Anda di halaman 1dari 55

REFLEKSI KASUS

TUMOR SINONASAL
Siti Ranisa Fatirahma 14 18 777 14 286
Kadek Purnama wati 13 17 777 14 279
Fanky Fazdianki R 15 19 777 14 351
Andi Moh. Agus Salim 13 18 777 14 324

Pembimbing:
dr. Christian Lopo, Sp.THT - KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
TAHUN 2021
Identitas Pasien
Nama : Tn. A

Umur : 46 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Waktu Pemeriksaan : 29 Juni 2021


Anamnesis
▸ Keluhan Utama : Hidung sebelah kiri tersumbat

▸ Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien laki-laki datang ke Rumah Sakit dengan keluhan hidung sebelah kiri dirasakan tersumbat
sejak ± 3 bulan yang lalu, hidung tersumbat dirasakan semakin memberat, membuat pasien sulit bernafas
dan mengganggu tidur pasien. Pasien juga mengatakan seperti ada yang mengganjal pada hidung
sebelah kiri sejak 1 minggu. Pasien juga mengatakan hidungnya mengeluarkan cairan berwarna putih
kekuningan, kadang bercampur darah dan pasien juga mengeluh hidungnya berbau busuk sejak 3 bulan
terakhir, pipi kiri pasien juga membengkak dan di sertai nyeri. Pasien juga mengeluh sering merasakan
nyeri kepala yang hebat sejak 1 bulan terakhir, Demam (-), pusing (-), batuk (-), nyeri tenggorokkan (-),
mual (-), muntah (-). Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol (-), riwayat alergi dan obat-obatan (-)
Anamnesis
▸ Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Tidak ada

▸ Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga


Pemeriksaan Tanda Vital
▸ Pada Pemeriksaan Fisik :
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
 Status Gizi : Lebih

▸ Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 110/70 mmhg
 Nadi : 80 x / menit
 Respirasi : 19 x / menit
 Suhu : 36,8 0C
Pemeriksaan Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Depan Telinga Kanan Kiri

Bentuk Normotia Normotia

Abses/Fistel Tidak Ada Tidak Ada


Ukuran Normal Normal

Sikatrix Tidak Ada Tidak Ada


Sikatrix Tidak Ada Tidak Ada

Infeksi Tidak Ada Tidak Ada

Nyeri Tekan Tidak Ada Tidak Ada


Tumor Tidak Ada Tidak Ada
Pemeriksaan Telinga
Belakang Telinga Kanan Kiri Liang Telinga Luar Kanan Kiri

Warna Normal Normal


Abses/Fistel Tidak Ada Tidak Ada

Edema Tidak Ada Tidak Ada


Tumor Tidak Ada Tidak Ada

Sekret Tidak ada Tidak Ada

Nyeri Tekan Tidak Ada Tidak Ada


Serumen Minimal Minimal
Pemeriksaan Otoskopi
Gendang Telinga Kanan Kiri Telinga Tengah Kanan Kiri

Permukaan Intak Intak Mukosa Tidak Dievaluasi Tidak Dievaluasi

Warna Putih Keabuan Putih Keabuan


Promontorium Tidak Dievaluasi Tidak Dievaluasi

Perforrasi Tidak Ada Tidak Ada

Sekret Tidak Dievaluasi Tidak Dievaluasi


Pantulan Cahaya Arah Jam 5 Arah Jam 7
Pemeriksaan Hidung
Bagian Luar Hidung
Kanan Kiri
Bentuk : Normal Normal
Kelainan Kulit : Tidak Ada Tidak Ada
Kolumella : Normal Normal
Nares Anterior: Normal Normal
Fossa Kanina : Normal Normal
Dinding Media: Normal Normal
Pemeriksaan Hidung
B. Bagian Dalam
Kanan Kiri
Vestibulum : Intak Intak
-Sekret: Minimal Minimal
-Edema/Polip: Tidak Ditemukan Tidak Ditemukan

C. Dinding Lateral
Meatus Nasi Inferior
-Polip : Tidak Ada Tidak Ada
-Edema: Tidak Diemukan Edema (+)
-Secret: Minimal sekret warna hijau (+)

Konka Inferior Kanan Kiri


-Warna: Merah Muda Hiperemis (+)
-Secret: Minimal sekret warna hijau (+)
-Permukaan: Licin Licin
-Ukuran: Normal Hipertrofi
Pemeriksaan Hidung
D. Dinding Media Kanan Kiri
Warna : Merah Muda Hiperemis (+)
Permukaan : Tidak Ada Tidak Ada
Edema : Tidak Ada Tidak Ada
Ekskoriasi: Tidak Ada Tidak Ada
Perforasi : Tidak Ada Tidak Ada
Pemeriksaan Hidung
E. Dinding Belakang (Rhinoskopi Posterior)
Koana : Tidak Dievaluasi
Palatum Mole : Tidak Dievaluasi
Ujung Post Konka Inferior : Tidak Dievaluasi
Ujung Post Konka Media : Tidak Dievaluasi
Meatus Nasi Media : Tidak Dievaluasi
Ostium Tubae : Tidak Dievaluasi
Torus Tubarius : Tidak Dievaluasi
Fossa Rossenmuler : Tidak Dievaluasi
Tonsil Tubaria : Tidak Dievaluasi
Adenoid : Tidak Dievaluasi
Pemeriksaan Hidung
F. Sinus Paranasalis Kanan Kiri
Nyeri Tekan : Tidak Ada Ada
Transluminasi : Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Pemeriksaan Gigi, Kerongkongan dan
Tenggorokan
1. Gigi
▹ Karies : Tidak Ada
▹ Abses : Tidak Ada
▹ Gusi : Normal
2. Bibir
• Abses/Fistel : Tidak Ada
• Sikatrix : Tidak Ada
• Nyeri Tekan : Tidak Ada
Pemeriksaan Gigi,
Kerongkongan dan
Tenggorokan
2. Korongkongan Kanan Kiri
Orofaring
 Dinding Dorsal
▹ Mukosa : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Granulasi : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Deformitas: Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Post Nasal Drips: Tidak Ada Tidak Ada
Pemeriksaan Gigi,
Kerongkongan dan
Tenggorokan
Dinding Lateral
▹ Lateral Band : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Deformitas : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Isthmus Faucium : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Arcus Palatoglossus : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
▹ Arcus Palatopharhyngeus : Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi
Pemeriksaan Gigi, Kerongkongan dan
Tenggorokan
Tonsil Kanan Kiri

Warna Merah Muda Merah Muda

Pembesaran T1 T1

Detritus Tidak Ada Tidak Ada

Kripte Normal Normal

Perlengketan Sulit Dievaluasi Sulit Dievaluasi

17
Pemeriksaan Gigi, Kerongkongan Dan
Tenggorokan
Hipofaring
▹ Fossa Piriformis : Tidak Dievaluasi
▹ Vallekula : Tidak Dievaluasi
▹ Radikal Lingua : Tidak Dievaluasi
Pemeriksaan Gigi, Kerongkongan Dan
Tenggorokan
Tenggorokan
▹ Epiglottis : Sulit Dievaluasi
▹ Arytenoid : Sulit Dievaluasi
▹ Plica Vocalis : Sulit Dievaluasi
▹ Trakea : Sulit Dievaluasi
▹ Kelenjar Limfe Regional: Tidak ada pembesaran
▹ Kelainan Lain : Tidak Ditemukan
Lidah Kanan Kiri

Warna Merah Muda Merah Muda

Bentuk Normal Normal

Deviasi Tidak Ada Tidak Ada

Ulkus Tidak Ada Tidak Ada

Leukoplakia Tidak Ada Tidak Ada

EritroplakiaTidak Ada Tidak Ada

20
Pemeriksaan CT Scan Skull
(Tanpa Kontras)

- Massa hiperdens pada sinus maxillaris


sinistra yang meluas ke cavum nasi,
ethmoidalis, dan frontalis sinistra
- Deviasi septum nasi ke kiri
- Osteomeatal complex sinistra tertutup
- Fossa rosenmulleri baik
- Kelenjar parotis baik
- Tidak tampak pembesaran KGB
- Tulang-tulang intak

