Tujuan: 1. Menjelaskan pengertian inflamasi. 2. Menguraikan proses inflamasi. 3. Menyebutkan jenis inflamasi. 4. Melakukan pengkajian inflamasi dalam keperawatan. 5. Menjelaskan pengertian luka. 6. Membedakan jenis luka. 7. Menguraikan tahapan penyembuhan Luka. 8. Melakukan tindakan keperawatan tahapan luka dalam keperawatan. 9. Menjelaskan pengertian aging. 10. Menguraikan proses aging. 11. Menjelaskan teori penuaan. 12. Melakukan pengkajian patofisilogis usia lanjut dalam keperawatan. TOPIK 1 INFLAMASI A. PENGERTIAN RADANG Inflamasi atau radang adalah respons protektif setempat terhadap cedera atau kerusakan jaringan yang bertujuan menghancurkan, mengurangi, atau melokalisir agen pencedera juga jaringan yang cedera. Inflamasi merupakan respons yang menguntungkan dan sebagai pertahanan tubuh sehingga terjadi netralisasi dan pembuangan agen-agen penyerang, jaringan nekrosis, sehingga tercipta keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan tubuh. Pada keadaan dimana jaringan mengalami cedera seperti terbakar, teriris atau terinfeksi kuman, maka pada jaringan tersebut akan terjadi rangkaian reaksi guna memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Respons tersebut merupakan sistem kekebalan terhadap infeksi yang distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel sebagai mediator inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi. Sebagai hasil akhir respons inflamasi yaitu jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Tiga peran penting inflamasi dalam perlawanan terhadap infeksi: 1. Meningkatkan performa makrofag. 2. Mencegah penyebaran infeksi. 3. Perbaikan jaringan yang rusak 1. Tujuan positif inflamasi a. Menahan dan memisahkan kerusakan sel. b. Menghancurkan mikroorganisme. c. Menginaktifkan toksin. d. Mempersiapkan perbaikan jaringan. 2. Etiologi e. Infeksi mikroba. f. Cidera fisik. g. Cidera kimia. h. Jaringan nekrotik. i. Reaksi imunologis. 3. Patofisiologi a. Respon Inflamasi Respon inflamasi adalah reaksi yang berfungsi untuk menetralkan dan menghilangkan nekrotik serta membentuk sebuah kondisi yang mendukung penyembuhan dan perbaikan. b. Respons vaskular Sesaat setelah cidera, vaskuler sekitar menjadi vasocontriction. Tetapi setelah histamin dan bahan kimia disekresikan oleh sel maka vaskuler akan menjadi vasodilatasi sehingga terjadi hiperemia. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi gerakan cairan dari kapiler ke jaringan akibatnya terjadilah edema. c. Respon selular 1) Neutrofil Neutrofil adalah leukosit pertama merespons cidera dan melakukan fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lainnya. Masa hidupannya singkat yaitu antara 24 sampai 48 jam menyebabkan neutrofil mati lalu menumpuk menjadi nanah. 2) Monosit Monosit adalah sel fagosit kedua yang merespons cideradan peradangan. Pada saat berada di jaringan maka monosit akan berubah menjadi makrofag. 3) Limfosit Limfosit merespons peradangan dengan peran utamanya berhubungan dengan respons humoral dan kekebalan tubuh. 4) Eosinofil dan basofil memiliki peran dalam peradangan yaitu dengan melepaskan bahan kimia yang bertindak untuk mengontrol efek histamin dan serotonin. 5) Pembentukan eksudat. Eksudat terdiri dari cairan dan leukosit yang sifat dan kuantitasnya tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cedera dan jaringan yang terlibat. 3. Fase Maturasi Fase ini terjadi pada Minggu ke-3 sampai lebih dari 12 bulan. Fase ini ditandai dengan warna kemerahan dari jaringan yang mulai berkurang karena pembuluh darah digantikan kolagen untuk memperkuat jaringan parut. Untuk itu guna mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan kolagen yang diproduksi. Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan penebalan pada jaringan parut atau hipertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Pandangan lain tentang penyembuhan luka yaitu bahwa proses penyembuhan luka terdiri dari dua komponen utama regenerasi dan repair. Regenerasi adalah pergantian sel yang hilang dengan sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe akhir kesembuhan luka. Tahapan penyembuhan repair terdiri dari intention primer, sekunder dan tersier. a. Intension primer: Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer 1) Fase Inisial (3-5 hari) akan terlihat sudut luka merapat. 2) Fase granulasi (5 hari-4 Minggu). 3) Luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. 4) Fase kontraktur scar ( 7 hari-beberapa bulan). 5) Serabut-serabut kolagen terbentuk dan akan membentuk scar yang tidak mengandung pembuluh darah, pucat dan terasa nyeri. b. Intension sekunder. Adalah penyembuhan luka akibat trauma yang luas dan bereksudat. Batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak rapat. c. Intension Tersier Kondisi ini terjadi ketika luka terbuka yang terkontaminasi dijahit rapat atau luka primer mengalami infeksi kemudian dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Akibat yang terlihat adalah skar yang lebih dan lebih dalam. F. INFEKSI LUKA 1. Tanda dan gejala klinis Pada tahap di mana belum tampak tanda-tanda klinis tetapi memori imunologis telah dipicu, maka kondisi yang demikian disebut infeksi bersifat subklinis. Kemudian bila tanda dan gejala infeksi telah tampak seperti demam, nyeri setempat, kemerahan, edema lokal, keluar eksudat, pus dan bau busuk, maka yang demikian disebut infeksi bersifat klinis. Kondisi yang demikian adalah waktu yang tepat untuk mengambil hapusan luka guna mengidentifikasi mikroorganisme dan pemeriksaan sensitivitas antibiotik, khususnya pada pasien lansia, pasien yang sangat lemah, atau pada setiap pasien yang mengalami gangguan imunologis. 2. Sumber-sumber infeksi Sumber infeksi dapat bersifat endogen, yaitu berasal dari pasien itu sendiri, atau eksogen, yaitu berasal dari kasus infeksi atau karier. Banyak patogen potensial yang bersifat komensal hidup di dalam usus atau saluran pernapasan atas. Flora usus dengan mudah dapat mengkontaminasi luka didekatnya, seperti dekubitus daerah sakrum atau ulkus tungkai, khususnya pada pasien yang menderita inkontinensia fekal. Sumber infeksi juga dapat berasal dari pasien lain bahkan yang telah dari infeksi masih dapat menjadi karier. Perlu diperhatikan bahwa karier yang paling berbahaya adalah pasien yang tidak pernah memperlihatkan tanda dan gejala penyakit dan oleh karenanya mereka tidak pernah teridentifikasi sebagai karier. G. MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI LUKA MATURNUWUN,,,,