Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

KELOMPOK 8
ETIKA BISNIS &
PROFESI
1. Bona Tua Silaban
2. Sinondang Simangunsong
3. Ary Wibisiono
Pengertian Etika & Bisnis
Bahasa Yunani Bahasa Arab
Ethios berarti Adat kebiasaan Etika berarti Ilmu Akhlak

• Etika = Ethos (Yunani), yang berarti kebiasaan


• Kita mengenal juga kata “moral”atau “moralitas” , bahasa Latin mos .artinya
kebiasaan
• Etika diartikan sebagai kebiasaan, adat istiadat
• Keduanya sama-sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana orang/manusia harus
hidup sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat. Pada umumya sistem nilai sebagai
suatu kebiasaan diturunkan melalui agama dan kebudayaan.
• Etika ditinjau dari segi filsafat : Etika sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk sebagai pedoman sikap dan tingkah laku manusia sejauh
berkaitan dengan norma-norma.

Knowledge Leadership Creative Social Function Entrepreneur


TUJUAN ETIKA

• Mempelajari perilaku baik moral maupun in-moral dengan


tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan
akhirnya sampai pada rekomendasi memadai.
• Menilai praktek menusiawi dengan menggunakan standar moral.
• Memberikan pandangan tentang bagaimana bertindak secara
moral pada situasi tertentu atau memberi nasehat untuk
perbaikan.

Knowledge Humanity Minority Networking Believer


PENGERTIAN ETIKA BISNIS

• Steade Et Al
Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan
bisnis.
• Velasques
Studi yang dikhususkan mengenai moral
Activities yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi
of Doctorial
pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
• Bertens
Etika bisnis bahkan lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.

Multi-
Knowledge Philosophy Practice Professional
Discipliner
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
■ Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
■ Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis
tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran.
Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
■ Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
■ Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
■ Prinsip Integritas Moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar
perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya.
KASUS PELANGGARAN ETIKA
BISNIS
ANALISIS KASUS
• Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan pengembang atau pelaku usaha tidak melakukan
kewajibannya sebagaimana ketentuan UU yang berlaku dan telah melakukan pelanggaran etika bisnis
terhadap prinsip kejujuran, dan perlindungan terhadap produk yang di pasarkan. Hal tersebut telah
terbukti, dimana pelaku usaha memasarkan produk yang tidak sesuai dgn ketentuan perundang-
undangan yg berlaku.

• Dalam kasus ini pelaku usaha terbukti telah melanggar prinsip kejujuran dan taat hukum dengan tidak
melaksanakan proses pengurusan ijin secara ketentuan hukum yang berlaku. Hal tersebut di pertegas
dengan putusan pengadilan dalam kasus suap pengurusan perijinan.

• Dalam kasus ini, pelaku usaha melakukan perbuatan melawan hukum dengan tidak memberikan
kepastian kewajibannya mengenai proses pembangunan property yang telah mangkrak kepada
konsumen sebagai pemilik hak.

• Dalam kasus ini pengembang telah mengemyampingkan asas-asas perlindungan konsumen. manfaat,
keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum
ANALISIS KASUS

• Dinilai dari prinsip saling menguntungkan, PT. Mahkota Sentosa Utama (MSU) sebagai pengembang
telah terbukti melakukan pelanggaran hukum, karena dianggap lalai dalam kasus tersebut yang
berdampak terhadap konsumen, khususnya konsumen yang telah melakukan proses pembayaran
down payment sesuai dengan perjanjian pembelian property. Para konsumen juga tidak mendapatkan
kepastian dari pengembang mengenai proses penyelesaian, baik itu penyelesaian pembangunan
property atau proses pengembalian terhadap pembayaran yang telah di lakukan.

• Dalam kasus ini Pelaku usaha dinilai tidak melaksanakan tanggung jawabnya, sebagaimana
mestinya, dimana proyek pengembang yang sedari awal di proyeksikan dan di iklankan sebagai
property yang memiliki nilai guna dan investasi tinggi, dianggap tidak memberikan kenyamanan
terhadap pengunaan produk, dan juga kualitas bangunan yang tidak sesuiai serta kenyamanan dan
keamanan dalam pengunaan aliran listrik
PELANGGARAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN

1. Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1 : "hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa".

Ayat 3 : "hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa".
PELANGGARAN UU NO 8 Thn 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN

Pasal 6 Hak pelaku usaha adalah :


a.hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b.hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c.hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d.hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak
diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e.hak - hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.
PELANGGARAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pasal 7 Kewajiban pelaku usaha adalah :


a.beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b.memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c.memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d.menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e.memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan;
f.memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
KESIMPULAN
Bahwa di dalam bisnis jual beli property sangat diperlukan adanya sikap kejujuran dan kehati-hatian, baik itu

pengurusan perijinan, perjanjian dalam pemenuhan hak dan kewajiban dan ketaatan terhadap ketentuan perundang-

undangan. Penjualan produk oleh perusahaan atau pelaku usaha haruslah memberikan informasi yang benar, jelas dan

jujur agar tidak merugikan konsumen dan harus berdasarkan asas yang terdapat di dalam UU perlindungan konsumen

yaitu manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Perusahaan

haruslah memperhatikan etika bisnis dan tanggung jawab sosialnya, karena perusahaan yang tidak memenuhi etika

bisnis selain merugikan banyak orang, tentunya akan berdampak buruk pada usahanya sendiri. Pelaku usaha juga

harus berupaya menyelesaikan persoalan dan keluhan konsumen dengan memegang prinsip win-win solution dengan

tetap mengedepankan pemenuhan hak dari konsumen agar tetap tidak dirugikan, karena selain di tuntut ganti rugi

perusahaan yang melakukan pelanggaran dalam etika bisnis juga dapat digugat karena telah melanggar ketentuan

pasal UU No Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai