Anda di halaman 1dari 18

PPh Final, Penyusutan,

dan Revaluasi Aktiva


Pertemuan Ke-7 PPh OP dan Badan
Definisi Pajak Final

Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan


diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh
pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir


tahun, penghasilan yang dikenakan pajak final bukan
sebagai penambah penghasilan dan pajak final tidak
dapat menjadi kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
Pertimbangan Pengenaan
Kesederhanaan Pemotongan

Pengurangan Beban Administratif

Pemerataan Pengenaan Pajak

Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan Ekonomi dan
Moneter
Objek Pajak Dikenai Pajak Final
Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pelaksana Pajak Final

Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.


PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto
SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari hadiah undian. PP No. 132 Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan. PP
No. 5 Tahun
Penghasilan dari pengalihan hak 2002
atas tanah dan/ atau
bangunan.
Penghasilan berupaPP No. 71diskonto
bunga/ Tahun 2008
obligasi yang dijual di
bursa efek.
PP No.jasa
Penghasilan dari usaha 16 konstruksi.
tahun 2009 PP No. 40 Tahun
2009
Penghasilan dari UMKM. PP No. 23 Tahun 2018
Penyusutan
Pengertian: alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi
METODE PENYUSUTAN DAN
AMORTISASI
Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 Ps 11 (1) adalah :
• Metode garis lurus (straight-line method) yaitu metode yang digunakan untuk menghitung
penyusutan yang dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang
ditetapkan bagi harta tersebut.
• Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud,
kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
(1) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut.
• Metode saldo menurun (declining-balance method) yaitu metode yang digunakan untuk menghitung
penyusutan dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai
sisa buku dan nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.
WAKTU PENYUSUTAN DIMULAI
• Penyusutan aktiva dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai
pada bulan selesainya pengerjaan harta tesebut. Penyusutan pada tahun
pertama dihitung secara pro-rata.
• Dengan persetujuan Dirjen Pajak, wajib pajak dapat melakukan
penyusutan mulai pada bulan digunakannya harta tersebut untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan
harta tersebut mulai menghasilkan.
WAKTU METODE
•Tak Berwujud
• Saat pengeluaran •Garis lurus
•Selesai Pengerjaan PENYUSUTAN •Saldo menurun
Saat mendapatkan, UU No.17 th 2000;psl. 17 • Berwujud
Menagih, dan •Garis lurus
Memelihara •Saldo menurun
penghasilan
•Bangunan
•Garis lurus

Dalam hal terjadi penjualan atau pengalihan harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku
dibebankan sebagai kerugian, sedangkan harga jual atau penggantian asuransi dibukukan
sebagai penghasilan
Amortisasi
• Pengertian: alokasi jumlah suatu aktiva tak berwujud yang dapat
disusutkan.
• Metode yang digunakan:
• Metode garis lurus
• Metode saldo menurun
Kelompok Harta Berwujud

Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Masa Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok I 4 Tahun 25% 50%

Kelompok II 8 Tahun 12,50% 25%

Kelompok III 12 Tahun 6,25% 12,50%

Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%


Kelompok Harta Tidak Berwujud

Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Masa Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
Bangunan Permanen 20 Tahun 5%

Bangunan Tidak
10 Tahun 10%
Permanen
AMORTISASI
• Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya
(termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai) yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dilakukan dengan metode garis lurus (straight line methode) atau metode
saldo menurun (decline balance methode) secara taat azas.
• Tabel Masa Manfaat dan tarif amortisasi harta tak berwujud :
Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Tak Tarif Penyusutan Metode
Masa Manfaat Metode Saldo Menurun
Berwujud Garis Lurus
Ganda

I. Kelompok I 4 Tahun 25% 50%


  Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%
  Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%
  Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%
Contoh Perhitungan Penyusutan
10 buah sepeda motor dibeli oleh sebuah perusahaan jasa kurir Lancar Jaya
total harga Rp 250 juta dengan manfaat 4 tahun dan mulai digunakan tanggal
1 januari 2016. Besarnya penyusutan sampai dengan tahun 2021 adalah:
1. Metode Garis Lurus
2. Metode Saldo Menurun
Metode Garis Lurus
Harga Beli Masa Manfaat Penyusutan/th

Rp250.000.000 4 / 25% Rp 62.500.000

Tahun Penyusutan Nilai Sisa Buku

1 Rp 62.500.000 Rp 187.500.000

2 Rp 62.500.000 Rp 125.000.000

3 Rp 62.500.000 Rp 62.500.000

4 Rp 62.500.000 Rp -
Metode Saldo Menurun
Harga Beli

Rp250.000.000 Masa Manfaat 4 Tahun Tarif Penyusutan 50%

Tahun Penyusutan Nilai Sisa Buku

1 Rp 125.000.000 Rp 125.000.000

2 Rp 62.500.000 Rp 62.500.000

3 Rp 31.250.000 Rp 31.250.000

4 Rp 31.250.000 Rp -
REVALUASI (PENILAIAN KEMBALI)

Dasar penyusutan atas harta yang telah dilakukan penilaian kembali (revaluasi) (UU Nomor 36 Tahun 2008 Ps 11
(5))
• Dasar penyusutan atas harta yang telah dilakukan penilaian kembali (revaluasi) adalah nilai setelah dilakukan penilaian
kembali aktiva tersebut.
• Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian
kembali.
b. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi
masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut.
c. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan.
• Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
b. Sisa masa manfaat fiskal aktiva tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
c. Perhitungan penyusutannya dihitung secara prorata sesuai dengan banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak tersebut.
• Penyusutan fiskal aktiva tetap yang tidak memperoleh persetujuan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, tetap
menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan.
Revaluasi Aset
Pasal 19

 Menteri berwenang menetapkan peraturan penilaian


kembali aktiva tetap atau faktor penyesuaian.
 Atas selisih penilaian kembali diterapkan tariff pajak
tersendiri diterapkan tariff pajak sepanjang tidak melebihi
tarif pasal 17
PMK-79/PMK.03/2008 Revaluasi Aset - PER 12/2009
• Tarif final 10%%
• Jika aset yang direvaluasi dijual dikenakan tambahan pajak
(tertinggi – 10%)

PMK No.191/PMK.010/2015 diubah 233/PMK.03/2015,


Revaluasi yang Diajukan 2015 dan 2016  bersifat
sementara
• Tariff insentif 3%, 4% atau 6%;

Anda mungkin juga menyukai