Kesan :
Susp. Tumor Sinonasal Sinistra

21
Resume
▸ Pasien laki-laki usia 46 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nasal sinistra
dirasakan tersumbat sejak ± 3 bulan yang lalu, keluhan dirasakan semakin memberat, membuat
pasien sulit bernafas dan mengganggu tidur pasien. Pasien juga mengatakan seperti ada yang
mengganjal pada nasal sinistra sejak 1 minggu. Pasien juga mengatakan hidungnya
mengeluarkan rinore berwarna putih kekuningan, kadang bercampur darah dan pasien juga
mengeluh nasal berbau busuk sejak 3 bulan terakhir, pipi kiri pasien juga edema dan di sertai
nyeri. Pasien juga mengeluh sering merasakan cephalgia sejak 1 bulan terakhir, febris (-),
dizziness (-), batuk (-), nyeri tenggorokkan (-), nausea (-), vomit (-). Riwayat merokok dan
mengkonsumsi alkohol (-), riwayat alergi dan obat-obatan (-) Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80x/menit, Respirasi : 19 x/menit, Suhu: 36,8 0C. Pada
pemeriksaan telinga dalam batas normal.
Resume
Pemeriksaan hidung bagian dalam sinistra didapatkan adanya sekret minimal, pada
dinding lateral nasal sinistra didapatkan edema, sekret berwarna hijau. Pada konka inferior
sinistra didapatkan warna hiperemis, permukaan licin, sekret berwarna hijau, ukuran hipertrofi.
Pada dinding media nasal sinistra warna hiperemis. Pasa pemeriksaan sinus paranasalis didapatkan
nyeri tekan pada sinistra.
Diagnosa

Tumor Sinonasal
Penatalaksanaan
• Irigasi Hidung

• Avamys Spray 1 dd 2 Spray

• Asam mefenamat 3X500mg

• Cefadroxil 500mg 2 dd1


Prognosis

Quo ad Vitam : Dubia ad Malam


Quo ad Functionam : Malam
Quo ad Sanationem : Malam
DISKUSI
Pendahuluan
• Penyakit di mana terjadinya pertumbuhan
DEFINIS
sel (ganas) pada sinus paranasal dan
I
rongga hidung

• Jarang terjadi
• Asia > Amerika
EPIDEMI • Laki-laki > Wanita, usia 45-85 tahun
OLOGI • Predileksi : Maxillaris > rongga hidung>
Ethmoid > Frontal > Sphenoid
Anatomi dan Fisiologi
Etiologi dan Faktor Resiko

Multifaktorial Respon berbeda


tiap individu

virus Inhalan
TUMOR spesifik
SINONA
usia
SAL Jenis
kelamin
Sinar ion/
radiasi Alkohol
Penggunaan
tembakau dan
olahannya
Patofisiologi

Diferensiasi

Sel normal Sel Kanker

Onkogen

Etiologi – Faktor Resiko


- karsinogen Transformasi gen

Proto onkogen

Inisiasi Induksi
Promosi In situ
Invasi
progresi
Diseminasi
Klasifikasi Tumor

• Papiloma skuamosa
• Papiloma Inversi
Jinak • Displasia Fibroma
• Angiofibroma Nasofaring Juvenile

• Karsinoma sel skuamosa


• Undifferentiated Carcinoma
• Rhabdomyosarkoma
• Chondrosarkoma
Ganas • Limfoma Maligna Sinonasal
• Adenokarsinoma Sinonasal
• Olfactory Neuroblastoma
• Mukosal Melanoma Maligna
Tumor Jinak
JENIS TUMOR KARAKTERISTIK PENATALAKSANAAN

PAPILOMA • Paling sering Eksisi lesi


SKUAMOSA • Mirip polip, tetapi lebih
vaskular, padat dan tidak
mengkilat
PAPILOMA • Jarang Bedah radikal (rinotomi
INVERTED • Mirip polip lateral atau maksilektomi
• Dapat residif  ganas medial)
dan invasif
DISPLASIA • Tumbuh lambat, sekitar Pembedahan tergantung
FIBROSA usia pubertas derajat deformitas atau
• Jarang nyeri ada tidaknya nyeri

ANGIOFIBROMA • Bermanifestasi sebagai


NASOFARING massa yang mengisi
JUVENIL rongga hidung bahkan
juga mengisi seluruh
rongga sinus paranasal
• mendorong bola mata ke
anterior.
Tumor Ganas
JENIS TUMOR KARAKTERISTIK PENATALAKSANAAN
Karsinoma Sel • Jenis paling umum Pembedahan atau
Skuamosa • Terdiri atas : radioterapi  lesi dini
keratinizing dan (T1-T2) multimodal
nonkeratinizing terapi  tahap lanjut
(T3-T4)
Undifferentiate • Jarang
d Carcinoma • Sangat agresif dan
histogenesisnya
tidak pasti.
Rhabdo • 30—45% terjadi Multimodal terapi
myosarcoma pada daerah kepala
dan leher dan 10%
terjadi pada
sinonasal
• agresif
Chondro • Lambat Pembedahan dan
sarkoma • 5-10% pada kepala radiasi pembedahan
dan leher, >> maxilla (dianjurkan  hasil
dan mandibula. histologi)
Tumor Ganas
JENIS TUMOR KARAKTERISTIK PENATALAKSANAAN
Limfoma • 5.8-8% dari limfoma radioterapi  lesi lokal
Maligna ekstranodal pada kemoterapi  keterlibatan
Sinonasal kepala dan leher. sistemik dan rekurensi
sistemik.
Adenokarsino • 10 hingga 14% dari pembedahan dan adjuvant
ma Sinonasal keseluruhan tumor radioterapi
ganas nasal dan
sinus paranasal
• Agresif, invasif
namun tidak
bermetastasis
Olfactory • 7-10% keganasan di Bedah eksisi, radioterapi
Neuroblastoma sinonasal pada postoperatif
/ ENB kisaran usia 10-20
dan 50-60
Mukosal • 1% keganasan Reseksi tumor dan
Melanoma dengan origin radioterapi lokoregional
Maligna kepala dan leher
• Polipoid, keabu-
abuan
Diagnosis

PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIS

PEMERIKSAAN
STAGING
PENUNJANG
Anamnesis

Gejala Nasal ( obs hidung, epistaksis, deformitas)

Gejala Orbital ( diplopia,proptosis,eksoftalmus,ggn visus,epifora)

Gejala Oral (ulkus palatum,nyeri gigi,penonjolan tumor)

Gejala Fasial ( penonjolan pipi, nyeri wajah,parestesia)

Gejala Intrakranial ( sakit kepala hebat, trismus)

Riwayat Pekerjaan/Lingkungan

Riwayat Lifestyle
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Palpasi Rhinoscopy


Pemeriksaan Penunjang

Biopsi / PA Endoskopi X-Ray

CT Scan MRI PET Scan


Pemeriksaan Biopsi

 Merupakan diagnosa pasti/ gold


standard
 Tujuan :
 Mengetahui sifat tumor
 Mengetahui tindakan pengobatan
selanjutnya
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

NASOENDOSKOPI SINUSKOPI
PEMERIKSAAN X-RAY

Tanda- tanda kanker


pada pemeriksaan
X-Ray sebaiknya
dikonfirmasi dengan
pemeriksaan CT-
Scan

Foto polos kepala tampak kista didalam sinus


maksilaris
CT-Scan

CT-Scan merupakan pemeriksaan superior untuk menilai


batas tulang traktus sinonasal dan dasar tulang tengkorak.
PEMERIKSAAN MRI

Digunakan untuk membedakan daerah sekitar tumor dengan


jaringan lunak, membedakan sekret didalam nasal yang
tersumbat yang menempati rongga nasal, menunjukkan
penyebaran perineural, membuktikan temuan imaging pada
sagital plane, dan tidak melibatkan paparan terhadap radiasi
ionisasi.
PEMERIKSAAN PET SCAN
STAGING (T.N.M.)
SINUS MAKSILLARIS
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tumor terbatas pada mukosa sinus maksilaris tanpa erosi dan
T1
destruksi tulang.
Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga palatum
T2 dan atau meatus media tanpa melibatkan dinding posterior
sinus maksilaris dan fossa pterigoid.
Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus maksilaris,
T3 jaringan subkutaneus, dinding dasar dan medial orbita, fossa
pterigoid, sinus etmoidalis.
Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi, fossa
T4a pterigoid, fossa infratemporal, fossa kribriformis, sinus
sfenoidalis atau frontal.
Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, duramater,
T4b otak, fossa kranial medial, nervus kranialis selain dari divisi
maksilaris nervus trigeminal V2, nasofaring atau klivus.
Kavum Nasi dan Ethmoidal
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tumor terbatas pada salah satu bagian dengan atau
T1
tanpa invasi tulang
Tumor berada di dua bagian dalam satu regio atau
T2 tumor meluas dan melibatkan daerah nasoetmoidal
kompleks, dengan atau tanpa invasi tulang
Tumor menginvasi dinding medial atau dasar orbita,
T3
sinus maksilaris, palatum atau fossa kribriformis.
Tumor menginvasi salah satu dari bagian anterior
orbita, kulit hidung atau pipi, meluas minimal ke fossa
T4a
kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus sfenoidalis
atau frontal.
Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, dura,
T4b otak, fossa kranial medial, nervus kranialis selain dari
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
Nx Tidak dapat ditentukan pembesaran kelenjar
N0 Tidak ada pembesaran kelenjar
N1 Pembesaran kelenjar ipsilateral ≤3 cm
Pembesaran satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm, atau multipel
N2 kelenjar ipsilateral <6 cm atau metastasis bilateral atau
kontralateral < 6 cm
N2a Metastasis satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm
N2b Metastasis multipel kelanjar ipsilateral, tidak lebih dari 6 cm
Metastasis kelenjar bilateral atau kontralateral, tidak lebih
N2c
dari 6 cm
N3 Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm

Metastasis Jauh (M)


Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
STADIUM TUMOR GANAS DAN SINUS PARANASAL
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IVa T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
IVb T4b Semua N M0
Semua T N3 M0
IVc Semua T Semua N M1
*American Joint Comitte in Cancer (AJCC) 2010
PENATALAKSANAAN
▸ Pembedahan
▹ Umumnya ,dilakukan pada lesi jinak dan lesi dini
(T1-T2)
▹ Eksisi paliatif : untuk mengurangi nyeri yang
hebat atau membebaskan dekompresi n. Optik dan
rongga orbita, drainase sinus paranasalis yang
mengalami obstruksi.
▸ Radioterapi
▹ Adjuvant : diberikan setelah dilakukannya terapi
utama seperti pembedahan
▹ Paliatif: pasien dengan kanker tingkat lanjut
PENATALAKSANAAN

▸ Kemoterapi
▹ Adjuvant :terapi tambahan kombinasi
▹ Neoadjuvant: terapi tambahan
▹ Concomitant: kombinasi dengan radioterapi
▹ Paliatif
 Dapat mengurangi rasa nyeri akibat tumor,
mengurangi obstruksi ataupun untuk debulking
pada lesi-lesi masif eksternal.

Debulking : prosedur berupa pengurangan massa tumor


KOMPLIKASI PEMBEDAHAN

Perdarahan

Kebocoran
Diplopia cairan otak

Epifora
PROGNOSIS

Riwayat Status
obat & batas
terapi sayatan
Status
Perluasan
Imunologi
tumor
s

Asal
Lamanya
tumor
follow up
primer

Diagnosis
Histologi
? DLL
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai