruh dalam kehidupan manusia baik individu maupun
sosial.
Bahnasi mencoba menjelaskan bahwasannya apabila seseorang sedang sakit parah,
dalam peperangan atau dalam perjalanan dan seseorang tersebut tidak menemukan air
maka ia harus tetap shalat. Islam mengajarkan manusia untuk beradaptasi dengan kondisi
tersebut. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Maidah ayat 6.
Ayat tersebut juga mengisyaratkan pengaruh shalat bagi jasmani manusia. Organ yang
memelihara hidup manusia adalah jasmani. Karenanya manusia harus memperhatikan
jasmaninya. Syarat yang harus dilakukan sebelum shalat adalah bersuci, bersuci mengajarkan
manusia tentang kebersihan. Sebagaimana wudhu yang dilakukan untuk membersihkan anggota-
anggota jasmani.
Bahnasi menjelaskan bahwa bagi musholli, tangannya akan selalu bersih hingga tidak ada kotoran
baik yang dhohir maupun yang batin. Lalu wajah terutama kedua mata akan bersih hingga
terhindar dari penyakit seperti radang mata. Lalu hidung akan bersih terutama terhindar dari
virus ketika terkena dingin. Kegiatan wudhu lainnya adalah berkumur, hal ini bisa membersihkan
mulut dan mencuci rongga mulut yang penuh dengan kuman. Selain itu, kedua telinga yang
dibersihkan, bagian leher, rambut kepala, kedua kaki beserta jari-jarinya. Semua kegiatan wudhu
tersebut merupakan bentuk penyucian yang sangat lengkap serta pembersihan yang sempurna.
 Gerakan selanjutnya adalah sujud. Ketika sujud posisi kepala lebih rendah dari jantung. Hal ini
menunjukkan bahwa urat syaraf pada otak akan terisi oleh darah, sehingga otak dapat berfungsi
dengan baik. Karena otak dapat berfungsi dengan baik ketika dimasuki darah yang cukup.
 Shalat juga merupakan bentuk latihan konsentrasi, seorang hamba dituntut untuk melakukan
secara khusyu’ tanpa tergeesa-gesa. Dalam berkonsentrasi, seseorang dituntut untuk mengontrol
diri baik dalam hal perbuatan mauoun pikiran.
 Shalat memiliki norma khusus yang dapat memelihara pikiran orang-orang yang
mengerjakannya. Seperti halnya orang shalat harus melihat ketempat sujudnya, yaitu pada titik
yang tetap ketika berdiri. Melihat kedua kaki ketika ruku’, melihat ujung hidungnya ketika
sujud, melihat pahanya ketika duduk, dan melihat kedua pahanya ketika salam. Artinya, terdapat
titik pandang tetap setiap gerakan shalat agar pandangan kita tidak terpecah sehingga
mempengaruhi konsentrasinya.
MAKNA KESALEHAN DA LAM GERAKAN SHA LAT

Diawali gerakan takbirotul ihrom . manusia dituntut


untuk memusatkan pikiran pada satu titik yakni tawa
jjuh kepada allah dengan segala kerendahan hati. ma
ka akan menghasilkan ketenangan jiwa dan konsentras
i. Yang mana akan menjadikan satu watak yang konsta
n sehingga mampu melakukan pekerjaan dengan hasil y
ang baik.

Gerakan selanjutnya yaitu ruku’. Dimana ruku’ dil


akukan dengan cara membungkukkan badan. hal ini men
ggambarkan bahwa sebagai manusia yang tak luput dar
i kekurangan harus memiliki sifat rendah hati (tawa
dhu’). Kesadaran akan pentingnya sifat rendah hati
mengantarkan manusia jauh dari sifat congkak dan so
mbong. Adanya sifat rendah hati menjadi jembatan un
tuk membangun kehidupan yang harmonis antar sesama.
g e r ak a n s e la n j u t ny a a d al a h su j u d . d i m a na m a n us i a be r s i mp u


h d a n m e l e ta k k a n k e n i n gn y a di a t as l a n ta i , h al i n i m e r up a
k a n b en t u k m a n i fe s t a s i p e n g ha m b a an k e p ad a a l la h . 2 9 p o s is i
s e p er t i i n i m e n un j u k k an b a h w a a l la h be g i t u d e ka t d e n g an h
a m b a- n y a

s e l an j u t n y a a d a la h t a s ya h u d . P a d a s a at i ni , m an u s i a m e mb e


r i k an pu j i a n p a li n g s e m pu r n a k a r en a se l u r uh d oa ha n y a mi l
i k a l l ah . di da l a m n ya t e r d a pa t m u a t a n d oa k e s e l a ma t a n ba g
i ha m b a y a ng ik h l a s y an g m e r u p ak a n h a r a pa n m a n u s ia p a l in g
t i n gg i . S e la i n i t u di d a l a m ny a j u ga a da d o ’a n a b i k e p ad a
s e m ua or a n g . a ss a l a mu a l a in a w a a la i b ad i l l a h i a s h - sh o l i hi n
n a b i M uh a m m a d S AW m en c o ba u nt u k m e n j el a s k an b ah w a k i t a s e
s a m a m us l i m h a r us s al i n g m e nd o a k an . Se b a b d a l am do a t e rs e
b u t b e li a u m e n g gu n a k a n dh o m i r n a y a n g m en g a r t ik a n s a l am t
e r s eb u t b u k an h a n y a u n t uk b e l i au s e c ar a p r i ba d i , me l a i nk a
n u nt u k s e lu r u h m u s l im i n d a n o r a ng - o r an g y a n g s h o li h .
Ge ra kan sha lat ya ng ter akhi r adal ah sala m. Gera ka n


me no leh ke arah kan an d an k ir i m emberikan ar ti bah w
a se orang mu sli m di seb ut sho leh b uka n han ya dil iha t
da ri segi ib ada hn ya sa ja, te tap i jug a bis a mene bar k
an keselam at an, keb aika n, d an ke te ntr am an unt uk se m
ua m akhluk b aik d al am kontek s b er aga ma at au kon tek s
be rn ega ra. Sa la m jug a memu at pe sa n s os ial unt uk me l
ih at orang-or an g yan g bera da di se bel ah kan an ki ri k
it a. Hal in pe rt and a b ahwa ma nu sia hi du p d i du nia i
ni b erm asyarak at bu ka n hidup s eca ra in di vid u.

Se mu a g er aka na da la m s ha lat me ng ajarkan manusia t


en ta ng ke dis iplinan. Se bab shal at ha ru s dila ks ana ka n
Menurut Sentot Hary anto (2001) shalat mengandung spek-a
s pek psik ologis yang dapat mengembangk an mental y ang s eh
at.

1. Aspek olahraga, artinya gerak an-gerak an shalat memberik


an efek te rhadap kesehatan jas maniah dan rohaniah.

2. Aspek relaksas i otot. Menurut Walker aspek ini dapat meng


urangi kecemasan dan ins omnia, mengurangi hiperaktivitas
pada anak, mengurangi tolerans i sakit, dan membantu men
gurangi merokok bagi y ang ingin berhenti merokok .

3. Aspek relaks asi kesadarn indera. Pada saat shalat seoran


g seolah-olah terbang k e atas (ruh) menghadap k epada All
ah secara langsung tanpa perantara, setiap bacaan dan ge
rakan senantiasa dihay ati dan dimengerti serta i ngatannya
s enantiasa hany a kepada Allah.
4. Aspek meditasi. Shal at memiliki efek meditasi atau y oga
bahkan merupakan meditas i tingkat tinggi jika dilak ukan d e
ngan k hus yu’

5. Aspek autosugesti. Yaitu upaya untuk membimbing diri p


ribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan
secara rahas ia kepada diri s endiri y ang meny atakan suatu
keyakinan atau perbuatan.

6. As pek pe ngakuan dan penyaluran (katarsis ). Merupaka n


sarana hubungan atau komu nik asi manusia dengan Allah s
ec ara langs ung.

7. Sarana pembentukan k epribadia n. Melalui shalat manusi


a akan memiliki k edis iplinan, bek erja k eras, cinta kebersi h
an, cinta kedamaian, bertutur kata yang bai k.

8. Terapi air (hy dro therapy), sebelum shalat seseorang h a


rus melakukan wudhu. Wudhu ini memilik i efek refreshing,
penyegaran, membersihk an badan dan jiwa, serta pemuliha
n tenaga.
Shalat sebagai Pencegah Perbuatan Keji dan Mun
kar

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ankabut ayat 45, yang artinya

“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-p
erbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) ad
alah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Referensi:
 Ibnu Hajar Ansori dkk, Psikologi shalat (kajian tematik ayat-a
yat shalat dengan pendekatan psikologi perspektif Muhammad Bah
nasi). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
 Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, Kesehatan Mental Perspektif Psikol
ogis Dan Agama.
Thanks for your at
tention
Any Questions???

Anda mungkin juga menyukai