Askep DM Dan Perawatan Kaki Diabetik
Askep DM Dan Perawatan Kaki Diabetik
UUN NURJANAH
PENDAHULUAN
• Diabetes merupakan masalah global dunia
• Hingga th 2011 : 366 juta diseluruh dunia (8.3% dari
seluruh orang dewasa)
• Estimasi th 2030 : 552 juta (9.9%)
Indonesia
• Menduduki urutan ke 4 di dunia (India, Cina & Amerika)
• Prevalensi DM tipe 2 (Perkeni, 2011)
1,5%
5,7%
4,2%
Diabetes melitus yang baru didiagnosis
(baru diketahui)
2. Gejala klasik DM
+
Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan setidaknya 8 jam
atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L)
catatan:
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak
menunjukan kelainan hasil, dilakukan ulangan
tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun
tanpa faktor resiko lain, pemeriksaan penyaringan
dapat dilakukan setiap 3 tahun
Keluhan Klasik Diabetes Melitus
• Poliuria
• Poliphagia
• Polidisia
• Penurunan berat badan
• Badan lemah dan kesemutan
• Disfungsi ereksi pada pria
• Pruritus vulva pada wanita
Type 2 Diabetes is Associated with Serious
Complications
Microangiopathy Macroangiopathy
Diabetic Stroke
Retinopathy 2- to 4-fold increase in
Leading cause cardiovascular mortality
of blindness and stroke5
in adults1,2
Diabetic
Cardiovascular
Nephropathy
Disease
Leading cause of
8/10 individuals with
end-stage
diabetes die from CV
renal disease3,4
events6
Diabetic
Neuropathy Peripheral Arterial
Disease
UK Prospective Diabetes Study Group. Diabetes Res 1990; 13:1–11. 2Fong DS, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S99–S102. 3The Hypertension in Diabetes Study Group. J
1
Hypertens 1993; 11:309–317. 4Molitch ME, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S94–S98. 5Kannel WB, et al. Am Heart J 1990; 120:672–676.
6
Gray RP & Yudkin JS. Cardiovascular disease in diabetes mellitus. In Textbook of Diabetes 2nd Edition, 1997. Blackwell Sciences. 7King’s Fund. Counting the cost. The real impact of
non-insulin dependent diabetes. London: British Diabetic Association, 1996. 8Mayfield JA, et al. Diabetes Care 2003; 26 (Suppl. 1):S78–S79.
?
Adaptasi Self care
SES AN
O
PR AWAT
ER
EP
K
Perubahan pada
Kebutuhan Dasar
Pengkajian
1. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi kadar
glukosa darah :
a. Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori
b. Infeksi atau penyakit-penyakit akut lain
c. Stress yang berhubungan dengan faktor-faktor
psikologis dan sosial
d. Obat-obatan atau terapi lain yang
mempengaruhi
glukosa darah
c. Penghentian insulin atau obat anti
hiperglikemik
oral
2. Riwayat atau adnya faktor resiko :
a. Riwayat keluarga dengan DM
b. Obesitas
c. Riwayat pankreatitis kronis
d. Riwayat melahirkan anak lebih dari 4
Kg
e. Riwayat glukosuria selama stress
( kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) dan terapi obat
(glukokortikosteroid,diuretik, tiazid,
kontrasepsi oral)
3. Kaji manifestasi DM :
a. Poliuria, polidipsia, polifagia
b. Penurunan berat badan
c. Pruritus, purpura, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, kram otot
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Tes Toleransi Glukosa ( Gula Darah Sewaktu dan Gula
Darah Post Prandial > 200 mg/dl)
b. Gula Darah Puasa > 140 mg/dl
c. Essay hemoglobin Glikosilat di atas rentang normal
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum meningkat
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Hipovolemi b/d diuresis osmotik (gejala
poliuria) dan dehidrasi
2. Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah
3. Resiko Perfusi jaringan perifer tidak efektif
4. Resiko Defisit nutrisi b/d gangguan keseimbangan
insulin, makanan dan aktifitas jasmani
5. Kurang pengetahuan tentang
informasi/keterampilan perawatan mandiri diabetes
6. Resiko ketidakmampuan melakukan perawatan
mandiri b/d gangguan fisik atau faktor-faktor sosial
7. Ansietas b/d hilang kendali, perasaan takut
terhadap ketidakmampuan menangani Diabetes,
ketakutan terhadap komplikasi Diabetes
6. Resiko terjadi syok hipo/hiperglikemia /
septik
7. Resiko terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit
8. Resiko gangguan persepsi sensori
9. Resiko terjadi penyebaran infeksi
Tujuan Pengelolaan DM Secara
Umum
• Hilangnya tanda dan keluhan DM dan
mempertahankan kenyamanan dan
kesehatan
Riwayat Penyakit
gejala yang timbul, hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu
termasuk A1C, hasil pemeriksaan khusus yang telah ada terkait
DM
pola makan, status nutrisi, riwayat perubahan berat badan
riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda
pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara
lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah
diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri, serta
kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan
pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang
digunakan, perencanaan makan dan program latihan jasmani
riwayat komplikasi akut (KAD, hiperosmolar hiperglikemia,
hipoglikemia)
riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan
traktus urogenitalis
gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik (komplikasi
pada ginjal, mata, saluran pencernaan, dll.)
pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa
darah
faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung
koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga (termasuk
penyakit DM dan endokrin lain)
riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM
pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, status ekonomi
kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi dan kehamilan
Pemeriksaan Fisik
pengukuran tinggi dan berat badan
pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan
darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya
hipotensi ortostatik
pemeriksaan funduskopi
pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
pemeriksaan jantung
evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat
penyuntikan insulin) dan pemeriksaan neurologis
tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
Tindakan Rujukan
ke bagian mata bila diperlukan pemeriksaan mata lebih lanjut
konsultasi keluarga berencana untuk wanita usia produktif
konsultasi terapi gizi medis sesuai indikasi
konsultasi dengan edukator diabetes
konsultasi dengan spesialis kaki (podiatrist), spesialis perilaku
(psikolog) atau spesialis lain sesuai indikasi
Evaluasi medis secara berkala
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam
sesudah makan sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan A1C dilakukan setiap (3-6) bulan
Setiap 1 (satu) tahun dilakukan pemeriksaan:
Jasmani lengkap
Mikroalbuminuria
Kreatinin
Albumin / globulin dan ALT
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
EKG
Foto sinar-X dada
Funduskopi
Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah
belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid
penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin,
tiazolidindion
penghambat glukoneogenesis (metformin)
penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai
dosis hampir maksimal
Sulfonilurea generasi I & II : 15 –30 menit sebelum makan
Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid : sesaat/ sebelum makan
Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
Penghambat glukosidase α (Acarbose) : bersama makan suapan
pertama
Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.
Insulin Insulin diperlukan pada keadaan:
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) Untuk memantau
kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler.
PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau
pemicu sekresi insulin. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi,
tergantung pada terapi.
Waktu yang dianjurkan adalah,
- pada saat sebelum makan,
- 2 jam setelah makan (menilai ekskursi maksimal glukosa),
- menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), dan
- di antara siklus tidur (untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau
- ketika mengalami gejala sepertihypoglycemic spells.
Pemeriksaan Glukosa Urin Pengukuran glukosa urin
memberikan penilaian yang tidak langsung.
Hanya digunakan pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau
memeriksa kadar glukosa darah.
Batas ekskresi glukosa renal rata-rata sekitar 180 mg/dL,
dapat bervariasi pada beberapa pasien, bahkan pada pasien
yang sama dalam jangka waktu lama. Hasil pemeriksaan
sangat tergantung pada fungsi ginjal dan tidak dapat
dipergunakan untuk menilai keberhasilan terapi.
Penentuan Benda Keton Pemantauan benda keton dalam
darah maupun dalam urin cukup penting terutama pada
penyandang DM tipe-2 yang terkendali buruk (kadar glukosa
darah > 300 mg/dL).
Pemeriksaan benda keton juga diperlukan pada penyandang
diabetes yang sedang hamil.
Perilaku sehat bagi penyandang diabetes
Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes
dapat menjalani pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan
adalah:
Mengikuti pola makan sehat
Meningkatkan kegiatan jasmani
Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan
khusus secara aman, teratur
Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada
Melakukan perawatan kaki secara berkala
Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi
keadaan sakit akut dengan tepat
Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,
dan mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes
serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan
penyandang diabetes.
Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
Edukasi perubahan perilaku (oleh Tim Edukator Diabetes)
Dalam menjalankan tugasnya, tenaga kesehatan memerlukan
landasan empati, yaitu kemampuan memahami apa yang
dirasakan oleh orang lain.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes
adalah:
Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
terjadinya kecemasan
Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal
yang sederhana
Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan
melakukan simulasi
Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan
keinginan pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan
lengkap tentang program pengobatan yang diperlukan oleh
pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium
Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan
dapat diterima
Materi Edukasi pada Tingkat Awal
1. Perjalanan Penyakit DM
2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
3. Penyulit DM dan resikonya
4. Intervensi farmakologis dan non farmakologis serta target
perawatannya
5. Interaksi antara asupan makanan. Aktifitas fisik dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain
6. cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri
7. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit atau
hipoglikemia
• 8. Pentingnya latihan jasmani yang teratur
• 9. Masalah khusus yang dihadapi (contoh, hiperglikemia pada
kehamilan)
• 10.Pentingnya perawatan kaki
• 11. Cara pergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Produktivitas menurun
Gangguan konsep diri
Kwalitas hidup menurun
DIABETIC
FOOT ??
Definisi WHO
Kaki penyandang diabetes yang memiliki
resiko kelainan seperti infeksi, ulcerasi,
dan atau destruksi jaringan ikat dalam
yang berhubungan dengan kelainan
neurologiis, berbagai derajat PAD dan
komplikasi metabolik pada ekstremitas
bawah
Pathophysiology of Diabetic Foot Ulcer
Caused of diabetic foot problems
Vasculopathy Neuropathy
neuroischemic
Trauma
Infection
Peripheral Neuropathy
1. Autonomic Neuropathy
2. Motor Neuropathy
3. Sensoric Neuropathy
Autonomic neuropathy
Decreased sweating
Dry skin
Decreased elasticity
Fissure/Callus
Ulcer
Sensoric neuropathy
Reduce foot
ulcer &
amputation :
40 – 85 %
Penatalaksanaan
yang sesuai
5 Cornerstones of Foot Management
1. Foot examination
regularly
2. Identification of 5. Treatment be
risk factors Ulcer accured
3. Education
4. Used appropriate
(patients, providers
footwear
and family)
PENGKAJIAN
• Langkah awal dalam asuhan keperawatan
Pengumpulan Identifikasi
data Analisis masalah
Diawal
Anamnesa
KLASIFIKASI
Pemeriksaan RESIKO
fisik (kaki) KAKI
DIABETIK
Pemeriksaan
Penunjang
ANAMNESA
• Lama menderita DM
• Keluhan pada kaki : ulkus, nyeri, kram,
dingin, Claudicatio
• Pengobatan
• Komplikasi : kardiovaskuler, nefropati,
retinopati, stroke, peripheral vaskuler
• Riwayat Ulkus & amputasi
• Gaya hidup : merokok, penggunaan alas
kaki
• Pengetahuan tentang kaki diabetik :
perawatan, pencegahan, penggunaan alas
PEMERIKSAAN FISIK
• Cara Berjalan
• Penggunaan alas kaki
INSPEKSI
• Bentuk kaki, kuku, kulit,
odema, adanya ulkus
• Suhu kulit kaki
• Nyeri tekan
PALPASI
• Denyut Arteri Dorsalis pedis &
posterior tibialis
• Vaskularisasi : ABI
PENGUKURAN • Neurologi : sensori, vibrasi,
SPESIFIK
reflek tendon
• GDS, GDN,GDNPP, HbA1C
PENUNJANG • Arteriografi, USG Arteri (Jika
Ada)
Kulit Kaki (1)
Onikomikosis
9 th National Diabetes Educators Training Camp
kelainan Kuku (1)
Ingrowing Infection
nail
Onychogryphosis
Kelainan Bentuk Kaki
Charcot toes
Pasca amputasi/operasi
Nekrosis jaringan
PEMERIKSAAN VASKULER
ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI)
Doppler Sonografi
ABI (ANKLE / BRACHIAL INDEKS)
Interpreting the Ankle-Brachial
pressure Index ( ABI )
ABI Interpreting
>1.2 Rigid or calcified vessels or
both
0.9 – 1.1/1.2 Normal (or calcified)
<0.9 Ischaemia
97
Gangguan citra diri berhubungan dengan
perubahan pada fungsi dan struktur
tubuh/persepsi negatif terhadap diri
sendiri/tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan tubuh.
98
Intervensi Keperawatan
• Pendidikan kesehatan:
-proses penyakit
-diet
-obat-obatan
-keterampilan psikomotor: merawat
kaki/kuku/kulit/menyuntik/memonitor gula
darah
• Perawatan luka
• Perawatan kaki dan kuku
• Penatalaksanaan nutrisi; hitung kebutuhan dan
pemasukan kalori, mengatasi mual
(gastropati/ES AB) monitor kadar albumin
darah, timbang BB/mgg
• Penatalaksanaan hiperglikemia: monitor GD,
pemberian insulin 99
• Perawatan kulit
• Perawatan sirkulasi
• Bantuan perawatan diri
• Kolaborasi: pemberian AB, kultur secara
reguler
• Mobilisasi secara reguler
• Latihan nafas dalam dan batuk efektif secara
reguler
• Perawatan perineal
• Dukungan emosional:
• Komunikasi teraputik: jelaskan semua prosedur,
informasikan kemanjuan dan hambatan,
100
perlakukan pasien sebagai manusia bukan
Pendidikan kesehatan untuk perawatan kaki
1. Hindari merokok
2. Periksa kaki setiap hari (apakah terdapat goresan
atau bengkak), termasuk sela kaki . Gunakan kaca
kecil untuk mempermudah memeriksa telapak kaki
3. Cuci kaki tiap hari. Keringkan dengan baik, terutama
sela jari
4. Hindari suhu yang ekstrem
5. Jika kaki terasa dingin pada malam hari, gunakan
kaos kaki. Jangan gunakan kompres hangat atau
botol penghangat. Jangan rendam kaki dengan air
hangat
6. Jangan berjalan tanpa alas kaki
7. Jangan menggunakan steam dan alat-alat sauna
8. Jangan gunakan zat kimia dan alat-alat untuk
menghilangkan kalus/kapalan
9. Jangan gunakan plester pada kaki
10. Periksa bagian dalam sepatu sebelum digunakan
11.Gunakan pelembab pada kaki, tetapi jangan 101
gunakan pada sela kaki.
Lanjutan pendidikan kesehatan untuk
perawatan kaki
• Jangan gunakan sandal jepit
• Sepatu sebaiknya terbuat dari kulit
• Sepatu untuk berolah raga harus dikonsultasikan
terlebih dahulu pada dokter
• Jangan gunakan sepatu tanpa kaos kaki
• kaos kaki jangan ketat
• gunakan kaos kaki dari bahan wool
• ganti kaos kaki setiap hari
• potong kuku lurus dan melewati jari
• jangan mengorek-ngorek atau memotong kapalan
• Jangan duduk dengan kaki bersilang
• Periksakan kaki secara teratur pada petugas
kesehatan
102