(PPN-A)
Dipresentasikan oleh :
Buzz
Materi PPN A
Pengertian PPN
Objek PPN
Subjek PPN
Tarif PPN
Faktur Pajak
Mekanisme PPN
Pelaporan PPN
1. PENGERTIAN PPN
Masak semua
barang kena
pajak….?
BKP
Cape’
dech..
BKP
PENGERTIAN PAJAK
Bersifat memaksa
Berdasarkan Undang-Undang
Pajak Objektif
NEGARA
BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Jasa Penerima Jasa
PPN
Lho…saya
khan cuma
beli kertas,
enggak beli
PPN…!!!
OBJEK PAJAK (PPN)
Pasal 4
Pasal 16 C
Pasal 16 D
OBJEK PPN PASAL 4 UU PPN
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha.
Impor BKP
Kegiatan Membangun
Sendiri
KMS
adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak
lain, termasuk yang dilakukan melalui kontraktor tetapi tidak
dipungut PPN dan kontraktor tersebut bukan PKP
Kegiatan Membangun Sendiri
Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan :
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. untuk tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
PPN yang terutang dihitung setiap bulan sebesar 10% x 20% x pengeluaran biaya termasuk
PPN, tidak termasuk biaya perolehan tanah
KMS secara bertahap dianggap 1 (satu) kesatuan jika tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua)
tahun
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan KMS tidak dapat dikreditkan
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP
Tidak
Kena PPN Dipungut Dibebaskan Tidak Kena PPN
(Dibahas di PPN (Dibahas di PPN B)
B)
• Barang berwujud (barang bergerak atau
barang tidak bergerak) dan barang tidak
BARAN berwujud yang dikenakan pajak
G KENA
berdasarkan Undang-Undang PPN
PAJAK
• Pada prinsipnya semua barang dikenakan
PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009)
Minyak mentah
Panas Bumi
jagung
Sagu
kedelai
garam konsumsi
daging
Barang Kebutuhan Pokok (UU 42/2009) (2)
Telur
Susu
buah-buahan
sayur-sayuran
ubi-ubian
Barang Kebutuhan Pokok (UU 42/2009) (3)
bumbu-bumbuan
gula konsumsi
PMK-116/PMK.010/2017
PMK-116/PMK.010/2017
• disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya
Makanan/minuma • makanan dan minuman
n disajikan di • dikonsumsi di tempat maupun tidak
hotel, restoran,
rumah makan • termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering*)
jasa keuangan,
Jasa Asuransi
jasa keagamaan
jasa pendidikan
Jasa Perhotelan
jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli
fisioterapi;
Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan
jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah
dan fidusia; dan
jasa penjaminan.
PMK- 223/PMK.011/2014
Jasa Penyiaran
Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau
televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak
bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
Jasa Tenaga Kerja
PMK-83/PMK.03/2012
Jasa Perhotelan
Kriteria Jasa Perhotelan yang tidak dikenai PPN diatur dalam PMK-43/PMK.010/2015
Jasa boga atau katering
PMK- 18/PMK.010/2015
3. SUBJEK PPN
Bapak Subjek Saya Bukan
PPN ya …?? Subjek PPN. Saya
hanyalah
seorang PKP
Pak…!!!
F
I
S
K
U
S
SUBJEK PPN
Siapapun
yang • Pengusaha Kena Pajak
dikenakan (PKP)
kewajiban • Bukan PKP
dalam
bidang PPN
PENGUSAHA KENA PAJAK
• Menghasilkan barang;
• Mengimpor/mengekspor barang;
• Melakukan usaha perdagangan;
Orang • Memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Pribadi/Badan daerah pabean;
• Melakukan usaha jasa termasuk mengekspor
jasa;
• Memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean
• Pengusaha yang :
- Memilih sebagai PKP; atau
- sampai dengan suatu bulan dalam suatu
tahun buku jumlah nilai peredaran bruto atas
penyerahan BKP atau JKP telah melampaui
batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha
Kecil
Wajib melaporkan usahanya utk dikukuhkan
sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak
berikutnya
(Pasal 15 Per-20/PJ.2013 jo. PER-38/PJ/2013)
Dasar Pengenaan
Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
Harga Jual
Penggantian
Nilai Impor
Nilai Ekspor
Nilai Lain
HARGA JUAL(Pasal 1 angka 18 UU PPN)
Impor
berdasarkan ketentuan dalam per-UU-
an pabean untuk impor BKP tidak
termasuk PPN yang dipungut (CIF + BM)
Nilai
Ekspo
• nilai berupa uang yang termasuk biaya
yang diminta atau seharusnya diminta
oleh eksportir CIF/FOB
r
NILAI LAIN
Suatu nilai yang digunakan
sebagai DPP bagi penyerahan
BKP atau JKP yang memenuhi
kriteria tertentu
NILAI LAIN
a.Harga Jual,Nilai Penggantian,Nilai Impor dan Nilai
Ekspor sukar ditetapkan
B.Penyerahan Barang Kena Pajak yang dibutuhkan
oleh masyarakat banyak seperti air minum dan listrik
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (1)
1.Pemakaian
sendiri dan • harga jual atau penggantian
pemberian cuma- dikurangi laba kotor / HPP
cuma
3. Penyerahan
Produk Hasil Harga jual eceran
Tembakau
PENYERAHAN (2)
4. BKP berupa
Persediaan atau aktiva
yang menurut tujuan
semula tidak untuk
diperjualbelikan yang
• harga pasar wajar
masih tersisa pada
saat pembubaran
perusahaan
• Harga Pokok
5. Penyerahan BKP
Pusat Cabang atau
antar Cabang
Penjualan atau
Perolehan
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (3)
6.
Penyerahan • Harga yang disepakati
BKP melalui antara pedagang
pedagang perantara dengan pembeli
perantara
7.
Penyerahan
• Harga lelang
BKP melalui
Juru Lelang
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (4)
8.
Penyerahan • 10% dari jumlah
Jasa yang ditagih atau
Pengiriman seharusnya ditagih
Paket
9.
Penyerahan
Jasa Biro • 10% dari jumlah
Perjalanan yang ditagih atau
atau Jasa seharusnya ditagih
Biro
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (5)
11. penyerahan
emas, perhiasan
dan/atau jasa
• 20% dari harga jual emas,
yang terkait
dengan emas perhiasan atau nilai penggantian
perhiasan
12. Jasa
Tenaga • seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta
oleh pengusaha jasa atas penyerahan jasa penyediaan
Produsen / Importir
BKP
Mewah Diserahkan
77
TARIF PPN
TARIF PPN
Ekspor JKP
Pasal 7 UU PPN TARIF PPN
10 %
• Ekspor BKP
• Ekspor BKP Tidak Berwujud 0%
• Ekspor JKP
PM dapat dikreditkan
Ekspor Jasa Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.010/2019 tanggal 29
Maret 2019 menetapkan tiga macam ekspor JKP yang dikenai PPN
dengan tarif 0% yaitu Jasa :
1. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada
barang bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah
Pabean :
• jasa maklon
• jasa perbaikan dan perawatan
• jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) terkait barang untuk
tujuan ekspor
Ekspor Jasa
2. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada barang tidak
bergerak yang berada di luar Daerah Pabean :
• Jasa konsultansi konstruksi yang meliputi pengkajian, perencanaan, dan perancangan
konstruksi terkait dengan bangunan atau rencana bangunan yang berada di luar Daerah
Pabean
3. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang hasilnya diserahkan untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean :
• jasa teknologi dan informasi
• jasa penelitian dan pengembangan (research and development)
• jasa persewaan alat angkut berupa persewaan pesawat udara dan/ atau kapal laut
untuk kegiatan penerbangan atau pelayaran internasional
• jasa konsultansi bisnis dan manajemen, jasa konsultansi hukum, jasa konsultansi desain
arsitektur dan interior, jasa konsultansi sumber daya manusia, jasa konsultansi
keinsinyuran (engineering services), jasa konsultansi pemasaran (marketing services),
jasa akuntansi atau pembukuan, jasa audit laporan keuangan, dan jasa perpajakan
• jasa perdagangan berupa jasa mencarikan penjual barang di dalam Daerah Pabean
untuk tujuan ekspor; dan
• Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau komunikasi/konektivitas data
Ekspor Jasa
Jasa teknologi dan informasi
• layanan analisis sistem komputer, antara lain pemecahan masalah yang membutuhkan
dukungan teknologi informasi;
• layanan perancangan sistem komputer, antara lain spesifikasi piranti keras (hardware),
piranti lunak (software), dan/ atau Janngan komputer yang dibutuhkan;
• layanan pembuatan sistem komputer dan/ atau situs web menggunakan bahasa
pemrograman, antara lain layanan pembuatan aplikasi;
• layanan keamanan teknologi informasi (IT security), antara lain perlindungan informasi pada
saat informasi di proses, di transmisikan, dan/atau disimpan;
• layanan pusat kontak (contact center), antara lain pemberian jawaban dan/ atau tindak
lanjut atas pertanyaan dan/ atau pernyataan yang disampaikan kepada pusat kontak;
• layanan dukungan teknik, antara lain penanganan masalah pelanggan (client) layanan dalam
penerapan, pemakaian, pemrosesan data (data processing), dan konfigurasi piranti keras
(hardware), piranti lunak (software), dan/ atau jaringan komputer;
• layanan komputasi awan (cloud computing) dan web hosting, antara lain data hosting atau
data storage sepanjang server berada di dalam Daerah Pabean dan penerima layanan data
hosting atau data storage merupakan penyedia layanan cloud computing atau web hosting;
dan
• layanan pembuatan konten dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, antara lain
pembuatan games, animasi, dan desain grafis
Ekspor Jasa
Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau
komunikasi/konektivitas data
• layanan singkat interkoneksi panggilan dan/ atau pesan internasional
yang dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi dalam negeri kepada
penyelenggara telekomunikasi luar negeri;
• layanan transmitter and responder (transponder) satelit yang dilakukan
oleh penyelenggara satelit dalam negeri kepada penerima layanan
sepanJang stasiun bumi yang di luar negeri, digunakan oleh penerima
layanan berada di luar Daerah Pabean;
• layanan pengendalian satelit yang dilakukan oleh penyelenggara satelit
dalam negeri kepada penyelenggara satelit luar negeri, sepanJang stasiun
bumi pengendali yang digunakan oleh penyelenggara satelit dalam negeri
berada di dalam Daerah Pabean; dan/atau
• layanan ketersambungan internet global melalui Jaringan publik atau
privat yang dilakukan oleh penyelenggara jaringan dalam negeri kepada
penerima layanan di luar negeri.
SAAT DAN TEMPAT TERUTANG
Kapan PPN
Terutang ya ?
DASAR HUKUM
Pasal 11 dan 12 UU PPN 42/2009
PMK-163/PMK.03/2012 tgl 22
Oktober 2012 (membangun sendiri)
a. Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
berupa barang bergerak, terjadi pada saat:
b. penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk
menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara
hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.
d. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan terjadi, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu
di antara saat:
1. harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten;
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana
dimaksud pada angka 1 tidak diketahui; atau
3. mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara
nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-
cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak
SAAT PAJAK TERUTANG Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean terjadi pada saat:
1. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
2. harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau penggantian Jasa
Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
3. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang
memanfaatkannya, yang terjadi lebih dahulu
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian,
dalam hal saat terjadinya Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana diatas tidak diketahui
SAAT PAJAK TERUTANG EKSPOR
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)
Pemanfaatan BKP
tidak berwujud • Ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan atau
atau JKP dari tempat kegiatan usaha
luar daerah
pabean
TEMPAT PAJAK TERUTANG (2)
WP dapat
mengajukan
permohonan
pemusatan pajak
terutang
PEMUSATAN PKP (1)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020
Faktur Pajak
PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP,
yang dilampiri dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat
penetapan pabean, atau surat penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang
mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PIB tersebut, untuk impor BKP
dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai
SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan
melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud
atau JKP
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER -
PAJAK (4) 13/PJ/2019
SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang
disertai dengan kutipan Risalah Lelang, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut
• Pada saat
Secara Umum penyerahan BKP dan
atau JKP
Penerimaan
pembayaran • Pada saat
terjadi sebelum
penyerahan BKP penerimaan
dan/atau
sebelum pembayaran
penyerahan JKP
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
Penyerahan kepada •
Paling lambat pada saat PKP Rekanan
Pemungut PPN
menyampaikan tagihan kepada
(Bendahara Pemungut PPN (Bendahara Pemerintah)
Pemerintah)
Jenis Menggambarkan
c BKP/ JKP keadaan sebenarnya
BKP/JKP
Keterangan
FP Lengkap
Nomor Seri Meminta Tata cara ditentukan
f
FP ke DJP oleh DJP
Direkam di aplikasi
4 di KPP
Surat
pemberitahuan Data base Registrasi
kode aktivasi Ulang PKP dan verifikasi
kempos Pengukuhan PKP
Penerima surat
masuk KPP
Mekanisme Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak
• Menyampaian Surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak harus diisi secara
lengkap dan disampaikan langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan.
• Melalui website yang disediakan oleh DJP
Syarat Terpenuhi :
• Atas surat permintaan nomr seri faktur pajak ,KPP menerbitkan surat
pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak
• Atas permintaan melalui website, PKP akan menerima surat pemberian
nomor seri Faktur Pajak dalam bentuk elektronik
Surat pemberitahuan NMSF hilang, rusak, atau tidak tercetak dgn jelas :
• Secara :
Lengkap,
Faktur Pajak Jelas, dan
wajib diisi : Benar
• Serta Ditandatangani
– oleh PKP atau pejabat/pegawai yg
ditunjuk oleh PKP
. - .
Nomor Seri
Kode
transaksi
- 13 digit
- Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk
Kode kode tahun akan dicreate oleh sistem
Status DJP dan kode cabang dihapus.
Kode '02' atau '03' : Penyerahan yg dipungut oleh Pemungut PPN, termasuk atas penyerahan
dalam kategori:
Atas penyerahan kepada Pemungut PPN, PPN yang terutang dikecualikan dari pemungutan
oleh Pemungut PPN, maka kode transaksi yg digunakan mengacu pada ketentuan umum
Penyerahan yang mendapat fasilitas PPN tetap menggunakan Kode Transaksi '07' atau '08',
termasuk penyerahan kepada Pemungut PPN.
Penggunaan Kode Status
Diberikan dlm bentuk blok nomor dengan jumlah sesuai permintaan PKP.
• Contoh:
• PKP meminta 100 NMSF, maka NMSF yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat
berupa:
• 900.20.00000001 s.d. 900.20.00000100;
• 900.20.99999901 s.d. 901.20.00000000;
• 900.20.99999999 s.d. 901.20.00000098, dan sebagainya.
Nomor Seri Faktur Pajak digunakan untuk penerbitan Faktur Pajak dalam
tahun yang sama dengan 2 digit tahun penerbitan yang tertera dalam
Nomor Seri Faktur Pajak
Dilakukan terhadap FP yang rusak, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan
Dapat dibuat atas permintaan PKP pembeli atau atas kemauan sendiri
Tidak diperkenankan dgn cara menghapus, mencoret, atau dg cara lain, selain ketentuan ini
Penerbitan & peruntukan FP Pengganti dilaksanakan spt penerbitan & peruntukan FP biasa
FP Pengganti Dibubuhkan cap yg mencantumkan Kode dan NMSF serta tanggal FP yang
diganti.
• PKP dapat membuat sendiri cap tsb.
• Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara manual.
Dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa Pajak yg sama dg Masa Pajak
dilaporkannya FP yg diganti dengan mencantumkan nilai dan/atau
keterangan yg sebenarnya atau sesungguhnya setelah penggantian.
Pelaporan Faktur Pajak Pengganti pada SPT Masa PPN tsb harus
mencantumkan Kode dan NMSF yang diganti pada kolom yg telah ditentukan
Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi
pembatalan transaksi.
• Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah terjadi pembatalan
transaksi.
FP yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh PKP Penjual
PKP Penjual yang membatalkan FP harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari FP yang dibatalkan
ke KPP tempat PKP Penjual dikukuhkan dan ke KPP tempat PKP Pembeli dikukuhkan.
Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan FP yang dibatalkan di dalam SPT Masa PPN,
• maka PKP penjual harus tetap melaporkan FP tsb dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai 0 (nol)
pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan FP tsb dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur PK ,
• maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN ybs,
• dgn cara melaporkan FP yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN
atauhal
Dalam PPNPKPdan PPnBM.
Pembeli telah melaporkan Faktur PM dalam SPT Masa PPN,
• maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak ybs,
• dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada
kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM
Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran VI.C
Pembetulan SPT Masa PPN Akibat Pengantian FP
/ Pembatalan FP
PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu dari saat
pembuatan FP dikenakan sanksi administrasi Pasal 14 ayat (4) UU KUP = 2% x
DPP.
PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan
sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak.
• PM tidak dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli BKP atau Penerima JKP
Permohonan Pengukuhan
PKP
Password dikirim ke email
Input Passphrase
Permohonan Sertifikat Digital
dapat diajukan saat
permohonan Pengukuhan PKP
Instalasi e-Faktur
Aktivasi Sertifikat Digital
Mendapat Sertifikat
Digital
Download/Copy/Install
Penelitian Lapangan eFaktur
(petugas cek lokasi WP)
Kelengkapan Permohonan Sertifikat
Digital
No Nama Dokumen No Nama Dokumen
1 Formulir Surat Permintaan Sertifikat Elektronik Dalam hal nama Pengurus tidak tercantum dalam
Persyaratan Surat Permintaan Sertifikat SPT Tahunan PPh Badan:
Elektronik: 10 Asli Surat Pengangkatan Pengurus
2 Asli SPT Tahunan PPh Badan 11 Asli Akta Pendirian Perusahaan
Asli bukti penerimaan surat/tanda terima Asli Penunjukan sebagai BUT/Permanent
3 12
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
4 Asli KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 13 Fotocopy Surat Pengangkatan Pengurus
5 Fotocopy KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 14 Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
6 Asli Kartu Keluarga Pengurus Fotocopy Penunjukan sebagai BUT/Permanent
15
7 Fotocopy Kartu Keluarga Pengurus Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
8 Softcopy pas foto terbaru Pengurus Dalam hal pemohon adalah PKP cabang:
Nama Pengurus tercantum dalam SPT Tahunan 16 Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan pusat
9
PPh Badan Asli penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
17
cabang
Fotocopy penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
18
cabang
Dalam hal pemohon adalah PKP bentuk kerja sama
operasi:
Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan anggota bentuk
19
kerja sama operasi
20 Asli akta kerja sama operasi
Pembuatan
Faktur Pajak
Menggunakan faktur
pajak sederhana
e-Faktur harus
mencantumkan:
157
BKP
158
BKP
159
JKP
160
JKP
161
Retur Penjualan
162
Nota Retur
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor urut nota retur;
2. Nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;
5. Jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dikembalikan;
7. Tanggal pembuatan nota retur;
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur
163
Bentuk Nota Retur
164
Nota Pembatalan
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor nota pembatalan;
2. Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak;
5. Jenis jasa dan jumlah penggantian Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
7. Tanggal pembuatan nota pembatalan; dan
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan
165
Bentuk Nota Pembatalan
166
PK
MEKANISME PPN
Mekanisme PPN ?
Pengkreditan ?
PK ?? PM ??
Pusiingg……!!!
MEKANISME PPN
Mekanisme
Umum
Mekanisme
Khusus
PK Vs PM = KB/LB/N
A Pembelian Rp 100
B Penjualan Rp 120
PPN (PK) Rp 12
C
PPN (PM) Rp 10
Total Rp 110 Total Rp 132
PK Rp 12
PM Rp 10
KB/LB/N ???
PAJAK MASUKAN
penerimaan JKP
impor BKP
Pasal 1 angka 24 UUPPN
PERSYARATAN UMUM PM DAPAT
DIKREDITKAN
Syarat Formal
• Diisi secara lengkap, jelas, benar dan ditandatangani
oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP
Syarat Material
• Berisi keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya mengenai transaksi yang
bersangkutan
PRINSIP DASAR (1)
(Pasal 9 UU PPN)
PKP Tertentu:
-PKP yang melakukan ekspor BKP, BKP tdk berwujud, JKP
-PKP yang melakukan penyerhan BKP/JKP kepada pemungut PPN
-PKP yang melakukan penyerhan BKP/JKP yang PPN nya tidak dipungut
-PKP dalam tahap produksi
PRINSIP DASAR (3)
(Pasal 9 UU PPN)
Pada saat PKP tersebut membeli BKP atau JKP dari PKP
lain, juga membayar pajak yang terutang (Pajak
Masukan)
Pemberian Cuma-Cuma
Untuk Tujuan Produktif belum merupakan penyerahan sehingga belum
terutang PPN
Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan Produktif
pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen,
Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak dilakukan pemungutan
PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk penyerahan
yang tidak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan
Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012
Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan Konsumtif
Pemakaian BKP/JKP yang tidak ada kaitan dengan kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang
meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen
Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif harus dipungut PPN dan PPN
nya pasti tidak dapat dikreditkan karena tidak berhubungan dengan
kegiatan usaha.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (1)
189
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PKP YG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA
JUMLAH TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7) UU PPN Jo PMK-74/PMK.03/2010)
PKP PM =70% X PK
(Utk. Penyerahan BKP)
PEDOMAN
MENGGUNAKAN PENGKREDITRAN
NORMA PAJAK MASUKAN
PENGHITUNGAN (78/KMK.03/2010)
PENGHASILAN NETO
PM =60% X PK
(Utk. Penyerahan JKP)
TIDAK
MENGGUNAKAN NORMA PEDOMAN
PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM
PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
NETTO
MEKANISME BIASA
PK - PM
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7a) UU PPN Jo PMK-79/PMK.03/2010 jo 30/PMK.03/2014)
191
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
UU PPN Pasal 9 ayat 7, 7a dan 7b
193
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan:
1. usaha terpadu (integrated), terdiri dari:
a. unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan
b. unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak;
2. usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak
terutang pajak;
3. usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan usaha
jasa yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang
pajak; atau
4. usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan
sebagian lainnya tidak terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak
tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan. 194
Pengkreditan PM pada saat
Perolehan BKP/JKP
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang pajak & tidak
terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat
diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan,
yaitu:
P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap penyerahan seluruhnya.
Penghitungan Kembali Pajak Masukan Yang
3. Muatan Pasal
Dapat Dikreditkan
Pasal 6
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 tidak perlu dilakukan dalam hal masa manfaat
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a telah berakhir.
197
Pedoman Penghitungan PM yang lain
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
PPN kepada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut dengan
mempergunakan SSP lembar Ke-3 paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Contoh.......
• tanggal 15 Januari 2013, Tuan Hanif mulai membangun sendiri sebuah bangunan
untuk tempat tinggal dengan luas bangunan 350m2. Biaya yang dikeluarkan
selama bulan Januari 2013 adalah:
• Pembelian material bangunan = Rp 110.000.000,- termasuk PPN Rp 10.000.000,-
• Ongkos tukang Rp 5.000.000,-
• PPN terutang = 10% x 20% x (Rp 110.000.000,- + Rp
5.000.000,-)
= 2.300.000,-
Contoh...........
PPN terutang sebesar Rp 2.300.000,- disetor dengan
menggunakan SSP paling lambat tanggal 15 Februari 2013.
Kolom identitas dalam SSP diisi dengan identitas Tuan Hanif.
Apabila Tn.Hanif tidak mempunyai NPWP, maka kolom NPWP
dalam SSP diisi dengan angka 0 (nol) pada 9 digit pertama dan
dengan kode KPP yang bersangkutan. Kemudian yang
menandatangani SSP adalah Tn.Hanif selaku pihak yang
melakukan kegiatan membangun sendiri.
KMS secara Jabatan
• Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri tidak atau kurang menyetorkan ke Kas
Negara atas Pajak Pertambahan Nilai terutang, maka
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan
KMS secara Jabatan
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, namun tidak benar atau tidak lengkap, sehingga:
a. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih rendah dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) tersebut; atau
b. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih tinggi dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan.
KMS secara Jabatan
• Yg dimaksud HSGBN adalah data Harga Satuan Bangunan
Gedung Negara (HSBGN) masing-masing daerah sesuai Data
HSBGN bisa di lihat di
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/sibpb/dev/public/hsbgn.php