Anda di halaman 1dari 59

Clinical Report Session (CRS)

HIRSCHPRUNG
DISEASE
Oleh :
Amalia Rizkyani (G1A219028)

Pembimbing :
dr. Willy Hardy Marpaung, Sp.BA

Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Bedah


RSUD Raden Mattaher Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Hirschsprung Disease adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai pleksus auerbach
dan pleksus meissner pada colon

Tidak adanya ganglion sel ini mengakibatkan hambatan pada gerakan peristaltik
sehingga terjadi ileus fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta distensi yang
berlebihan pada kolon yang lebih proksimal

Trias klasik gambaran klinis pada neonatus adalah pengeluaran mekonium yang
terlambat, yaitu lebih dari 24 jam pertama, distensi abdomen dan muntah bilious

Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung terdiri dari tindakan non surgery dan tindakan
surgery
BAB 2 LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Zea
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Mudung Laut RT 09 Pelayangan Jambi
Tanggal Masuk : Jumat, 11 Juni 2021 (via IGD)
Jam Masuk : 23.01 WIB
Tanggal Periksa : Selasa, 22 Juni 2021
Nomor RM : 971673
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Sulit BAB sejak 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang bersama orang tuanya ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
keluhan sulit BAB. Hal ini sudah dialami pasien sejak lahir sampai sekarang.
Frekuensi BAB hanya sekali dalam 3 hari. Setiap BAB keluar sedikit-sedikit dan
berwarna kuning, konsistensi cair, darah (-) lendir (-). Keluhan disertai dengan
demam dan perut yang kembung
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Alergi : Alergi obat dan makanan disangkal
• Riwayat demam tinggi (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluhan yang serupa : disangkal
 
Riwayat Pengobatan
• Orang tua pasien mengatakan pasien saat berumur 5 hari dibawa ke dokter
spesialis anak dan di umur 7 bulan dikonsulkan ke dokter spesialis bedah anak.

Riwayat Psikososial
• Riwayat diurut : disangkal
• Diberikan ASI sejak lahir
• Ayah perokok aktif (+)
Riwayat Kehamilan dan Persalinan

- Riwayat Kelahiran : Lahir nornal dari ibu P1A0 ditolong oleh Bidan, BBL 3300 g, PB
  48 cm, anak ke-1

- Riwayat Kehamilan : Aterm, rutin periksa ke bidan


- Usia ibu saat melahirkan : 26 tahun
- Riwayat Mekonium : > 24 jam
- Riwayat Imunisasi : Hanya 1x diimunisasi (di paha kanan) saat baru lahir
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
• Nadi : 104 x/menit, reguler, kuat angkat
• Respirasi : 34 x/menit
• Suhu : 36,5oC
• SpO2 : 98%
Status gizi
• BB : 8 kg
• TB : 67 cm
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Turgor baik, anemis (-), ikterik
(-), sianosis (-)
Leher : JVP meningkat (-), M a t a : C A (-/-), SI (-/-), reflex pupil
trakea terdorong kekanan (-), (+/+), isokor
pem besaran KGB leher (-) Kepala : Normocephal, ubun-ubun
terbuka datar, ra mbut terdistribusi
merata, sukar d i c a b u t
THT : DBN ; Mulut : DBN

Paru :
I: Normal,
Pa: Sf ka> Sfki Jantung :
Pe: sonor/redup I: IC tak t a m p a k  
A: Vesikular (+ / +), Rh (-/-), Pa: IC t e r a b a di ICS V Midclavicula
Wh (-/-) A: BJ1>BJ2, Bising(-)

Ekstremitas : Abdomen :
Superior : Akral hangat, CRT < 2 I : Distensi (+)pus (-), darah (-),
detik, edema (-) A: Bising usus (+) normal
Inferior : Akral hangat, CRT < 2 P: Turgor kembali cepat, nyeri tekan (-),
detik, edema (-) supel
P : Timpani (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Pre Duhamel Pull Through post Colostomy (24/10/2020)

- Hematologi Rutin - Faal Hemostasis


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 11.1 11-15 g/dl Waktu Perdarahan 2 1-3 Menit


(BT)
Hematokrit 34.2 34.5-54 %
Waktu Pembekuan 4 2-6 Menit
Eritrosit 4.17 4.5-5.5 x106 u/l (CT)
MCV 82.0 80-96 fL LED 10   mm/jam

MCH 26.6 27-31 pg

MCHC 32.4 32-36 g/dl

Trombosit 436 150-450 x103 u/l

Leukosit 10.8 4.0-10.0 x103 u/l

Kesan : Leukositosis
Kimia Klinik
• Glukosa Darah - Elektrolit
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
GDS 92 <200 mg/dl Rujukan
Natrium 136.0 136-146 mmol/L
Kalium 4.80 3.34-5.10 mmol/L
• Faal Hati
Chlorida 103.6 98-106 mmol/L
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
SGOT 34 15-37 u/l
SGPT 41 14-63 u/l
Total Protein 6.7 6.4-8.2 g/dl
Albumin 3.3 3.4-5.0 g/dl
Globulin 3.4 2.5-3.5 g/dl

Kesan : Hipoalbumin
Laboratorium Post Duhamel Pull Through (07/11/2020)

• Hematologi Rutin - Faal hati


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.7 11-15 g/dl Albumin 3.1 3.4-5.0 g/dl
Hematokrit 35.4 34.5-54 %
Eritrosit 4.45 4.5-5.5 x106 u/l
MCV 79.6 80-96

fL - Elektrolit

MCH 26.3 27-31 pg Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


MCHC 33.1 32-36 g/dl Natrium 134.5 136-146 mmol/L
Trombosit 323 150-450 x103 u/l Kalium 4.94 3.34-5.10 mmol/L
Leukosit 13.9 4.0-10.0 x103 u/l Chlorida 105.8 98-106 mmol/L

Kesan : Leukositosis, Hiponatremi


• Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (08 Juli 2020)

Abdomen Polos :

Pre peritoneum fat kanan kiri tak jelas


Distribusi udara dalam usus sampai kedistal,
tampak distensi usus usus
Mulai tampak penebalan dinding usus usus
Tak tampak batu opak pada proyeksi TR
urinarius
Tulang tulang normal

Kesan : Ileus Obstruksi


Diagnosa :
Hirschsprung disease Post Colostomy

TATALAKSANA

NON- BEDAH BEDAH


- IVFD D5 ¼ NS 500 cc/hari
- Observasi TTV • Bedah Definitif
- PRC 50 cc (Duhamel Pull-Through)
- Puasa 3 jam
Prognosis

- Quo ad vitam : dubia ad bonam


- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

- Quo ad sanationam : dubia ad bonam


Hari / S
FOLLOW UP O A p
tanggal
Kamis, • BAB (+) pada Ku : Tampak sakit Post colostomy • Observasi TTV
5/11/2020 colostomy sedang atas indikasi • R/ Duhamel Pull
(Bangsal) • Muntah (-) (Compos mentis) Hirschsprung Through
• Demam (-) N: 104 x/i Disease • Persiapan PICU
RR: 34 x/i • PRC 50 cc
T : 36,5oC • Diet ASI adLib
SpO2 : 98%
Hari / S O A p
tanggal

Jumat, - BAB (+) pada Ku : Tampak sakit post colostomy atas - IVFD D5 ¼ NS
6/11/2020 colostomy sedang indikasi - Observasi TTV
(Bangsal) - Muntah (-) (Compos mentis) Hirschprung - R/ Duhamel Pull
- Demam (-) N: 100 x/i Disease Through
RR: 32 x/i - Persiapan PICU
T : 36,5oC - PRC 50 cc
SpO2 : 99% - Puasa 3 jam
Hari / S O A p
tanggal
Sabtu, Pre Op : Pre Op: Pre Op : Pre Op :
7/11/2020 - BAB (+) pada colostomy Ku : Tampak sakit sedang Post colostomy atas - IVFD D5 ¼ NS
(Bangsal) - Muntah (-) (Compos mentis) indikasi Hirschsprung - Observasi TTV
- Demam (-) N: 128 x/i Disease - R/ Duhamel Pull
RR: 38 x/i   Through
T : 36,5oC   - Persiapan PICU
SpO2 : 99%   - PRC 50 cc
    - Puasa 3 jam
     
Post Op : Post Op : Post Op :
  Post Duhamel Pull- - IV Cefotaxim 2x350 mg
Through atas indikasi - IV Metronidazole flash
Hirschsprung disease 3x7mg
- IV Ranitidin 2x7mg
- IV Paracetamol flash
4x140mg
Hari / S O A p
tanggal

Senin, - Demam (-) Ku : Tampak lemah Post Duhamel Pull- - IVFD D5 ¼ NS


9/11/2020 - Muntah (-) (Compos mentis) Through atas 700 cc/hari
(PICU) - BAB (+) N: 122 x/i indikasi - Aminofusin 5%
RR: 26 x/i Hirschsprung 100 cc/hari
T : 37,0oC disease - IV Cefotaxim
Luka : pus (-) 2x350 mg
- IV Metronidazole
flash 3x7mg
- IV Ranitidin
2x7mg
- IV Paracetamol
flash 4x140mg
- Test feeding
Hari / S O A p
tanggal

Selasa, - Demam (-) Ku : Tampak lemah Post Duhamel Pull- - IVFD D5 ¼ NS


10/11/2020 - Muntah (-) (Compos mentis) Through atas 700 cc/hari
(PICU) - BAB (+) N: 122 x/i indikasi - IV Cefotaxim
RR: 30 x/i Hirschsprung 2x350 mg
T : 36,5oC disease - IV Metronidazole
Luka : pus (-) flash 3x7mg
- IV Paracetamol
flash 4x140mg
- Diet ASI/Sufor
8x50cc
Hari / S O A p
tanggal

Rabu, - Demam (-) Ku : Tampak sakit Post Duhamel Pull- - IVFD D5 ¼ NS


11/11/2020 - Muntah (-) sedang Through atas 500 cc/hari
(Bangsal) - BAB (+) (Compos mentis) indikasi - IV Cefotaxim
N: 104 x/i Hirschsprung 2x300 mg
RR: 35 x/i disease - IV Metronidazole
T : 36,7oC flash 3x100 g
SpO2 : 98% - IV Paracetamol
Luka : pus (+) flash 3x80mg
- Diet ASI/Sufor
8x50cc
- GV/hari
Hari / S O A p
tanggal

Kamis, - Demam (-) Ku : Tampak sakit Post Duhamel Pull- - IVFD D5 ¼ NS


12/11/2020 - Muntah (-) sedang Through atas 500 cc/hari
- BAB (+) (Compos mentis) indikasi - Diet ASI/Sufor
- Kentut (+) N: 114 x/i Hirschsprung 8x50cc
RR: 38 x/i disease - GV/hari
T : 36,3oC  
SpO2 : 98% (Pasien Pulang)
Luka : kering, pus (-)
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
• Embriologi

• Pada minggu ke-13 terjadi migrasi dari sel neural crest melalui GI Tract dan proximal menuju
ke distal yang kemudian berdiferensiasi menjadi sel ganglion yang matang
• Sumber neural crest  vagal dan sacral
ANATOMI
• Rektum memiliki 3 buah valvula :
superior sinistra, medial dekstra dan
inferior sinistra

• Saluran kanalis analis terdiri dari


spinkter ani interna dan eksterna

• Makroskopis kanalis analis terdiri atas


kolumna analis, vavula analis, sinus
analis dan papilla analis, zona transisi
garis Hilton dan kelenjar analais.
 - Vaskularisasi sigmoid dan bagian atas
rectum berasal dari a.meseterika inferior
dan a.kolika sinistra

 - Vaskularisasi rectum dan kanalis analis


berasal dari a.hemorrhoidalis superior,
media dan inferior

 - a. hemorrhoidalis superior akhir


a.mesenterika inferior

 - A. hemorrhoidalis media cabang a.iliaka


interna (a.uterina)

 - A.hemorrhoidalis inferior cabang


a.pudenda interna
Sistem syaraf autonomik intrinsik pada
usus terdiri dari 3 pleksus:

1. Pleksus Auerbach: terletak diantara


lapisan otot sirkuler dan longitudinal.
2. Pleksus Henle: terletak disepanjang
batas dalam otot sirkuler.
3. Pleksus Meissner: terletak di sub-
mukosa.
DEFINISI HIRSCHPRUNG DISEASE

Penyakit hirschsprung di karakteristikan sebagai


tidak adanya sel ganglion di pleksus
myenterikus (auerbach) dan submukosa
(meissner).

Hilangnya fungsi motorik dari segmen ini


menyebabkan dilatasi hypertropik massive
kolon proximal yang normal sehingga terjadi
kesulitan defekasi dan feses terakumulasi
sehingga menyebabkan Megakolon
KLASIFIKASI

Hirschsprung dikategorikan berdasarkan


seberapa    banyak colon yang terkena. 

 Ultra short segment

 Short segment

 Long segment

 Very long segment


ETIOLOGI
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel aganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari
anus dan panjangnya bervariasi keproksimal

Penyakit Hirschsprung 
Ketiadaan sel-sel Kelainan dalam ditemukan pada kelainan-
ganglion lingkungan kelainan kongenital sebagai
berikut:
• Sindrom Down
• Sindrom Neurocristopathy
Mutasi pada RET Matriks Protein • Sindrom Waardenburg-
Shah
Proto-oncogene Ekstraseluler 
• Sindrom buta-tuli Yemenite
• Piebaldism
• Sindrom Goldberg-
Shprintzen
• Neoplasia endokrin
multiple tipe II
• Sindroma hypoventilasi
congenital
EPIDEMIOLOGI
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
DIAGNOSIS

ANAMNESIS TATALAKSANA

PEMERIKS DIAGNOSA
AAN FISIK BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ANAMNESIS
• Mekonium keluar > 24 jam
• adanya muntah bilious 
• perut kembung
• gangguan defekasi/ konstipasi kronis
• konsistensi feses yg encer
• gagal tumbuh (pada anak-anak)
• berat badan tidak berubah; cenderung menurun
• nafsu makan menurun
• adanya riwayat keluarga
Manifestasi Klinis

1. Periode Perinatal
• Pada bayi  yang baru lahir, kebanyakan
gejala muncul 24 jam pertama kehidupan
•Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai:
- Pengeluaran mekonium yang terlambat
- Muntah hijau 
- Distensi abdomen
2. Anak
• Pada anak gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi
kronis dan gizi buruk (failure to thrive) 
• Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding
abdomen
• Kebanyakan anak-anak dengan Hirschsprung datang karena
obstruksi intestinal atau konstipasi berat selama periode
neonatus 
PEMERIKSAAN FISIK

• Perut kembung; distensi abdomen


• Terlihat pergerakan usus pada dinding abdomen
• Bising usus melemah atau jarang
• Pemeriksaan rectal touche :
– sfingter anal yang kaku dan sempit
– saat jari ditarik terdapat explosive stool and gas
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Diagnostik utama pada penyakit


hirschprung adalah dengan pemeriksaan:
1. Barium enema     
• Segmen sempit dari sfingter anal
dengan Panjang tertentu 
• Zona transisi (terdapat 3 jenis :
Abrupt, cone, funnel)
• Segmen dilatasi 
• Gambaran mukosa tak teratur
(proses enterokolitis)
Enterokolitis pada
Hirschsprung dapat
didiagnosis dengan foto  polos
abdomen yang  ditandai 
dengan adanya kontur irregular
dari kolon yang berdilatasi
yang disebabkan oleh oedem,
spasme, ulserase dari dinding
intestinal.
2. Foto Polos Abdomen (BNO)
3. Anorectal Manometry
4. Biopsy Rectal
5. Pemeriksaan lain-lain
   - Elektromanometri
   - Pemeriksaan genetik
TATALAKSANA
PRE OPERATIF

Diet Non bedah


- Nutrisi parenteral - Dekompresi 
- Resusitasi cairan
- Koreksi elektrolit
- Pemasangan irigasi tuba
rectal
- Antibiotik profilaksis
intravena 
3. POST OPERATIF

• Pada awal periode post operatif sesudah PERPT (Primary Endorectal pull through),
pemberian  makanan  peroral  dimulai  sedangkan  pada  bentuk short segmen, tipikal,  dan
long segmen  dapat  dilakukan kolostomi terlebih dahulu dan beberapa bulan kemudian baru
dilakukan operasi definitif dengan metode Pull Though Soave, Duhamel maupun Swenson.
KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari semua prosedur diantaranya :
• Enterokolitis Post Operatif, 
• Konstipasi 
• Striktur Anastomosis
PROGNOSIS
• Kurang lebih 1% dari pasien dengan penyakit Hirschsprung  membutuhkan kolostomi
permanen untuk memperbaiki inkontinensia. 
• Umumnya, dalam 10 tahun follow up lebih dari 90% pasien yang mendapat tindakan
pembedahan mengalami penyembuhan. 
• Kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.
BAB 4 ANALISA MASALAH
Kasus Teori
Pasien anak laki-laki usia 4 bulan Penyakit Hirschsprung lebih sering terjadi pada laki-
laki dibanding perempuan, dengan rasio sekitar 4:1
 
- Perut kembung dan tegang, Merupakan Trias klasik Hirschprung disease :
- Pengeluaran meconium Terlambat (Mekonium > Sel ganglion tidak ada pada colon  tidak adanya
24 jam) Gerakan peristaltic  sfingter rectum tidak dapat
berelaksasi  mencegah keluarnya feses secara
normal  akumulasi pada usus  isi usus
mendorong ke segmen aganglionik  gas dan feses
terkumpul didaerah tersebut  obstruksi dan dilatasi
bagian usus yang proksimal  colon membesar
(megacolon)  peningkatan tekanan intra abdomen
 perut kembung dan tegang (distensi abdomen)
 
Kasus Teori
Muntah kehijauan Merupakan Trias klasik Hirschprung disease :
Obstruksi mekanisme usus dan distensi saluran cerna megacolon 
empedu mengeluarkan cairan melalui spincter oddi spincter oddi
mengalami relaksasi akibat saraf nonandregenik  cairan empedu
keluar ke duodenum  cairan usus bercampur dalam duodenum 
penekanan akibat distensi dan gangguan motalitas usus  makanan
dalam duodenum naik ke lambung  makanan naik ke esophagus 
meransang reflex  mual, muntah  muntah hijau
 
Kasus Teori
Tidak nafsu makan, ASI selalu dimuntahkan Sistem pencernaan  penekanan pada usus dan
lambung  perasaan penuh pada saluran cerna 
rangsangan ke nervus vagus  pengaktifan pusat
muntah (medulla oblongata)  mual disertai muntah
yang berebihan.
 
Sesak napas Terbentuknya megacolon yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal  terjadi
penekanan pada diafragma  Ekspansi paru
menurun  ketidakefektifan pola napas  sehingga
menjadi sesak napas
 
Foto polos abdomen kesan ileus obstruksi. Hal ini Pemeriksaan foto polos abdomen akan menunjukkan
sesuai dengan teori. tanda-tanda obstruksi usus fungsional.
 
Kasus Teori
Tatalaksana Nonbedah :  
- Scorstein - Scorstin adalah tindakan mengeluarkan udara sampai ke colon
  descenden melalui anus dengan menggunakan selang. Tujuannya adalah
  mengatasi perut kembung karena adanya udara di dalamnya.
  Penggunaan teknik wash out dapat mengurangi tekanan intra abdomen
  dan menyebabkan berkurangnya gejala klinis perut kembung.
- NGT - Mencegah isi refluks lambung ke dalam saluran pernapasan yang bisa
  menyebabkan aspirasi.
- Injeksi cefotaxime 2x180 mg - Pemberian antibiotik untuk infeksi bakteri, sebagai antibiotik profilaksis
  sebelum tindakan pembedahan saluran pencernaan, dan mencegah
infeksi pada luka operasi.
 
Kasus Teori
Tatalaksana Tindakan bedah :  
- Kolostomi - Merupakan tindakan bedah sementara pada usus yang memiliki
  ganglion normal paling distal. Tindakan ini dimaksudkan guna
  menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterocolitis,
  menurunkan angka kematian pada saat dilakukan tindakan
  bedah definitif dan mengecilkan kaliber usus pada  penderita
  penyakit Hirschsprung yang telah besar sehingga
memungkinkan dilakukan anastomosis. 
 
Kasus Teori
Duhamel Pull-Through
- Merupakan tindakan bedah definitive. Duhamel adalah Teknik
operasi dengan prosedur menarik kolon proksimal yang ganglionik
ke arah anal melalui  bagian posterior rektum yang aganglionik,
menyatukan dinding posterior  rektum yang aganglionik dengan
dinding anterior kolon proksimal yang ganglionik sehingga
membentuk rongga baru dengan anastomose end to side agar pasien
dapat BAB secara normal melalui anus.
- Pull Through adalah Teknik bedah yang dimulai dengan melakukan
insisi mukosa, insisi dibuat setinggi mungkin dari linea dentata agar
tidak merusak epitel transisional. Hal ini sangat penting untuk
mencegah kehilangan sensasi defekasi yang dapat menyebabkan
anak memiliki gangguan inkontinensia dikemudian hari. Kemudian
otot rectum diinsisi secara melingkar, agar dapat melanjutkan diseksi
kearah proksimal sepanjang dinding rectum.
BAB 5 KESIMPULAN
01 03
Hirschsprung Disease (HD) adalah Dasar patofisiologi karena tidak adanya
kelainan kongenital dimana tidak  gelombang propulsive dan abnormalitas
dijumpai pleksus auerbach dan pleksus atau hilangnya relaksasi dari sphincter
meisneri pada kolon. Sembilan  puluh anus internus yang disebabkan
persen (90%) terletak pada aganglionosis, hipoganglionosis atau
rectosigmoid disganglionosis pada usus besar 

02 04
Penyakit Hirschsprung disebabkan Hirschsprung dikategorikan berdasarkan
karena kegagalan migrasi sel-sel saraf  seberapa banyak colon yang terkena
 parasimpatis myentericus dari cephalo meliputi:Ultra short segment, Short
ke caudal. segment, Long segment, Very longs
segment
07
Tatalaksana operatif dengan cara
05 Gejala kardinalnya yaitu gagalnya
tindakan bedah sementara dan bedah
definitive (Prosedur Swenson, Duhamel,
pasase mekonium pada 24 jam pertama Soave dan Rehbein)
kehidupan, distensi abdomen dan
muntah

08 Komplikasi utama adalah enterokolitis


post operatif, konstipasi dan striktur
anastomosis.

06 Pemeriksaan penunjang diantaranya


Barium enema, Anorectal manometry 09 Prognosis baik. Umumnya, dalam 10
dan Biopsy rectal sebagai gold
standard  tahun  follow up lebih dari 90%  pasien
yang mendapat tindakan pembedahan
mengalami penyembuhan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai