Anda di halaman 1dari 208

Pajak Pertambahan Nilai

(PPN-A)
Dipresentasikan oleh :
Buzz
Materi PPN A
Pengertian PPN

Objek PPN

Subjek PPN

Dasar Pengenaan Pajak

Tarif PPN

Faktur Pajak

Mekanisme PPN

Saat dan Tempat Terutang

Pelaporan PPN
1. PENGERTIAN PPN

Masak semua
barang kena
pajak….?

BKP
Cape’
dech..

BKP
PENGERTIAN PAJAK

Kontribusi wajib ke negara

Terutang oleh OP/Badan

Bersifat memaksa

Berdasarkan Undang-Undang

Tidak mendapat imbalan secara langsung

Keperluan negara (kemakmuran rakyat)


JENIS PAJAK
Berdasar Faktor
Yang • Pajak Objektif
Menentukan
Timbulnya • Pajak Subjektif
Kewajiban Pajak

Berdasar • Pajak Langsung


Mekanisme
Pemungutannya • Pajak Tak Langsung
SEJARAH PPN

• Carl Friedrich Von Siemens


• Konsultan Pemerintah Jerman
• 1919
• Prancis yang pertama menerapkan
PPN pada tahun 1954
• Indonesia pada tgl 1 April 1985
menggantikan PPn
APAKAH PPN ITU ?

PPN =Pajak Pertambahan Nilai


pada dasarnya adalah suatu
pajak yang dikenakan atas
konsumsi dalam negeri oleh
pribadi, badan atau pemerintah
LANDASAN HUKUM
UU No.8/1983 (1 Apr 1985)

UU No.11/1994 (1 Jan 1995)

UU No.18/2000 (1 Jan 2001)

UU No.42/2009 (1 Apr 2010)


KARAKTERISTIK PPN
Pajak Tidak Langsung

Pajak Objektif

Multi Stage Tax

indirect subtraction method

Konsumsi Dalam Negeri


Pajak Tidak Langsung dan Objektif

PPN adalah pajak tidak langsung, artinya beban pajak dilimpahkan kepada


pihak lain. Sehingga pemikul beban pajak (WP) dan penyetor pajak ke DJP
(pemungut) adalah pihak yang dapat berbeda.
PPN tergolong sebagai pajak yang obyektif, karena penekanannya mula-
mula kepada obyeknya terlebih dahulu, baru kemudian kepada subyeknya.
Siapapun subyeknya (masyarakat yang mampu maupun yang kurang
mampu), akan dikenakan PPN, selama mereka mengonsumsi Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak, di dalam daerah pabean
Pajak Tidak Langsung dan Objektif

NEGARA

BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Jasa Penerima Jasa
PPN

Penanggung Jawab Pemikul Beban Pajak


Multi Stage Tax
PPN bersifat multi stage levy, artinya dikenakan pada setiap mata rantai
jalur produksi dan jalur distribusi. Mulai dari pertama kali setelah
diproduksi, hingga sampai ke tangan konsumen akhir

indirect subtraction method


Yaitu PPN dikenakan bedasarkan atas pertambahan nilai (added
value) dari barang yang dihasilkan atau diserahkan oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP), dengan cara mengurangkan PPN yang dipungut
oleh penjual atau pengusaha jasa atas penyerahan barang atau
jasa,dengan PPN yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa
lain atas perolehan barang atau jasa.
Konsumsi Dalam Negeri
PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi dalam daerah
pabean Republik Indonesia. Ini sesuai dengan destination principle (prinsip
tempat tujuan) yang digunakan dalam pengenaan yaitu PPN dikenakan di
tempat tujuan barang atau jasa akan dikonsumsi
2. OBJEK PPN

Kertas Rp 100 ribu


PPNnya Rp 10 ribu
Jadi totalnya Rp 110 ribu..!!!

Lho…saya
khan cuma
beli kertas,
enggak beli
PPN…!!!
OBJEK PAJAK (PPN)

adanya taatbestand yaitu keadaan


peristiwa atau perbuatan hukum yang
dapat dikenakan pajak...
OBJEK PPN

Pasal 4

Pasal 16 C

Pasal 16 D
OBJEK PPN PASAL 4 UU PPN
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha.

Impor BKP

Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha

Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean


di dalam Daerah Pabean

Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam


Daerah Pabean

Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena


Pajak

Ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak


Penyerahan dikenakan PPN
 Yang diserahkan BKP atau JKP
 Dilakukan di dalam daerah pabean
 Dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaan

(penafsiran Pasal 1 angka 14 dan Pasal 4 UU PPN)


TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (1)

Penyerahan hak atas BKP karena suatu


perjanjian

Pengalihan BKP oleh karena suatu


perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing

Penyerahan BKP kepada pedagang


perantara atau melalui juru lelang

Pemakaian sendiri dan atau pemberian


cuma-cuma atas BKP
TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (2)

BKP berupa Persediaan dan/atau aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan

Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau


sebaliknya dan penyerahan BKP antar
Cabang

Penyerahan BKP secara konsinyasi

Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian


pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah yang penyerahannya dianggap langsung
dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (1)

Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana


dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang

Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf f (pusat ke cabang atau
antar cabang) dalam hal Pengusaha Kena
Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat
pajak terutang
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (2)

pengalihan Barang Kena Pajak dalam


rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak

Barang Kena Pajak berupa aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c

- huruf b: perolehan BKP/JKP yg tdk mempunyai hubungan lgsg


dgn kegiatan usaha
- huruf c : Perolehan dan pemeliharaan kend bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali barang dagangan atau
disewakan.
OBJEK PPN
PASAL 16 C UU
PPN

Kegiatan Membangun
Sendiri
KMS
 adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak
lain, termasuk yang dilakukan melalui kontraktor tetapi tidak
dipungut PPN dan kontraktor tersebut bukan PKP
Kegiatan Membangun Sendiri
 Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan :
a.   konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b.   untuk tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c.   luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
 PPN yang terutang dihitung setiap bulan sebesar 10% x 20% x pengeluaran biaya termasuk
PPN, tidak termasuk biaya perolehan tanah
 KMS secara bertahap dianggap 1 (satu) kesatuan jika tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua)
tahun
 Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan KMS tidak dapat dikreditkan

(PER. MENKEU 163/PMK.03/2012


jo. SE-53/PJ/2012)
Penetapan Jabatan KMS
 Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri
tidak atau kurang menyetorkan PPN terutang, Direktorat Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan
atau verifikasi.
 Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan
yang melakukan kegiatan membangun sendiri tidak memberikan data atau bukti
pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan, maka jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan tersebut ditetapkan secara jabatan berdasarkan nilai
terendah dari data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) masing-masing
daerah
 Data HSBGN bisa di lihat di
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/sibpb/dev/public/hsbgn.php

(PER. DIRJEN 25/PJ/2012)


OBJEK PPN PASAL
16 D UU PPN

- Penyerahan BKP berupa aktiva


- Tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP
- Kecuali atas penyerahan yang PM-nya tidak dapat
dikreditkan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (8)
huruf b dan huruf c
Klasifikasi Barang/Jasa Dalam
UU PPN

Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dipungut Dibebaskan Tidak Kena PPN
(Dibahas di PPN (Dibahas di PPN B)
B)
• Barang berwujud (barang bergerak atau
barang tidak bergerak) dan barang tidak
BARAN berwujud yang dikenakan pajak
G KENA
berdasarkan Undang-Undang PPN
PAJAK
• Pada prinsipnya semua barang dikenakan
PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009)

1. Barang hasil pertambangan atau hasil


pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya

2. Barang-barang kebutuhan pokok yang


sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak

3. Makanan dan minuman yang disajikan di


hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya termasuk jasa catering (new);

4. Uang, emas batangan, dan surat-surat


berharga.
Barang hasil pertambangan atau hasil
pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya (UU 42/2009)

Minyak mentah

Gas bumi tidak termasuk gas bumi seperti elpiji


yang siap dikonsumsi masyarakat

Panas Bumi

Asbes, batu tulis….Pasir dan kerikil dst

Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu


bara

bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga,


bijih nikel, bijih perak serta bijih bauksit.
Barang Kebutuhan Pokok (UU 42/2009) (1)

beras dan gabah

jagung

Sagu

kedelai

garam konsumsi

daging
Barang Kebutuhan Pokok (UU 42/2009) (2)

Telur

Susu

buah-buahan

sayur-sayuran

ubi-ubian
Barang Kebutuhan Pokok (UU 42/2009) (3)

bumbu-bumbuan

gula konsumsi
PMK-116/PMK.010/2017
PMK-116/PMK.010/2017
• disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya
Makanan/minuma • makanan dan minuman
n disajikan di • dikonsumsi di tempat maupun tidak
hotel, restoran,
rumah makan • termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering*)

*) Ciri umum jasa boga:


• Tidak disantap ditempat;
• Penyediaan untuk kegiatan resepsi,
perayaan, perlombaan, dan
kegiatan sejenis;
• Menyediakan petugas dan
peralatannya;
• Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
JASA perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau
fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai,
KENA termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
PAJA petunjuk dari pemesan
• Dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini
K • Pada prinsipnya semua jasa dikenakan PPN kecuali UU
menetapkan sebaliknya
Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN (1)
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009)

jasa pelayanan kesehatan medis

jasa pelayanan sosial

jasa pengiriman surat dengan perangko

jasa keuangan,

Jasa Asuransi

jasa keagamaan

jasa pendidikan

jasa kesenian dan hiburan

jasa penyiaran yang bukan bersifat iklan

jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air serta jasa


angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri
Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN (2)
jasa tenaga kerja

Jasa Perhotelan

jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan


pemerintahan secara umum

jasa penyediaan tempat parkir

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam

jasa pengiriman uang dengan wesel pos

jasa boga atau katering


Jasa Pelayanan kesehatan medis

jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;

jasa dokter hewan;

jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli
fisioterapi;

jasa kebidanan dan dukun bayi;

jasa paramedis dan perawat;

jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,


dan labatorium;

jasa psikologi dan psikiater;dan

jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.


Jasa Pelayanan sosial

jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;

jasa pemadam kebakaran;

jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

jasa lembaga rehabilitasi;

Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan

Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.


Jasa Keuangan

jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,


sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu;

jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada


pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah
dan fidusia; dan

jasa penjaminan.

Untuk Jasa Keuangan Perbankan dijelaskan dalam SE - 121/PJ/2010


Jasa Asuransi

Yang dimaksud dengan "jasa asuransi" adalah jasa pertanggungan yang


meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa
penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan
konsultan asuransi

Untuk Jasa Pialang Broker Asuransi dijelaskan dalam SE - 06/PJ.53/1993


Jasa Keagamaan

jasa pelayanan rumah ibadah;

jasa pemberian khotbah atau dakwah;

jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan

jasa lainnya di bidang keagamaan.

Untuk Jasa Penyiaraan Keagamaan Di Media Televisi dijelaskan dalam S - 1447/PJ.53/2001


Jasa Pendidikan

1. Jasa Pendidikan formal meliputi jasa Penyelenggaraan


Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi
2. Jasa Pendidikan Non formal meliputi jasa Penyelenggaraan
Pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, dan pendidikan kesetaraan

Jasa Penyelenggaraan Pendidikan Informal, meliputi jasa


penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

PMK- 223/PMK.011/2014
Jasa Penyiaran

Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau
televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak
bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
Jasa Tenaga Kerja

jasa tenaga kerja;

jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja


tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja

PMK-83/PMK.03/2012
Jasa Perhotelan

jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan,


motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan
untuk tamu yang menginap; dan

jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,


rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Kriteria Jasa Perhotelan yang tidak dikenai PPN diatur dalam PMK-43/PMK.010/2015
Jasa boga atau katering

Jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan


peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, dan penyajian, untuk disajikan di lokasi yang
diinginkan oleh pemesan dapat dilakukan dengan atau tanpa
peralatan dan petugasnya.

Makanan dan/atau minuman yang menjadi bagian tidak


. terpisahkan dari penyerahan jasa boga atau katering Tidak
dikenakan PPN

PMK- 18/PMK.010/2015
3. SUBJEK PPN
Bapak Subjek Saya Bukan
PPN ya …?? Subjek PPN. Saya
hanyalah
seorang PKP
Pak…!!!

F
I
S
K
U
S
SUBJEK PPN

Siapapun
yang • Pengusaha Kena Pajak
dikenakan (PKP)
kewajiban • Bukan PKP
dalam
bidang PPN
PENGUSAHA KENA PAJAK

• Menghasilkan barang;
• Mengimpor/mengekspor barang;
• Melakukan usaha perdagangan;
Orang • Memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Pribadi/Badan daerah pabean;
• Melakukan usaha jasa termasuk mengekspor
jasa;
• Memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean

Melakukan penyerahan BKP/JKP

Tidak Termasuk Pengusaha Kecil

Kecuali Pengusaha Kecil ybs memilih untuk menjadi PKP


Pengusaha Kena Pajak
(Pasal 4 huruf a, c, f,g,h serta Pasal 16D UU PPN jo.
Pasal 2 PP 1 Tahun 2012)

Yang melakukan penyerahan BKP


dan/atau JKP;

Yang mengekspor BKP Berwujud, BKP


Tidak Berwujud, JKP;

Yang menyerahkan aktiva yang menurut


tujuan semula tidak utk diperjualbelikan;

Bentuk kerja sama operasi yang


menyerahkan BKP dan/atau JKP
Bukan PKP Tetapi Subjek Pajak
(Pasal 4 huruf b, d, e serta Pasal 16C UU PPN jo. Pasal 2 PP 1 Tahun 2012)

Mengimpor BKP (pasal 4 huruf b UU PPN)

Memanfaatkan BKP tidak berwujud


dan/atau JKP dari luar daerah pabean ke
dalamnya (pasal 4 huruf d dan e UU PPN)

Membangun sendiri tidak dlm lingkungan


perusahaan/ pekerjaannya (pasal 16 C UU
PPN)
PENGUSAHA KECIL
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Kamu ngakunya
Pengusaha Kecil.
Taunya tubuh doang
yang kecil. Ternyata
omsetmu besar. Ayo
Pengusaha yang menyerahkan BKP lapor sebagai
dan/atau JKP tidak lebih dari Rp. PKP…!!!
4.800.000.000 dalam setahun
Beres..
Boss…!!!

Bila dalam masa pajak > Rp.


4.800.000.000, akhir bulan
berikutnya harus melaporkan untuk
dikukuhkan sebagai PKP

(PMK 68/PMK.03/2010 jo PMK-


197/PMK.03/2013 )
KEWAJIBAN PKP
(Pasal 3A ayat 1 UU PPN)

Pengusaha yang menyerahkan BKP, JKP


atau ekspor BKP wajib:

Melaporkan usahanya untuk


dikukuhkan sebagai PKP

Memungut PPN dan PPn BM yang


terutang

Menyetor PPN dan PPn BM yang


terutang

Melaporkan PPN dan PPn BM yang


terutang
KAPAN MELAPORKAN ?

• Sebelum melakukan penyerahan BKP/JKP


(Pasal 15 Per-20/PJ.2013 jo. PER-38/PJ/2013)

• Pengusaha yang :
- Memilih sebagai PKP; atau
- sampai dengan suatu bulan dalam suatu
tahun buku jumlah nilai peredaran bruto atas
penyerahan BKP atau JKP telah melampaui
batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha
Kecil
Wajib melaporkan usahanya utk dikukuhkan
sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak
berikutnya
(Pasal 15 Per-20/PJ.2013 jo. PER-38/PJ/2013)
Dasar Pengenaan
Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK

Harga Jual

Penggantian

Nilai Impor

Nilai Ekspor

Nilai Lain
HARGA JUAL(Pasal 1 angka 18 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau


seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga
yang tercantum dalam FP
PENGGANTIAN
(Pasal 1 angka 19 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau


seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
tercantum dalam FP

Faktor yang menentukan adanya kaitan suatu biaya


berkaitan dengan penyerahan BKP atau JKP adalah
apabila biaya tersebut tidak dibayar maka akan
menghambat kelancaran penyerahan BKP atau JKP
NILAI IMPOR – EKSPOR
(Pasal 1 angka 20 & 26 UU PPN)

• nilai berupa uang yang menjadi dasar


Nilai perhitungan bea masuk ditambah
pungutan lainnya yang dikenakan

Impor
berdasarkan ketentuan dalam per-UU-
an pabean untuk impor BKP tidak
termasuk PPN yang dipungut (CIF + BM)

Nilai
Ekspo
• nilai berupa uang yang termasuk biaya
yang diminta atau seharusnya diminta
oleh eksportir CIF/FOB

r
NILAI LAIN
Suatu nilai yang digunakan
sebagai DPP bagi penyerahan
BKP atau JKP yang memenuhi
kriteria tertentu
NILAI LAIN
a.Harga Jual,Nilai Penggantian,Nilai Impor dan Nilai
Ekspor sukar ditetapkan
B.Penyerahan Barang Kena Pajak yang dibutuhkan
oleh masyarakat banyak seperti air minum dan listrik
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (1)
1.Pemakaian
sendiri dan • harga jual atau penggantian
pemberian cuma- dikurangi laba kotor / HPP
cuma

2. Penyerahan film • perkiraan hasil rata-rata per


cerita judul film

3. Penyerahan
Produk Hasil Harga jual eceran
Tembakau

Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015


NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015

PENYERAHAN (2)
4. BKP berupa
Persediaan atau aktiva
yang menurut tujuan
semula tidak untuk
diperjualbelikan yang
• harga pasar wajar
masih tersisa pada
saat pembubaran
perusahaan

• Harga Pokok
5. Penyerahan BKP
Pusat Cabang atau
antar Cabang
Penjualan atau
Perolehan
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (3)
6.
Penyerahan • Harga yang disepakati
BKP melalui antara pedagang
pedagang perantara dengan pembeli
perantara

7.
Penyerahan
• Harga lelang
BKP melalui
Juru Lelang
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015

PENYERAHAN (4)
8.
Penyerahan • 10% dari jumlah
Jasa yang ditagih atau
Pengiriman seharusnya ditagih
Paket
9.
Penyerahan
Jasa Biro • 10% dari jumlah
Perjalanan yang ditagih atau
atau Jasa seharusnya ditagih
Biro
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (5)

10. penyerahan jasa


pengurusan transportasi
(freight forwarding)
yang di dalam tagihan
jasa pengurusan • 10% dari jumlah yang ditagih
transportasi tersebut
terdapat biaya atau seharusnya ditagih
transportasi (freight
charges)

Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015


NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (6)

11. penyerahan
emas, perhiasan
dan/atau jasa
• 20% dari harga jual emas,
yang terkait
dengan emas perhiasan atau nilai penggantian
perhiasan

Per. Menkeu: 30/PMK.03/2014


NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (6)

12. Jasa
Tenaga • seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta
oleh pengusaha jasa atas penyerahan jasa penyediaan

Kerja tenaga kerja kepada pengguna jasa, tidak termasuk


imbalan yang diterima tenaga kerja berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan sejenisnya

Per. Menkeu: 83/PMK.03/2012


DPP Dipengaruhi Hubungan Istimewa
(1)

Dalam hal harga jual atau Penggantian


dipengaruhi oleh hubungan istimewa,
maka Harga Jual atau Penggantian
dihitung atas dasar harga pasar wajar
pada saat penyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak itu
dilakukan
Pasal 2 UU PPN
DPP Dipengaruhi Hubungan Istimewa
(2)

Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar


25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau
hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima
persen) atau lebih pada dua pengusaha atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau

Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau


lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha
yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun


semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat
dan/atau ke samping satu derajat.
DPP BARANG MEWAH PP 1/2012 Pasal 9 ayat 3 dan 4

DPP Tdk Termasuk PPnBM

Produsen / Importir
BKP
Mewah Diserahkan

Non Produsen /Non Importir

DPP Termasuk PPnBM

77
TARIF PPN
TARIF PPN

Tarif Tunggal: 10%

Tarif PPN atas Ekspor: 0%

Dengan PP tarif PPN dapat


diubah serendah2nya menjadi
5% dan setingi-tingginya 15%
TARIF PPN 0 %

Ekspor BKP Berwujud

Ekspor BKP Tidak Berwujud

Ekspor JKP
Pasal 7 UU PPN TARIF PPN

10 %

• Ekspor BKP
• Ekspor BKP Tidak Berwujud 0%
• Ekspor JKP

PM dapat dikreditkan
Ekspor Jasa Kena Pajak
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.010/2019 tanggal 29
Maret 2019 menetapkan tiga macam ekspor JKP yang dikenai PPN
dengan tarif 0% yaitu Jasa :
1. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada
barang bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah
Pabean :
• jasa maklon
• jasa perbaikan dan perawatan
• jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) terkait barang untuk
tujuan ekspor
Ekspor Jasa
2. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada barang tidak
bergerak yang berada di luar Daerah Pabean :
• Jasa konsultansi konstruksi yang meliputi pengkajian, perencanaan, dan perancangan
konstruksi terkait dengan bangunan atau rencana bangunan yang berada di luar Daerah
Pabean
3. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang hasilnya diserahkan untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean :
• jasa teknologi dan informasi
• jasa penelitian dan pengembangan (research and development)
• jasa persewaan alat angkut berupa persewaan pesawat udara dan/ atau kapal laut
untuk kegiatan penerbangan atau pelayaran internasional
• jasa konsultansi bisnis dan manajemen, jasa konsultansi hukum, jasa konsultansi desain
arsitektur dan interior, jasa konsultansi sumber daya manusia, jasa konsultansi
keinsinyuran (engineering services), jasa konsultansi pemasaran (marketing services),
jasa akuntansi atau pembukuan, jasa audit laporan keuangan, dan jasa perpajakan
• jasa perdagangan berupa jasa mencarikan penjual barang di dalam Daerah Pabean
untuk tujuan ekspor; dan
• Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau komunikasi/konektivitas data
Ekspor Jasa
Jasa teknologi dan informasi
• layanan analisis sistem komputer, antara lain pemecahan masalah yang membutuhkan
dukungan teknologi informasi;
• layanan perancangan sistem komputer, antara lain spesifikasi piranti keras (hardware),
piranti lunak (software), dan/ atau Janngan komputer yang dibutuhkan;
• layanan pembuatan sistem komputer dan/ atau situs web menggunakan bahasa
pemrograman, antara lain layanan pembuatan aplikasi;
• layanan keamanan teknologi informasi (IT security), antara lain perlindungan informasi pada
saat informasi di proses, di transmisikan, dan/atau disimpan;
• layanan pusat kontak (contact center), antara lain pemberian jawaban dan/ atau tindak
lanjut atas pertanyaan dan/ atau pernyataan yang disampaikan kepada pusat kontak;
• layanan dukungan teknik, antara lain penanganan masalah pelanggan (client) layanan dalam
penerapan, pemakaian, pemrosesan data (data processing), dan konfigurasi piranti keras
(hardware), piranti lunak (software), dan/ atau jaringan komputer;
• layanan komputasi awan (cloud computing) dan web hosting, antara lain data hosting atau
data storage sepanjang server berada di dalam Daerah Pabean dan penerima layanan data
hosting atau data storage merupakan penyedia layanan cloud computing atau web hosting;
dan
• layanan pembuatan konten dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, antara lain
pembuatan games, animasi, dan desain grafis
Ekspor Jasa
Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau
komunikasi/konektivitas data
• layanan singkat interkoneksi panggilan dan/ atau pesan internasional
yang dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi dalam negeri kepada
penyelenggara telekomunikasi luar negeri;
• layanan transmitter and responder (transponder) satelit yang dilakukan
oleh penyelenggara satelit dalam negeri kepada penerima layanan
sepanJang stasiun bumi yang di luar negeri, digunakan oleh penerima
layanan berada di luar Daerah Pabean;
• layanan pengendalian satelit yang dilakukan oleh penyelenggara satelit
dalam negeri kepada penyelenggara satelit luar negeri, sepanJang stasiun
bumi pengendali yang digunakan oleh penyelenggara satelit dalam negeri
berada di dalam Daerah Pabean; dan/atau
• layanan ketersambungan internet global melalui Jaringan publik atau
privat yang dilakukan oleh penyelenggara jaringan dalam negeri kepada
penerima layanan di luar negeri.
SAAT DAN TEMPAT TERUTANG

Kapan PPN
Terutang ya ?
DASAR HUKUM
Pasal 11 dan 12 UU PPN 42/2009

Pasal 17 PP Nomor 1 tahun 2012

PMK-163/PMK.03/2012 tgl 22
Oktober 2012 (membangun sendiri)

PER-4/PJ/2010 tgl 15 Februari 2010

PER-19/PJ/2010 tgl 1 April 2010


Apa Yang Dimaksud Dengan Saat
Pajak Terutang ?

Adalah saat di mana pengusaha


kena pajak sudah timbul utang
pajak dan menentukan
kewajiban membayar pajak
SAAT PAJAK TERUTANG
(Pasal 11 UU PPN 42/2009)

pada saat penyerahan BKP atau JKP

pada saat impor BKP

pada saat dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP dari luar


daerah pabean ke dalamnya;

pada saat ekspor BKP(Berwujud/Tidak Berwujud) dan ekspor


JKP

pada saat pembayaran dalam hal :


• pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP
• pembayaran diterima sebelum dimulai pemanfaatan BKP tidak
berwujud/JKP dari luar daerah pabean ke dalamnya
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN
BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

a. Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
berupa barang bergerak, terjadi pada saat:

 Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada


pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;
 Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada
penerima barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan
penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan
antar cabang;
 Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau
pengusaha jasa angkutan;atau
 harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN
BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

b. penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
berupa barang tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk
menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara
hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.

c. penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud, terjadi pada saat :


1. harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai
piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan
oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;atau
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya
fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau
seluruhnya, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak
diketahui.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN
BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

d. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan terjadi, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu
di antara saat:

1. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris;


2. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam
anggaran Dasar;
3. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan
dibubarkan; atau
4. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak
melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil
pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN
BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

e. Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha yang tidak memenuhi
ketentuan Pasal 1A ayat (2) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai atau perubahan bentuk usaha, terjadi pada saat:

1. disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha
sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang tertuang dalam
perjanjian penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha; atau
2. ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha, atau perubahan
bentuk usaha oleh Notaris
SAAT PAJAK TERUTANG Impor Barang Kena Pajak
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

Impor Barang Kena Pajak terjadi pada saat


Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke
dalam Daerah Pabean
SAAT PAJAK TERUTANG PENYERAHAN JKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

Penyerahan Jasa Kena Pajak terjadi pada saat:

1. harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten;
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana
dimaksud pada angka 1 tidak diketahui; atau
3. mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara
nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-
cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak
SAAT PAJAK TERUTANG Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean terjadi pada saat:

1. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
2. harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau penggantian Jasa
Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
3. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang
memanfaatkannya, yang terjadi lebih dahulu

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian,
dalam hal saat terjadinya Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana diatas tidak diketahui
SAAT PAJAK TERUTANG EKSPOR
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012)

 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud terjadi pada saat Barang


Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud terjadi pada saat
Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau
penghasilan.
 Ekspor Jasa Kena Pajak terjadi pada saat Penggantian atas jasa
yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau
penghasilan.
TEMPAT PAJAK TERUTANG (1)

Penyerahan • Tempat tinggal/ kedudukan;dan tempat kegiatan


dalam daerah usaha dilakukan, yaitu tempat PKP dikukuhkan atau
pabean seharusnya dikukuhkan

Impor BKP • Ditempat BKP dimasukan

Pemanfaatan BKP
tidak berwujud • Ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan atau
atau JKP dari tempat kegiatan usaha
luar daerah
pabean
TEMPAT PAJAK TERUTANG (2)

Tempat lain yang


ditentukan oleh Dirjen
Pajak atas permintaan WP

Prinsipnya PKP terutang PPN


tempat tinggal/
kedudukan;dan tempat
kegiatan usaha dilakukan
PEMUSATAN TEMPAT
PAJAK TERUTANG
(Pasal 12 ayat 2 UU PPN)

WP dapat
mengajukan
permohonan
pemusatan pajak
terutang
PEMUSATAN PKP (1)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

• Nama alamat dan NPWP tempat pemusatan;


• Rincian nama alamat dan NPWP tempat PPN yang akan
dipusatkan;
Mengajukan • Melampirkan surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
pemberitahua diselenggarakan secara terpusat pada tempat Pajak
n secara Pertambahan Nilai terutang yang dipilih
tertulis • Tempat Pemusatan bukan Kawasan Berikat, Kawasan Bebas,
kepada KEK, KITE
Kakanwil dgn • Tempat Pemusatan secara nyata memiliki kegiatan usaha dan
melakukan kegiatan administrasi
tembusan Ka • diputuskan max. 14 hari sejak tanggal pemberitahuan dan
KPP berlaku 5 th
• Pemusatan berlaku untuk masa pajak berikutnya setelah tgl SK
Pemusatan

- Perpanjangan diputuskan max. 14 hari sejak tanggal pemberitahuan.


- Pemberitahuan Perpanjangan harus disampaikan 2 (dua) bulan
sebelum batas waktu persetujuan pemusatan berakhir.
PEMUSATAN PKP (2)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

• Apabila ada penambahan atau pengurangan tempat Pajak


Pertambahan Nilai terutang yang telah dipusatkan;
Mengajukan • memilih tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang lain
pemberitahua sebagai Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang
n secara yang baru setelah jangka waktu 2 tahun
tertulis • Persyaratannya sama dgn pengajuan pertama
• diputuskan max. 14 hari sejak tanggal pemberitahuan dan
kepada berlaku 5 th
Kakanwil • Pemusatan berlaku untuk masa pajak berikutnya setelah tgl SK
Pemusatan

- Apabila pengajuan pemusatan ditolak maka dapat diajukan kembali.


PEMUSATAN PKP (3)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

Pemusatan tidak dapat


dilakukan untuk Tempat tinggal,
tempat kedudukan, atau tempat
kegiatan usaha PKP yang berada
di Kawasan Berikat, Kawasan
Ekonomi Khusus, dan
mendapatkan fasilitas
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
PENCABUTAN PEMUSATAN PAJAK TERUTANG
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

Atas permohonan tertulis

Pemberitahuan secara tertulis harus


disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan sebelum masa pajak dimana Pengusaha
Kena Pajak tidak lagi menginginkan tempat-
tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang
dipusatkan

Harus diterbitkan max. 5 hari sejak point2


di atas
FAKTUR PAJAK
APAKAH FAKTUR PAJAK ITU ?
(Pasal 1 angka 23 UU PPN)

bukti pungutan pajak yang


dibuat oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP
atau penyerahan JKP
FUNGSI FAKTUR PAJAK
Bukti pungutan pajak bagi PKP penjual
dan bagi DJBC;

Bukti pembayaran pajak dari pembeli


BKP/penerima JKP/yang mengimpor BKP

Sarana untuk mengkreditkan PM


JENIS FAKTUR PAJAK
(Pasal 13 ayat (1) dan (2) UU PPN)

Faktur Pajak

Faktur Pajak Gabungan

Dokumen tertentu yang ditetapkan


sebagai FP oleh Dirjen Pajak
FAKTUR PAJAK STANDAR
GABUNGAN

Faktur Pajak yang dibuat meliputi


seluruh penyerahan BKP dan/atau
JKP untuk pembeli/penerima yang
sama selama satu masa pajak
dibuat paling lama pada akhir
bulan penyerahan BKP/JKP
Faktur Pajak Pasal 13 ayat 5 UU PPN
Mencantumkan keterangan paling sedikit :

Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;

Nama, alamat, NPWP yang menerima BKP/JKP

Jenis barang/jasa, jumlah harga jual/penggantian dan


potongan harga

PPN yang dipungut

PPn BM yang dipungut

Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan FP;

Nama dan tanda yang berhak menandatangi FP


DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER -
PAJAK (1) 13/PJ/2019

Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang


dibuat/dikeluarkan BULOG/DOLOG utk penyaluran tepung
terigu

Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh


perusahaan telekomunikasi;

Ticket , tagihan surat muatan udara (airwaybill), delivery bill,


yang dibuat/dikeluarkan utk penyerahan jasa angkutan udara
DN

nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan


jasa kepelabuhanan

bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik


DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER -
PAJAK (2) 13/PJ/2019

bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh


perusahaan air minum

bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP


oleh perantara efek

bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan

dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai


hasil tembakau (dokumen CK-1)

Pemberitahuan Ekspor Barang yang dilampiri Nota Pelayanan Ekspor,


invoice dan bill of lading atau airway bill yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Barang tersebut,
untuk ekspor BKP
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER -
PAJAK (3) 13/PJ/2019

Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan


invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP
Tidak Berwujud

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang


berupa nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dilampiri dengan
SSP, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik barang
berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP

PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP,
yang dilampiri dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat
penetapan pabean, atau surat penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang
mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PIB tersebut, untuk impor BKP
dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai

SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau
JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan
melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud
atau JKP
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER -
PAJAK (4) 13/PJ/2019

SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang
disertai dengan kutipan Risalah Lelang, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut

SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan


BKP dan/atau JKP dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
1) Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; atau
2) invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP
Tidak Berwujud.
DOKUMEN TERSEBUT HARUS MEMUAT
SEKURANG-KURANGNYA

Nama, alamat, NPWP yang melakukan


ekspor atau penyerahan

Dasar Pengenaan Pajak

Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam


hal ekspor
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

• Pada saat
Secara Umum penyerahan BKP dan
atau JKP
Penerimaan
pembayaran • Pada saat
terjadi sebelum
penyerahan BKP penerimaan
dan/atau
sebelum pembayaran
penyerahan JKP
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

Penyerahan • Pada saat penerimaan pembayaran


sebagian tahap termin
pekerjaan

Penyerahan kepada •
Paling lambat pada saat PKP Rekanan
Pemungut PPN
menyampaikan tagihan kepada
(Bendahara Pemungut PPN (Bendahara Pemerintah)
Pemerintah)

Penyerahan dengan • paling lambat pada akhir bulan


FP Gabungan penyerahan
Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak paling sedikit dibuat


dalam 2 (dua) rangkap

Lembar ke-1, disampaikan kepada


pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak

Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha


Kena Pajak yang menerbitkan Faktur
Pajak
Penyempurnaan Pengaturan FP
Pasal 13 (5) UU
PPN
a Identitas
Sesuai dengan alamat
Penjual/Pembeli Alamat
b yg sebenarnya

Jenis Menggambarkan
c BKP/ JKP keadaan sebenarnya
BKP/JKP
Keterangan
FP Lengkap
Nomor Seri Meminta Tata cara ditentukan
f
FP ke DJP oleh DJP

Identitas: Sesuai identitas yang


Nama - KTP sah & berlaku
g Penandatang
- SIM (fotocopy dilampirkan pada
an FP saat pemberitahuan pejabat
- Passport penandatangan FP)
Kendali Nomor Seri Faktur Pajak
Nomor seri Faktur Pajak hanya dapat diberikan kepada PKP yang:
a. Telah dilakukan registrasi ulang PKP sesuai dengan Per-05 dan
perubahannya atau telah dilakukan verifikasi dalam rangka pengukuhan
PKP.
b. Telah melakukan update alamat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,
apabila terjadi perubahan alamat .
c. Telah mengajukan surat permohonan kode aktivasi dan password.
d. Telah menerima surat pemberitahuan kode aktivasi dari KPP .
e. Telah menerima pemberitahuan password melalui e-mail.
f. Telah mengajukan surat permintaan nomor seri faktur pajak.
g. Telah memasukkan kode aktivasi dan password dengan benar pada saat
mengajukan permintaan nomor seri faktur pajak.
h. Telah menyampaikan SPT masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak terakhir
berturut-turut yang telah jatuh tempo pada tanggal surat permohonan
nomor seri faktur pajak disampaikan ke KPP.
Mekanisme Pemberian & Penggunaan
Nomor Seri Faktur Pajak

Pemberian Aktivasi Penggunaan


Pemberian
Kode Aktivasi Akun Nomor Seri
Nomor Seri
dan Pengusaha Faktur Pajak
Faktur Pajak
Password Kena Pajak oleh PKP
Mekanisme Pemberian Kode Aktivasi dan
Password

PKP mengajukan surat permohonan Kode Aktivasi dan Password ke


KPP tempat PKP dikukuhkan
• harus diisi dengan lengkap
• disampaikan secara langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan.

Syarat yg dipertimbangkan Oleh KPP yg harus dipenuhi PKP sbb :


• PKP telah dilakukan Registrasi Ulang PKP oleh KPP tempat PKP terdaftar
berdasarkan Per Dirjen Pajak No. PER-05/PJ/2012 & perubahannya dan
laporan hasil registrasi ulang/verifikasi menyatakan PKP tetap dikukuhkan;
atau
• PKP telah dilakukan verifikasi berdsrkan Per Men Keu No. 73/PMK.03/2012.

Apabila Syarat dipenuhi PKP:


• KPP menerbitkan surat pemberitahuan Kode Aktivasi yg ditandatangani oleh
Kepala Seksi Pelayanan atas nama Kepala KPP dan dikirim melalui pos
dalam amplop tertutup ke alamat PKP; dan
• mengirimkan Password melalui surat elektronik (email) ke alamat email PKP
yg dicantumkan dalam surat permohonan Kode Aktivasi dan Password.

Apabila Syarat Tidak Dipenuhi PKP:


• KPP menerbitkan surat pemberitahuan penolakan Kode Aktivasi & Password
Mekanisme Pemberian Kode Aktivasi dan Password

Surat pemberitahuan Kode Aktivasi / Surat pemberitahuan


penolakan tidak diterima oleh PKP dan kembali pos (kempos) :
• KPP akan memberitahukan informasi tsb via email ke alamat email PKP
• PKP dapat mengajukan kembali surat permohonan Kode Aktivasi dan Password ke KPP setelah
memenuhi syarat dan/atau telah menyampaikan surat pemberitahuan perubahan alamat ke
KPP sesuai dengan prosedur pemberitahuan perubahan alamat.

PKP tidak menerima Password karena kesalahan penulisan


alamat email pada Surat Permohonan Kode Aktivasi dan
Password :
• PKP harus mengajukan permohonan update email.

Surat pemberitahuan Kode Aktivasi yg hilang :


• PKP dpt meminta kembali ke KPP dg melampirkan fotokopi surat ket. kehilangan dari kepolisian
dan bukti penerimaan surat dari KPP atas surat permohonan Kode Aktivasi dan Password.

Jangka Waktu Penerbitan surat pemberitahuan Kode Aktivasi


atau surat pemberitahuan penolakan Kode Aktivasi dan Password
• paling lama 3 hari kerja setelah permohonan diterima.
Kegiatan Permohonan Kode Aktivasi dan Password
Petugas TPT
di KPP
1
Surat 2
Surat pemberitahuan
permohonan kode aktivasi
kode aktivasi dikirim via pos Petugas
3 Seksi
Pelayanan di
3 KPP
Password di email
5
Pemberitahuan
PKP kempos di email

Direkam di aplikasi
4 di KPP

Surat
pemberitahuan Data base Registrasi
kode aktivasi Ulang PKP dan verifikasi
kempos Pengukuhan PKP

Penerima surat
masuk KPP
Mekanisme Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak

PKP meminta nomor seri faktur pajak dengan cara

• Menyampaian Surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak harus diisi secara
lengkap dan disampaikan langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan.
• Melalui website yang disediakan oleh DJP

Syarat yang harus dipenuhi oleh PKP :

• telah memiliki Kode Aktivasi dan Password;


• Telah melakukan aktivasi Pengusaha Kena Pajak dan
• telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 masa pajak terakhir yg telah jatuh
tempo secara berturut-turut pada tanggal permintaan disampaikan ke KPP.
Mekanisme Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak

Syarat Terpenuhi :

• Atas surat permintaan nomr seri faktur pajak ,KPP menerbitkan surat
pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak
• Atas permintaan melalui website, PKP akan menerima surat pemberian
nomor seri Faktur Pajak dalam bentuk elektronik

Syarat tidak Terpenuhi:

• tidak dapat diberikan Nomor Seri Faktur Pajak.

Surat pemberitahuan NMSF hilang, rusak, atau tidak tercetak dgn jelas :

• dapat dimintakan kembali ke KPP dgn menunjukkan surat permintaan NMSF


• Melakukan cetak ulang melalui website yang telah ditentukan
Pengisian Faktur Pajak

• Secara :
 Lengkap,
Faktur Pajak  Jelas, dan
wajib diisi :  Benar
• Serta Ditandatangani
– oleh PKP atau pejabat/pegawai yg
ditunjuk oleh PKP

Tidak Sesuai Ketentuan Diatas Faktur Pajak Tidak Lengkap

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 6


Pengisian Faktur Pajak
Alamat :
• Harus diisi sesuai dengan alamat yg sebenarnya atau sesungguhnya.
• Dalam hal alamat PKP yg sebenarnya atau sesungguhnya berbeda dengan alamat
dalam Surat Keterangan Terdaftar (SKT) atau Surat Pengukuhan PKP, maka PKP harus
memberitahukan ke KPP tempat PKP dikukuhkan untuk meminta perubahan alamat
dalam SKT / SPPKP agar sesuai dengan keadaan yg sebenarnya atau sesungguhnya.

Jenis barang atau jasa :


• Harus diisi dgn keterangan yg sebenarnya / sesungguhnya ttg BKP / JKP yg
diserahkan.
• Dalam hal diterima Uang Muka atau Termin atau cicilan, kolom Nama BKP/JKP
ditambah dengan keterangan, misalnya Uang Muka, atau Termin, atau Angsuran, atas
pembelian BKP/JKP.
• Bila diketahui jumlah unit atau satuan tertentu lainnya, PKP harus menambahkan
keterangan jumlah unit atau satuan tertentu lainnya tsb atas BKP yang diserahkan
Keterangan Lain
• Dalam hal diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dalam Faktur Pajak
selain keterangan minimal yang harus tercantum dalam FP.

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 6


Pengisian Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak


• PKP harus menggunakan Kode & Nomor Seri Faktur Pajak sesuai ketentuan
• terdiri dari 16 digit yaitu :
• 2 (dua) digit Kode Transaksi;
• 1 (satu) digit Kode Status; dan
• 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yg ditentukan oleh DJP

Penyerahan BKP/JKP menggunakan mata uang asing :


• PKP menggunakan FP dalam bentuk Valas.
• Keterangan Kurs diisi sesuai dengan Kurs KMK pada saat pembuatan Faktur
Pajak.
• Apabila dilakukan penggantian/pembetulan FP, maka kurs yg digunakan
adalah kurs pada saat pembuatan FP yg diganti/dibetulkan pertama kali.
• Dalam hal PKP melakukan penyerahan dengan menggunakan mata uang
asing dan rupiah, FP bentuk Valas harus digunakan juga untuk transaksi yang
menggunakan mata uang rupiah
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

. - .
Nomor Seri
Kode
transaksi
- 13 digit
- Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk
Kode kode tahun akan dicreate oleh sistem
Status DJP dan kode cabang dihapus.

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran III.B.3


Penggunaan Kode Transaksi

Diisi untuk penyerahan BKP/JKP:


• 01 : dipungut PKP penjual selain kode 4 s.d. 9
• 02 : Ke Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
• 03 : Ke Pemungut PPN Lainnya (selain Bend. Pemerintah)
• 04 : yang menggunakan DPP Nilai Lain
• 05 : tidak digunakan lagi
• 06 : Selain kode 01 s.d. 04; (a.l. yang menggunakan tarif
selain 10%, PPN hasil tembakau, PPN turis asing)
• 07 : fasilitas PPN Tidak Dipungut / Ditanggung Pmrth (DTP)
• 08 : fasilitas Dibebaskan dari pengenaan PPN
• 09 : penyerahan Aktiva Pasal 16D
Penggunaan Kode Transaksi
Kode '01' : penyerahan yang terutang PPN dan dipungut oleh PKP Penjual yang tidak termasuk
dalam kategori:

• penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain (Kode 04);


• penyerahan dg Kode 06
• penyerahan Aktiva Pasal 16D (Kode 09).

Kode '02' atau '03' : Penyerahan yg dipungut oleh Pemungut PPN, termasuk atas penyerahan
dalam kategori:

• penyerahan DPP Nilai Lain (Kode 04);


• penyerahan dg Kode 06
• penyerahan-Aktiva Pasal 16D (Kode 09).

Atas penyerahan kepada Pemungut PPN, PPN yang terutang dikecualikan dari pemungutan
oleh Pemungut PPN, maka kode transaksi yg digunakan mengacu pada ketentuan umum

Penyerahan yang mendapat fasilitas PPN tetap menggunakan Kode Transaksi '07' atau '08',
termasuk penyerahan kepada Pemungut PPN.
Penggunaan Kode Status

Kode Status, diisi sbb:


• “ 0 “ untuk status normal;
• “ 1 “ untuk status penggantian

Dalam hal diterbitkan Faktur Pajak pengganti ke-2, ke-3,


dan seterusnya, maka Kode Status yang digunakan Kode
Status tetap “ 1 “

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Plampiran III.B.2


Penggunaan Nomor Seri Faktur
Pajak
Nomor Seri Faktur Pajak (NMSF) terdiri dari 11 digit nomor urut
• yang dipisahkan oleh 2 digit tahun penerbitan.

Diberikan dlm bentuk blok nomor dengan jumlah sesuai permintaan PKP.
• Contoh:
• PKP meminta 100 NMSF, maka NMSF yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat
berupa:
• 900.20.00000001 s.d. 900.20.00000100;
• 900.20.99999901 s.d. 901.20.00000000;
• 900.20.99999999 s.d. 901.20.00000098, dan sebagainya.

Nomor Seri Faktur Pajak digunakan untuk penerbitan Faktur Pajak dalam
tahun yang sama dengan 2 digit tahun penerbitan yang tertera dalam
Nomor Seri Faktur Pajak

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Plampiran III.B.3


Penggunaan Nomor Seri Faktur
Pajak

NMSF ganda atau NMSF sama lebih dari 1 dalam


tahun pajak yg sama,
• seluruh Faktur Pajak dengan NMSF tsb termasuk Faktur
Pajak Tidak Lengkap.

NMSF yg tidak digunakan dlm suatu tahun pajak tertentu :


• dilaporkan ke KPP tempat PKP dikukuhkan bersamaan dgn
SPT Masa PPN Masa Pajak Desember tahun pajak ybs

PKP Pindah di luar wilayah KPP sebelumnya


• PKP masih dapat menggunakan Nomor Seri Faktur Pajak yg
belum digunakan

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 10 & 11


Pengisian Kode & NMSF

Pengisian Kode dan Faktur


Nomor Seri Faktur Pajak
Pajak tidak sesuai Tidak
dengan ketentuan Lengkap.

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 12


Penandatangan Faktur Pajak

Yang Berhak Menandatangani Faktur


Pajak:

Pejabat / Pegawai Yang Ditunjuk oleh PKP


sebagaimana tercantum dalam Surat Pemberitahuan
Penandatanganan Faktur Pajak

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 13


Penandatangan Faktur Pajak
Nama yg berhak menandatangani FP harus diisi sesuai dg kartu identitas yg sah,
• yaitu KTP, SIM, atau Paspor, yg berlaku pada saat FP ditandatangani.

PKP wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis:


• nama & contoh td tangan PKP atau pejabat/pegawai yg berhak enandatangani FP
• melampirkan Fc. kartu identitas yg sah yg telah dilegalisasi pejabat yg berwenang
• paling lama akhir bulan berikutnya sejak bulan pejabat/pegawai tsb mulai
melakukan penandatanganan FP,

PKP dapat menunjuk lebih dari 1 orang untuk menandatangani FP

Bila terjadi perubahan pejabat/pegawai yg berhak menandatangani Faktur Pajak,


• wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis ke Kepala KPP
• paling lambat pada akhir bulan berikutnya sejak bulan pejabat/pegawai pengganti
mulai menandatangani Faktur Pajak,

Dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat PPN terutang,


• pejabat/pegawai yg telah ditunjuk di tempat-tempat kegiatan usaha sebelum
pemusatan masih dapat menandatangani FP yg diterbitkan setelah pemusatan yg
dicetak di tempat-tempat kegiatan usaha masing-masing

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 13


Penandatangan Faktur Pajak

PKP tidak atau terlambat


menyampaikan
Faktur Pajak
pemberitahuan kepada KPP
Tidak
tempat PKP dikukuhkan
Lengkap.
atau tempat pemusatan
PPN terutang dilakukan

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 12


Faktur Penjualan

Faktur Penjualan yg memuat


keterangan sesuai dengan keterangan
dalam Faktur Pajak

dipersamakan dengan Faktur Pajak

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 14


PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN
FAKTUR PAJAK

Dilakukan terhadap FP yang rusak, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan

Dapat dibuat atas permintaan PKP pembeli atau atas kemauan sendiri

Tidak diperkenankan dgn cara menghapus, mencoret, atau dg cara lain, selain ketentuan ini

Penerbitan & peruntukan FP Pengganti dilaksanakan spt penerbitan & peruntukan FP biasa

FP Pengganti Dibubuhkan cap yg mencantumkan Kode dan NMSF serta tanggal FP yang
diganti.
• PKP dapat membuat sendiri cap tsb.
• Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara manual.

Faktur Pajak yang diganti :


Contoh Cap Kode dan Nomor Seri : .............................
Tanggal : .............................

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran VI.A


PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN
FAKTUR PAJAK

FP Pengganti Diisi berdasarkan ket. yg seharusnya & dilampiri dg FP yg diganti

FP Pengganti Tetap menggunakan NMSF yang sama dengan NMSF yang


diganti. Sedangkan tanggal diisi dengan tanggal pada saat Faktur Pajak
Pengganti dibuat.

Penerbitan FP Pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk


membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak terjadinya kesalahan
pembuatan FP tsb.

Dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa Pajak yg sama dg Masa Pajak
dilaporkannya FP yg diganti dengan mencantumkan nilai dan/atau
keterangan yg sebenarnya atau sesungguhnya setelah penggantian.

Pelaporan Faktur Pajak Pengganti pada SPT Masa PPN tsb harus
mencantumkan Kode dan NMSF yang diganti pada kolom yg telah ditentukan

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran VI.A


Penggantian Faktur Pajak Hilang (Bagi PKP Penjual)

meneliti asli arsip FP dan


SPT Masa PPN PKP pembeli

KPP Penjual KPP Pembeli


Terdaftar Terdaftar
Memberikan copy FP
yg telah dilegalisasi FP
ke PKP pembeli
Copy untuk
Tembusan dilegalisasi ke
Permohonan KPP (2 lbr)

Permohonan tertulis untuk meminta


copy dari Faktur Pajak yang hilang

PKP Penjual Memberikan copy FP


PKP Pembeli
yg telah dilegalisasi FP
ke PKP Penjual
Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran VI.B
Penggantian Faktur Pajak Hilang (Bagi PKP Pembeli)

meneliti asli arsip FP dan


SPT Masa PPN PKP penjual

KPP Pembeli KPP Penjual


Terdaftar Terdaftar
Memberikan copy FP
yg telah dilegalisasi FP
ke PKP penjual
Copy untuk
Tembusan dilegalisasi ke
Permohonan KPP (2 lbr)

Permohonan tertulis untuk meminta


copy dari Faktur Pajak yang hilang

PKP Pembeli Memberikan copy FP


PKP Penjual
yg telah dilegalisasi FP
ke PKP Pembeli
Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran VI.B
Pembatalan Faktur Pajak
Dilakukan dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan BKP / JKP yg FP-nya telah diterbitkan,

Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi
pembatalan transaksi.

• Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah terjadi pembatalan
transaksi.
FP yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh PKP Penjual

PKP Penjual yang membatalkan FP harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari FP yang dibatalkan
ke KPP tempat PKP Penjual dikukuhkan dan ke KPP tempat PKP Pembeli dikukuhkan.

Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan FP yang dibatalkan di dalam SPT Masa PPN,

• maka PKP penjual harus tetap melaporkan FP tsb dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai 0 (nol)
pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan FP tsb dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur PK ,

• maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN ybs,
• dgn cara melaporkan FP yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN
atauhal
Dalam PPNPKPdan PPnBM.
Pembeli telah melaporkan Faktur PM dalam SPT Masa PPN,

• maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak ybs,
• dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada
kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM
Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran VI.C
Pembetulan SPT Masa PPN Akibat Pengantian FP
/ Pembatalan FP

Penerbitan FP pengganti atau pembatalan FP dapat dilakukan


sepanjang terhadap SPT Masa PPN masih dapat dilakukan pembetulan
sesuai dgn ketentuan per-UU-an perpajakan yg berlaku.
Pembetulan SPT Masa PPN dpt dilakukan sepanjang thd SPT Masa PPN
tsb:
• belum dilakukan pemeriksaan,
• belum dilakukan pemeriksaan bukti permulaan yg bersifat terbuka, /
• PKP belum menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan

Pembeli BKP / Penerima JKP yg telah melakukan pengkreditan PM atas


PPN pada FP yg diganti atau dibatalkan oleh PKP Penjual, harus
melakukan pembetulan SPT Masa PPN pada Masa Pajak dimana FP yg
diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan, sepanjang terhadap SPT
Masa tsb :
• belum dilakukan pemeriksaan,
• belum dilakukan pemeriksaan bukti permulaan yg bersifat terbuka, /
• PKP belum menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 15


Faktur Pajak terlambat Diterbitkan

PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu dari saat
pembuatan FP dikenakan sanksi administrasi Pasal 14 ayat (4) UU KUP = 2% x
DPP.

PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan
sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak.
• PM tidak dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli BKP atau Penerima JKP

 Penjual : Sanksi Psl 14 (4) UU KUP


Saat 3 Bln dari Saat
Pembuatan FP Pembuatan FP  Pembeli : PM Tdk Dpt Dikreditkan

 Penjual : Sanksi Psl 14 (4) UU KUP


 Pembeli : PM Dpt Dikreditkan Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 16
Faktur Pajak Tidak Lengkap
 tidak mencantumkan Ket. Psl 13 (5) UU PPN
 Mencantumkan ket. Tdk sebnarnya/sesungguhnya
 mengisi ket. yg tidak sesuai PER-24/PJ/2012 FAKTUR PAJAK
 Pengisian Kode & NSFP tidak sesuai Ketentuan
 Terlambat memberitahukan penandatangan FP /
TIDAK LENGKAP
perubahanya

- Penjual : Sanksi Psl 14 (4) UU KUP


- Pembeli : PM Tdk Dpt Dikreditkan
Pengecualian dikenakan sanksi Psl 14
(4) yaitu FP yg tidak memuat ket. ttg :
 Nama, alamat & NPWP Pembeli BKP
 Nama, alamat, NPWP Pembeli serta
nama & td tgn
Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 17
E-Faktur
• Adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan/disediakan oleh DJP
• PKP yang diwajibkan untuk membuat FP secara elektronik
ditetapkan dengan keputusan DJP
• Pemberlakuan dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2014
Proses Bisnis
WP telah
ber-NPWP

 Permohonan Pengukuhan
PKP


 Password dikirim ke email
 Input Passphrase
Permohonan Sertifikat Digital
dapat diajukan saat
permohonan Pengukuhan PKP

Instalasi e-Faktur

 Aktivasi Sertifikat Digital


 Mendapat Sertifikat
Digital
 Download/Copy/Install
Penelitian Lapangan eFaktur
(petugas cek lokasi WP)
Kelengkapan Permohonan Sertifikat
Digital


No Nama Dokumen No Nama Dokumen
1 Formulir Surat Permintaan Sertifikat Elektronik Dalam hal nama Pengurus tidak tercantum dalam
Persyaratan Surat Permintaan Sertifikat SPT Tahunan PPh Badan:
Elektronik: 10 Asli Surat Pengangkatan Pengurus
2 Asli SPT Tahunan PPh Badan 11 Asli Akta Pendirian Perusahaan
Asli bukti penerimaan surat/tanda terima Asli Penunjukan sebagai BUT/Permanent
3 12
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
4 Asli KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 13 Fotocopy Surat Pengangkatan Pengurus
5 Fotocopy KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 14 Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
6 Asli Kartu Keluarga Pengurus Fotocopy Penunjukan sebagai BUT/Permanent
15
7 Fotocopy Kartu Keluarga Pengurus Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
8 Softcopy pas foto terbaru Pengurus   Dalam hal pemohon adalah PKP cabang:
Nama Pengurus tercantum dalam SPT Tahunan 16 Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan pusat
9
PPh Badan Asli penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
17
cabang
Fotocopy penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
18
cabang
Dalam hal pemohon adalah PKP bentuk kerja sama
operasi:
Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan anggota bentuk
19
kerja sama operasi
20 Asli akta kerja sama operasi
Pembuatan
Faktur Pajak

Faktur Pajak berbentuk elektronik (e-Faktur)


adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui
aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan
dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
Pengusaha Kena Pajak
Pedagang Eceran

1. penjualan eceran langsung


konsumen akhir;
2. tanpa didahului dengan
penawaran tertulis, pemesanan
tertulis, kontrak, atau lelang; dan
3. transaksi secara tunai dan
menyerahkan barang/jasa yang
dibelinya;

Menggunakan faktur
pajak sederhana
e-Faktur harus
mencantumkan:

1. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak


yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak;
2. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib
Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau
Penggantian, dan potongan harga;
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
dipungut;
6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan
Faktur Pajak; dan
7. nama dan tanda tangan yang berhak
menandatangani Faktur (berupa tanda tangan
elektronik)
e-Faktur Pembeli
tak ber-NPWP
Rekam e-Faktur
Pembeli tak ber-NPWP

Input Nomor Induk Kependudukan


(NIK) / Paspor untuk Warga Negara
Asing pada kolom Referensi Faktur

2. Input NPWP dengan 00.000.000.0-000.000

BKP: Barang Kena Pajak


JKP: Jasa Kena Pajak
NOTA RETUR
PMK - 65/PMK.03/2010

157
BKP

Perlakuan Untuk Penjual


Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata
dikembalikan (retur) oleh Pembeli, Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut
dapat mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang terutang

158
BKP

Perlakuan Untuk Pembeli


• Mengurangi Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan
• Mengurangi biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut
• Mengurangi biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang
Kena Pajak yang dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut

159
JKP

Perlakuan Untuk Penjual

Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkan ternyata


dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh
Penerima Jasa, Pajak Pertambahan Nilai dari Jasa Kena
Pajak yang dibatalkan tersebut mengurangi Pajak
Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak
Pemberi Jasa Kena Pajak

160
JKP

Perlakuan Untuk Pembeli


• Mengurangi Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan
• Mengurangi biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut
• Mengurangi biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau
telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta

161
Retur Penjualan

Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap tidak


terjadi dalam hal Barang Kena Pajak yang
dikembalikan diganti dengan Barang Kena Pajak
yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis maupun
harganya

162
Nota Retur
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor urut nota retur;
2. Nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;
5. Jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dikembalikan;
7. Tanggal pembuatan nota retur;
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur

163
Bentuk Nota Retur

164
Nota Pembatalan
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor nota pembatalan;
2. Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak;
5. Jenis jasa dan jumlah penggantian Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
7. Tanggal pembuatan nota pembatalan; dan
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan

165
Bentuk Nota Pembatalan

166
PK
MEKANISME PPN

Mekanisme PPN ?
Pengkreditan ?
PK ?? PM ??
Pusiingg……!!!
MEKANISME PPN

Mekanisme
Umum

Mekanisme
Khusus
PK Vs PM = KB/LB/N

A Pembelian Rp 100
B Penjualan Rp 120
PPN (PK) Rp 12
C
PPN (PM) Rp 10
Total Rp 110 Total Rp 132

PK Rp 12
PM Rp 10

KB/LB/N ???
PAJAK MASUKAN

PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh


PKP
karena perolehan BKP

penerimaan JKP

pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean

pemanfaatan JKP dari luar daerah Pabean

impor BKP
Pasal 1 angka 24 UUPPN
PERSYARATAN UMUM PM DAPAT
DIKREDITKAN

Syarat Formal
• Diisi secara lengkap, jelas, benar dan ditandatangani
oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP

Syarat Material
• Berisi keterangan yang sebenarnya atau
sesungguhnya mengenai transaksi yang
bersangkutan
PRINSIP DASAR (1)
(Pasal 9 UU PPN)

PM dalam suatu masa pajak dapat dikreditkan dengan


PK untuk masa pajak yang sama; (ayat (2))

Bila PKP belum berproduksi sehingga PK adalah 0,


PM tetap dapat dikreditkan (hanya untuk PM atas
perolehan barang modal. PM atas pemanfaatan JKP
tidak boleh dikreditkan); (ayat 2a)

PM yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak


yang memenuhi persyaratan (ayat 2b)
PRINSIP DASAR (2)
(Pasal 9 UU PPN)

Bila PK>PM, maka selisihnya harus


dibayar oleh PKP; (ayat 3)

Bila PM>PK, maka selisihnya dikompensasikan ke


masa pajak berikutnya; (ayat 4) dan dapat diajukan
restitusi pada akhir tahun buku (4a) kecuali PKP
tertentu yg dapat restitusi pada setiap masa pajak
(4b)

PKP Tertentu:
-PKP yang melakukan ekspor BKP, BKP tdk berwujud, JKP
-PKP yang melakukan penyerhan BKP/JKP kepada pemungut PPN
-PKP yang melakukan penyerhan BKP/JKP yang PPN nya tidak dipungut
-PKP dalam tahap produksi
PRINSIP DASAR (3)
(Pasal 9 UU PPN)

Bila PKP melakukan penyerahan yang


terutang dan tidak terutang PPN; PM yang
dapat dikreditkan adalah yang berkenaan
dengan penyerahan yang terutang PPN (ayat
5)

Bila PKP melakukan penyerahan yang


terutang dan tidak terutang PPN; dan PM
untuk penyerahan yg terutang PPN tidak
dapat diketahui pasti, maka PM yang
dapat dikreditkan menggunakan
pedoman (ayat 6)
PENGKREDITAN MASA
TIDAK SAMA

Dapat dikreditkan dengan PK


untuk Masa Pajak yang sama

Masih dapat dikreditkan pada  Masa  Pajak


berikutnya p.l. 3 bulan setelah berakhirnya
Masa Pajak ybs sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum
dilakukan pemeriksaan

Penjelasan FP Masa Tidak Sama di SE - 02/PJ/2020


PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (1)
UU PPN Pasal 9 ayat 8

Perolehan BKP atau JKP sebelum


dikukuhkan sebagai PKP (E-faktur sudah
deteksi)

Perolehan BKP atau JKP yang tidak


memiliki hubungan langsung dengan
kegiatan usaha (E-faktur tidak bisa
deteksi)

Perolehan kendaraan bermotor jenis sedan dan


station wagon kecuali merupakan barang dagangan
atau disewakan (E-faktur tidak bisa deteksi)
Basisnya BPKB
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (2)

Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau


pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
sebelum dikukuhkan sebagai PKP (E-faktur sudah
deteksi)

Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya


berupa faktur pajak yang tidak mencantumkan
nama, alamat dan NPWP pembeli (E-faktur
menolak)

Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajak


standarnya tidak memenuhi syarat pembuatan
faktur pajak (mengacu Pasal 13 ayat 5 UU PPN
PER-24/2012)
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (3)

Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar


daerah pabean yang FP tidak memenuhi syarat

Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya


ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya


tidak dilaporkan dalam SPT masa PPN yang
ditemukan pada saat pemeriksaan
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (4)
Pasal 16B UU PPN

Pajak Masukan yang dibayar untuk


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan

Pajak Masukan yang dibayar untuk


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai,
tidak dapat dikreditkan
PAJAK KELUARAN

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang


Wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak

Penyerahan Barang Kena Pajak

Penyerahan Jasa Kena Pajak

Pasal 1 angka 25 UUPPN


MEKANISME PK DAN PM

Setiap  PKP yang menyerahkan BKP  atau JKP diwajibkan


memungut Pajak  Keluaran yang terutang

Pada saat PKP tersebut membeli BKP  atau  JKP dari PKP
lain, juga membayar pajak yang terutang (Pajak
Masukan)

Pada akhir Masa Pajak, PM tsb dikreditkan dengan  PK,


bila PK > PM, kekurangannya dibayar ke Kas Negara
selambat-lambatnya AKHIR bulan berikutnya
1

Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012

Pemberian Cuma-Cuma
Untuk Tujuan Produktif belum merupakan penyerahan sehingga belum
terutang PPN

Atas pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma PPN yang


terutang/dibayar merupakan PK

FP untuk Pemakaian Sendiri, identitas Pengusaha Kena Pajak dan Pembeli


Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak adalah sama yaitu
Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan
Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012

Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan Produktif
pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen,

Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak dilakukan pemungutan
PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk penyerahan
yang tidak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan
Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012

Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan Konsumtif
Pemakaian BKP/JKP yang tidak ada kaitan dengan kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang
meliputi kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen

Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif harus dipungut PPN dan PPN
nya pasti tidak dapat dikreditkan karena tidak berhubungan dengan
kegiatan usaha.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (1)

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak untuk tujuan Konsumtif:


1.Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil
produksinya untuk konsumsi karyawan atau para tamu.
2.Dalam rangka promosi produk sepatu yang baru,
pabrikan sepatu membeli topi dalam jumlah yang besar.
Sebagaian dari topi tersebut diberikan untuk konsumsi
karyawannya.
3.Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas
bebas biaya telepon selular kepada para direksinya.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (2)

Pemakaian Barang Kena Pajak UNTUK tujuan produktif yang nyata-


nyata digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan
(utk produksi, distribusi, pemasaran dan manajemen).
1.Pabrikan mobil/truck mempergunakan sendiri truck yang
diproduksinya untuk kegiatan usaha mengangkut bahan
baku spare parts/barang dagangan dari suatu tempat ke
pabriknya atau ke tempat pembeli.
2.Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya
berupa cangkang/kulit dari inti sawit sebagai pengeras
jalan di lingkungan pabrik.
3.Perusahaan telekomunikasi menggunakan saluran
teleponnya untuk kegiatan operasional perusahaan
dalam berkomunikasi dengan mitra bisnisnya.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (3)

Pemakaian Barang Kena Pajak untuk tujuan produktif yang


nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya.
1.Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan
limbahnya berupa cangkang/kulit dari inti sawit
sebagai bahan pembakaran boiler dalam proses
pabrikasi.
2.Pabrikan kayu lapis/plywood menggunakan hasil
produksinya berupa kayu lapis/plywood untuk
membungkus kayu lapis/plywood yang akan
dipasarkan agar tidak rusak.
CONTOH PEMBERIAN CUMA-CUMA
BARANG KENA PAJAK DAN ATAU JASA KENA PAJAK

1. Pabrikan mie instan memberikan contoh produknya


kepada para relasi.
2. Pabrikan mie instan memberikan bantuan berupa mie
instan hasil produksinya kepada korban bencana alam.
3. Pabrikan shampo memberikan 1 sabun mandi untuk
setiap penjualan 1 botol produk shamponya.
4. Perusahaan jasa persewaan traktor memberikan bantuan
penggunaan traktor kepada pemerintah untuk mengatasi
tanah longsor.
PEDOMAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PKP YG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA
JUMLAH TERTENTU (Deemed Pajak Masukan)
(Ps. 9(7) UU PPN Jo PMK-74 /PMK.03/2010)

• Bagi PKP yang menggunakan Norma Penghitungan


Penghasilan Neto (NPPN):
• PKP dengan Peredaran Bruto (Omzet) 1 tahun tidak lebih dari
1,8 Miliar
• Sesuai dgn PMK-74/PMK.03/2010 digunakan Norma Sbb:
- Untuk Penyerahan Barang Kena Pajak
PM = 70% x Pajak Keluaran  Kurang Bayar 3%
- Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak
PM = 60% x Pajak Keluaran  Kurang Bayar 4 %
• Pajak Keluaran (PK) = 10% x Dasar Pengenaan Pajak
• Dasar Pengenaan Pajak adalah Jumlah Peredaran Usaha

189
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PKP YG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA
JUMLAH TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7) UU PPN Jo PMK-74/PMK.03/2010)

PKP PM =70% X PK
(Utk. Penyerahan BKP)

PEDOMAN
MENGGUNAKAN PENGKREDITRAN
NORMA PAJAK MASUKAN
PENGHITUNGAN (78/KMK.03/2010)
PENGHASILAN NETO
PM =60% X PK
(Utk. Penyerahan JKP)

TIDAK
MENGGUNAKAN NORMA PEDOMAN
PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM
PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
NETTO

MEKANISME BIASA
PK - PM
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7a) UU PPN Jo PMK-79/PMK.03/2010 jo 30/PMK.03/2014)

 Bagi PKP kegiatan tertentu yang melakukan


penyerahan:
a. Kendaraan Bermotor Bekas secara eceran;
 Sesuai dgn PMK-79/PMK.03/2010 digunakan Pedoman
Pengkreditam PM adalah Sbb:
- Untuk Penyerahan Kedaraan Bermotor Bekas
PM = 90% x Pajak Keluaran Kurang Bayar 1%

191
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
UU PPN Pasal 9 ayat 7, 7a dan 7b

Peredaran Usaha Tidak


Melakukan Kegiatan
Melebihi Jumlah
Usaha Tertentu
tertentu
• Tidak melebihi Rp 1,8 • Penyerahan
M Kendaraan Bermotor
• Dapat Bekas Secara Eceran
• JKP: PM= 60% PK • Wajib
• BKP: PM= 70% PK • KB: PM =90%
PMK-78/PMK.03/2010 Perubahan Terakhir
PMK-135/PMK.011/2014
TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK
YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN
PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April
2010.

193
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan:
1. usaha terpadu (integrated), terdiri dari:
a. unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan
b. unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak;
2. usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak
terutang pajak;
3. usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan usaha
jasa yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang
pajak; atau
4. usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan
sebagian lainnya tidak terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak
tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan. 194
Pengkreditan PM pada saat
Perolehan BKP/JKP

PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang pajak & tidak
terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat
diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan,
yaitu:

P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap penyerahan seluruhnya.
Penghitungan Kembali Pajak Masukan Yang
3. Muatan Pasal
Dapat Dikreditkan

Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM


yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan
ketiga setelah berakhirnya tahun buku, dg rumus:
a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.
b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.
dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
KETENTUAN PENTING
Pasal 5
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diperhitungkan dengan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, paling lama pada bulan ketiga
setelah berakhirnya tahun buku.

Pasal 6
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 tidak perlu dilakukan dalam hal masa manfaat
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a telah berakhir.

197
Pedoman Penghitungan PM yang lain

Pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan


berdasarkan PMK ini tidak berlaku bagi PKP yang telah
ditetapkan untuk menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sesuai
ketentuan Pasal 9 ayat (7) dan ayat (7a) UU PPN.
Membangun Sendiri
(Pasal 16 C UU PPN 1984)
PMK -163/PMK.03/2012
PER Dirjen -25/PJ./2012

PPN dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang


dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata
caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan”

Yang Dimaksud membangun sendiri :


Kegiatan membangun menggunakan jasa pemborong atau tukang harian yang tidak dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Syarat-syarat kegiatan membangun sendiri yang
dikenakan PPN yaitu:

 Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;

 Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap


dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang
waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

 Yang dibangun adalah untuk tempat tinggal atau tempat usaha;

 Luas bangunan 200 m2 atau lebih;

 Bangunan bersifat permanen.


Saat dan tempat pajak terutang atas kegiatan membangun
sendiri yaitu :

Pajak terutang saat mulai dilaksanakannya pembangunan;


Tempat terutangnya pajak adalah di tempat bangunan
didirikan.
PPN terutang wajib disetor ke Kas Negara melalui Kantor Pos
atau Bank Persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak.
PPN yang terutang adalah
• 10 % X Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
DPP-nya adalah 20% (empat puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga
perolehan tanah
Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar 10% (sepuluh persen)
dikalikan dengan 20% (empat puluh persen) dikalikan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya.

Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
PPN kepada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut dengan
mempergunakan SSP lembar Ke-3 paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Contoh.......
• tanggal 15 Januari 2013, Tuan Hanif mulai membangun sendiri sebuah bangunan
untuk tempat tinggal dengan luas bangunan 350m2. Biaya yang dikeluarkan
selama bulan Januari 2013 adalah:
• Pembelian material bangunan = Rp 110.000.000,- termasuk PPN Rp 10.000.000,-
• Ongkos tukang Rp 5.000.000,-
• PPN terutang = 10% x 20% x (Rp 110.000.000,- + Rp
5.000.000,-)
= 2.300.000,-
Contoh...........
PPN terutang sebesar Rp 2.300.000,- disetor dengan
menggunakan SSP paling lambat tanggal 15 Februari 2013.
Kolom identitas dalam SSP diisi dengan identitas Tuan Hanif.
Apabila Tn.Hanif tidak mempunyai NPWP, maka kolom NPWP
dalam SSP diisi dengan angka 0 (nol) pada 9 digit pertama dan
dengan kode KPP yang bersangkutan. Kemudian yang
menandatangani SSP adalah Tn.Hanif selaku pihak yang
melakukan kegiatan membangun sendiri.
KMS secara Jabatan
• Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri tidak atau kurang menyetorkan ke Kas
Negara atas Pajak Pertambahan Nilai terutang, maka
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan
KMS secara Jabatan
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, namun tidak benar atau tidak lengkap, sehingga:

a. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih rendah dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) tersebut; atau

b. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih tinggi dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan.
KMS secara Jabatan
• Yg dimaksud HSGBN adalah data Harga Satuan Bangunan
Gedung Negara (HSBGN) masing-masing daerah sesuai Data
HSBGN bisa di lihat di
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/sibpb/dev/public/hsbgn.php

Anda mungkin juga menyukai