Anda di halaman 1dari 53

METODE PREPARASI CONTOH (DRY

ASHING, WET ASHING, MICROWAVE


DIGESTION)

Milka Thereza
PENDAHULUAN

Penentuan kadar logam dalam suatu sampel/contoh


dapat dilakukan dengan berbagai metode preparasi,
diantaranya adalah :
 Gravimetri

 Elektrokimia

 Spektrofotometri Serapan Atom (Flame, Graphite Furnace,


Hydryde Formation System)
 ICP-AES

 X-Ray Flouroscent (XRF)

 Kromatografi Ion (IC)


FUNGSI UTAMA PREPARASI CONTOH
 Mengurangi dan melarutkan matriks
 Melepaskan semua logam dari matriks

 Mengencerkan matriks dengan tepat sehingga efek


matriks pada saat analisis akan konstan
 Memisahkan sebuah analit atau sekelompok analit
dari spesies lainnya yang dapat mengganggu analisis
 Mengekstrak logam-logam dalam suatu matriks
sampel ke dalam suatu pelarut yang lebih cocok untuk
metode analisis yang akan digunakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih
metode preparasi contoh untuk analisis logam
adalah :

 Metode analisis yang akan digunakan


 Rentang konsentrasi analit yang akan ditentukan

 Jenis matriks dimana analit tersebut berada

Metode preparasi contoh analisis logam berat


menggunakan AAS yang paling umum digunakan
adalah metode dry ashing (dekstruksi kering) dan
wet ashing (dekstruksi basah)
DRY ASHING (DEKSTRUKSI KERING)

 Metode ini cocok untuk :


1. Contoh padatan organik yang rendah lemak atau rendah
minyak
2. Analisis logam non volatile (logam stabil pada suhu
tinggi)
3. Analisis logam yang konsentrasinya cukup tinggi di
dalam contoh
PROSEDUR METODE DRY ASHING
PELARUTAN CONTOH SETELAH
PENGABUAN
KELEMAHAN DRY ASHING

 Memerlukan waktu lama : 12-24 jam


 Biaya listrik yg lebih tinggi untuk memanaskan tanur

 Kehilangan logam yang dapat menguap pada suhu tinggi,


spt : Hg, As, Cd, dll
 Kemungkinan terjadi kontaminasi dari debu yang
beterbangan karena dilakukan pada wadah terbuka
 Beberapa mineral menjadi tidak larut biladipanaskan pada
suhu terlalu tinggi (contoh : timah putih)
WET ASHING (DEKSTRUKSI BASAH)

 Metode ini cocok untuk padatan anorganik seperti


plastik, batuan, tanah, sediment, serta contoh larutan
encer.

 Metode yang paling sederhana adalah dengan


menggunakan wadah terbuka seperti beaker glass
PRINSIP WET ASHING
 Metode pengabuan basah untuk penentuan unsur-unsur mineral
di dalam bahan makanan merupakan metode yang paling baik.
Prinsip pengabuan basah adalah penggunaan HNO3 pekat
untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah agar
kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari. Pada
tahap selanjutnya proses berlangsung sangat cepat akibat
pengaruh H2SO4 atau H2O2.

 Keuntungan pengabuan basah adalah: suhu yang digunakan


tidak dapat melebihi titik didih larutan dan pada umumnya
karbon lebih cepat hancur.
PRINSIP WET ASHING
 Pemanasan dilakukan sampai materiorganik benar-benar hilang
dan hanyamenyisakan mineral oksida dalamlarutan, biasanya
memerlukan waktu10 menit - beberapa jam pada suhu 350 o C

 Suhu dan waktu yang digunakantergantung pada jenis asam


dan oksidator yang digunakan.

 Larutan yg diperoleh selanjutnya dapatdianalisis untuk mineral


tertentu
PROSEDUR UMUM WET ASHING
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE
WET ASHING
 Keuntungan :
 mineral volatile yg hilang tidakbanyak karena menggunakan
suhuyang lebih rendah
 Waktu analisis lebih cepat daripadapengabuan kering

 Kerugian :
 Memerlukan bahan kimia yang berbahaya
MICROWAVE DIGESTION

 Metode lainnya adalah metode dekstruksi basah dengan


menggunakan wadah tertutup di dalam sebuah
microwave digestion system
 Microvawe digestion system (dekstruksi basah dengan sistem
tertutup) merupakan solusi dari kelemahan-kelemahan metode
dekstruksi yang menggunakan system terbuka. Hal ini
disebabkan dari segia keamanan dan kontaminan pada sampel.

Vessel teflon microwave


PRINSIP KERJA MICROWAVE DIGESTION
 Microwave bekerja dengan memancarkan radiasi
gelombang mikro. Molekul-molekul dalam sampel akan
menyerap energi dari gelombang mikro tersebut dalam
sebuah proses yang disebut pemanasan dielektrik.
Kebanyakan molekul adalah dipol listrik, yang berarti
mereka memiliki sebuah muatan positif pada satu sisi dan
sebuah muatan negatif di sisi lainnya, dan oleh karena itu
mereka akan berputar. Gerakan molekuler inilah yang
menciptakan panas, sehingga sampel di dalamnya dapat
larut.
PROSEDUR PREPARASI MICROWAVE

Step Power Waktu


(Watt) (menit)
1 250 1
2 0 2
3 250 2
4 700 7.5
5 0 15
PREPARASI DENGAN MICROWAVE

GRAPHITE FURNACE
KEUNTUNGAN MICROWAVE DIGESTION
 Waktu yang dibutuhkan jauh lebih efisien
 Reagen yang digunakan lebih sedikit
 Pencemaran lingkungan dapat diminimalisir
 Sampel yang digunakan jumlahnya sangat sedikit
 Logam-logam yang bersifat volatile tidak akan hilang,
karena menggunakan wadah dengan system tertutup
 Tingkat keamanan terhadap SDM di laboratorium
jauh lebih baik
 Ditinjau dari aspek kontaminasi dan kehilangan analit, karakteristik dari ketiga cara
preparasi yang telah dijelaskan di atas adalah :
No Metode Karakteristik
1. Dry Ashing - Wadah untuk ashing (porselen, Pt, dll) merupakan sumber kontaminan dan
(Dekstruksi berpotensi mengadsorpsi ion logam
Kering) - Suhu yang tinggi dapat menguapkan analit yang senyawanya mudah
menguap (Hg, As, Se, Sb, Pb, Cd)
2. Wet Ashing -Analit yang mudah menguap lebih aman digunakan untuk analit yang mudah
(Dekstruksi menguap
Basah) -Kontaminasi di gelas menjadi masalah utama (kecuali apabila bahan yang
digunakan teflon), karena dapat menyebabkan pembentukan ion logam baru
dengan logam di dalam wadah
-Blanko menjadi tinggi, karena diperlukan volume asam yang besar untuk
melarutkan sampel tersebut
-Efek polusi terhadap lingkugan sekitar tinggi oleh gas-gas produk oksidasi.

3. Microwave -Kehilangan analit amat minim


Digestion -Sampel yang dibutuhkan minim
-Asam pengoksidasi yang diperlukan minim
-Daya melarutkan lebih besar daripada system terbuka
-Waktu pelarutan sangat singkat
-Memerlukan kepekaan pengukuran yang sangat tinggi
-Efek polusi sangat rendah
Karakteristik Metode

Memerlukan
No Metode U/ sampel yg
Repro Berat Efek
Recovery sulit
hasil sampel polusi
Asam Waktu Atensi Skill didekstruksi
Pekat analisis analisis Analis

1. Dry Minim 10-20 Sedang Sedang Sedang- Variabel 5-35 gr Lebih Sulit Sedang
Ashing jam baik (sedikit
asap)

2. Wet Banyak 10-20 Banyak/ Tinggi Sedang- Variabel 5 gr Lebih Sulit Besar
Ashing (50-80 jam kontinu baik (NO2,
ml) SO2,
asam
berlebih)

3. Microwa < 5 ml Minim Minim Sedang Baik Baik 0.5 gr Lebih Sesuai Minim
ve
Digestio
n
PERBANDINGAN WAKTU MICROWAVE
DENGAN METODE KONVENSIONAL
VALIDASI METODE
ANALISIS
MENGAPA VALIDASI METODE
SANGAT PENTING?

 Untuk meyakinkan bahwa suatu metode mampu

menghasilkan data – data yang handal sehingga dapat

ditarik suatu kesimpulan yang akurat.


 Untuk meningkatkan kepercayaan internasional dari suatu

laboratorium.
 Analis lebih percaya diri dan hasil – hasil yang diperoleh sesuai

dengan kualitas yang diinginkan.

24
VALIDASI VS VERSUS VERIFIKASI
METODA

25
AKTIVITAS VALIDASI MELIPUTI
PROSEDUR ANALITIS YANG LENGKAP

Pencuplikan Contoh

Preparasi Contoh

Analisis

Pelaporan Evaluasi Data

26
TAHAPAN VALIDASI
Kualifikasi material

Melakukan percobaan pre-validasi

Menyesuaikan parameter metode sesuai kriteria yang


diterima jika diperlukan

Melakukan percobaan validasi penuh

Mengembangkan prosedur operasi standar dalam


memakai metode untuk analisis rutin

Mendokumentasikan percobaan validasi dan hasilnya


dalam laporan validasi
27
PARAMETER – PARAMETER VALIDASI

 Spesifisitas / Selektivitas
 Akurasi
 Presisi
 LOD/ LOQ
 Sentivitas
 Linearitas
 Work Range
28
 Robustness
KARAKTERISTIK VALIDASI ICH VS TIPE
PROSEDUR ANALITIK

Uji ketakmurnian (Impurity


Tipe Prosedur testing)
Identifikasi Kadar
Analitik
Kuantitatif Uji Batas

Akurasi Tidak Ya Tidak Ya


Presisi Tidak Ya Tidak Ya
Keterulangan Tidak Ya Tidak Ya
Presisi Interm. Tidak Ya Tidak Ya
Spesifitas Ya Ya Ya Ya
LD Tidak Tidak Ya Ya
LK Tidak Ya Tidak Ya
Linearitas Tidak Ya Tidak Ya
Kisaran Tidak Ya Tidak Ya
29
SPESIFITAS DAN SELEKTIVITAS

 Metode yang spesifik ialah metode yang memberikan


respon terhadap satu komponen tunggal, sedangkan
metode yang selektif merupakan metode yang
memberikan respon untuk sejumlah (segolongan)
komponen yang dapat atau tidak dapat dibedakan satu
sama lainnya.

 Spesifisitas berarti merupakan prosdur yang mampu


mengukur analit yang diinginkan dengan akurat tanpa
terganggu oleh komponen matriks dalam sampel.

30
STUDI DEGRADASI

 Panas Temperatur tinggi (50 to 60 oC)

 Kelembaban Kelembaban (70 to 80%)

 Hidrolisis Asam Hidrolisis Asam (0.1 N)

 Hidrolisis Basa Hidrolisis Basa (0.1 N)

 Oksidasi Oksidasi peroksida (3 to 30%)

 Cahaya Pencahayaan kuat UV/Sinar


tampak

Dimaksudkan untuk menghasilkan degradasi 10 to 30 %


31
LINEARITAS

 Kemampuan suatu asai


mendapatkan respon
langsung dan
proporsional dengan
adanya perubahan
konsentrasi analat

32
EVALUASI LINEARITAS

 Pemeriksaan visual plot sinyal vs. [analat]


 Menggunakan metode statistika yang tepat
 Regresi linear (y = mx + b)
 Koefisien korelasi, intersep-y (b), kemiringan (m), jumlah
kuadrat residual (residual sum of squares)

Memerlukan sedikitnya 5 level konsentrasi

33
CONTOH LINEARITAS

 R2 = 0.999

 Kemiringan/Slope = 0.97

 Intersep-y = 0.233

 Persamaan garis: Y = 0.97X + 0.233

 Std. Error = 1.319

 Std. Deviasi kemiringan = 0.0079

34
WORK RANGE

 Interval antara konsentrasi


atas dan bawah suatu analat
dalam sampel yang
menunjukkan tingkat
kesesuaian presisi, akurasi,
dan linearitas

35
KISARAN

 Normalnya diturunkan dari studi linearitas


 Membuktikan dengan konfirmasi metode menghasilkan
tingkat berterima pada linearitas, akurasi, dan presisi
 Kisaran spesifik bergantung pada tujuan aplikasi dari
prosedur

36
AKURASI

 Kedekatan hasil analisis yang


diperoleh menggunakan
suatu metode dengan nilai
sebenarnya

37
AKURASI

 Ditentukan pada kisaran yang telah ditetapkan dari suatu prosedur


analitik
 Dilakukan dengan jumlah konsentrasi minimum 3 tingkat dan tiap
tingkat dilakukan tiga ulangan (total 9 pengukuran)
 Dilaporkan sebagai:
 Persen perolehan kembali dari jumlah ditambahkan yang
diketahui (reference material) atau
 Perbedaan rerata hasil dari metode yang digunakan dan nilai
yang diterima

38
PEROLEHAN KEMBALI ANALAT PADA
KONSENTRASI BERBEDA
Rerata % perolehan
Analat (%) Rasio Analat Unit
kembali
100 1 100 % 98-102
≥ 10 10-1 10 % 98-102
≥1 10-2 1% 97-103
≥ 0.1 10-3 0.1% 95-105
0.01 10-4 100 ppm 90-107
0.001 10-5 10 ppm 80-110
0.0001 10-6 1 ppm 80-110
0.00001 10-7 100 ppb 80-110
0.000001 10-8 10 ppb 60-115
0.0000001 10-9 1 ppb 40-120
AOAC manual for the Peer-Verified Methods program
39
PRESISI
Ball Bal Strik Strike
Ball Strike
Ball Ball Ball
l e Strike
Strike
Ball Strike
 Kedekatan hasil beberapa pengukuran Ball

dari beberapa pengambilan contoh

pada sampel yang homogen

 Investigasi harus menggunakan sampel

homogen dan autentik

40
PRESISI DIBAGI MENJADI 3 LEVEL

 Keterulangan : Hasil yang berdekatan dari beberapa preparasi


yang dilakukan oleh 1 orang analis

 Presisi Intermediat : perhitungan menghasilkan standar


deviasi pengukuran

 Ketertiruan : Hasil analisa yang berdekatan, yang diperoleh


dari preparasi yang dilakukan analis 1 dan analis 2 (dengan
kondisi yang sama).

41
KETERULANGAN

 presisi yang dihasilkan Dilakukan dengan mengukur


minimum 9 pengukuran
pada kondisi
(3 konsentrasi masing-masing
pengoperasian yang 3 ulangan) atau
sama pada waktu yang Minimum 6 kali pengukuran

pendek pada level 100% analat

 Disebut juga sebagai


Intra-assay precision

42
PRESISI INTERMEDIAT

Diungkapkan sebagai variasi laboratorium

Diungkapkan dengan istilah standar deviasi, standar deviasi

relatif (koefisien variasi), dan selang kepercayaan


Bergantung pada keadaan dimana prosedur digunakan untuk

maksud tertentu

Studi harus termasuk variasi hari, analis, peralatan, dsb

43
KETERULANGAN DAN PRESISI
INTERMEDIATE

Hari 1 Hari 2
100.6 99.5
100.8 99.9
100.1 98.9
100.3 99.2
100.5 99.7
100.4 99.6
rerata = 100.5 rerata = 99.5
SBR = 0.24% SBR = 0.36%
SK = 100.5 ± 0.24 SK = 99.5 ± 0.36
Grand
rerata = 100.0
SBR = 0.59% 44
KETERTIRUAN

 Definisi: kemampuan meniru data dalam presisi yang


telah ditetapkan, dengan analis yang berbeda, hari yang
berbeda, kondisi preparasi sesuai dengan lingkungan
masing-masing labratorium.
 Pengukuran: SB, SBR dan selang kepercayaan
 uji keterulangan pada dua lab yang berbeda

45
[ANALAT] VS PRESISI
% Analat Rasio Analat Unit RSD (%)

100 1 100 % 1.3


≥ 10 10-1 10 % 2.7
≥1 10-2 1% 2.8
≥ 0.1 10-3 0.1% 3.7
0.01 10-4 100 ppm 5.3
0.001 10-5 10 ppm 7.3
0.0001 10-6 1 ppm 11
0.00001 10-7 100 ppb 15
0.000001 10-8 10 ppb 21
0.0000001 10-9 1 ppb 30

AOAC manual for the Peer-Verified Methods program

46
LOD / LOQ

47
CARA MENENTUKAN LOD / LOQ
 Lakukan analisis terhadap blanko contoh minimal 7 kali
 Hitung nilai standar deviasi pengukuran blanko tersebut

 LOD = nilai rerata blanko + 3sd blanko

 LOQ = nilai rerata blanko + 10sd blanko (umumnya)

 Cara ini dilakukan apabila nilai sd tidak nol, apabila nilai


sd nl, maka pengukuran LOD / LOQ harus dicoba pada
beberapa konsentrasi terendah.
Based on Signal-to Noise-Ratio

49
ROBUSTNESS

 Kemampuan metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh


variasi kecil dari parameter yang dirubah, misalnya :
 Kestabilan larutan analit

 Persen solven organik

 Perubahan pH dan suhu

 Waktu ekstraksi
Robustness Variations

Semua pengujian - Manipulasi preparasi


sampel
- Waktu ekstraksi
HPLC
- Komposisi fase gerak
- Kolom yang berbeda
- Suhu
- Laju alir
GC
- Kolom yang berbeda
- Suhu
51
- Laju alir
ROBUSTNESS-PERUBAHAN FASE GERAK

MeOH/ Waktu Waktu


Resolusi
Air Retensi 1 Retensi 2

75:25 11.94 16.41 7.39

80:20 8.47 11.17 6.17

85:15 7.81 10.18 5.93

52
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai