Anda di halaman 1dari 25

PBL KELOMPOK 3

MODUL PENGHIDU
ANGGOTA KELOMPOK3 :
• Nelci Kayame (4517111036)
• Astuti Yunus (4517111039)
• Andi dian Ameliana (4517111040)
• Destri Neli Aris (4517111041)
• Anisa Lumalin (4517111043)
• Jelita Arung Palobo (4517111044)
• Zakiah Rahma Tahrim (4517111047)
• Muh. Riza Arif Vitaria (4517111048)
• Calvin Wijaya(4517111049)
SKENARIO 2
Seorang laki-laki datang ke Poli THT dengan nyeri kepala 1
tahun hilang timbul disertai ingus kental kuning kehijauan dan
sering jatuh di tenggorokan dan akhir-akhir ini penghidu rasa
berkurang.
KATA KUNCI :
• Laki-laki
• 23 tahun
• Nyeri kepala 1 tahun hilang timbul
• Ingus kental kuning kehijauan
• Ingus sering jatuh ditenggorokan
• Penghidu rasa berkurang
PERTANYAAN :
1. Bagaimna gambaran anatomi, histologi dan fisiologi?
2. Bagaimna etiologi gangguan penghidu?
3. Bagaimna patomekanisme kurangnya rasa penghidu?
4. Bagaimna mekanisme nyeri kepala hilang timbul?
5. Bagaimna patomekanisme ingus kental dan jatuh ke tenggorokan?
6. Bagaimna langkah2 menegakkan diagnosis dari gangguan penghidu?
7. Apa saja differential diagnosis dari gangguan penghidu?
8. Bagaimna penatalaksanaan, komplikasi, dan pencegahan dari kasus diatas?
Rongga Kavum
Nasi

Higler, Adams Boies. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
SINUS PARANASAL
Rongga Kavum
Nasi
FISIOLOGI HIDUNG

• Sebagai jalan nafas


• Pengatur kondisi udara
• Sebagai penyaring dan
pelindung
• Indera penghidu
• Resonansi suara
• Refleks nasal

Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-


KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta : FKUI (p.100)
ETIOLOGI GANGGUAN PENGHIDU

Gangguan Gangguan Gangguan


Sensoris Konduktif Neural

Faktor lain : Usia, Merokok, Obat-obatan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;


3(1)
PATOMEKANISME
KURANGNYA RASA PENGHIDU
Gangguan penghidu terjadi :
Bila ada hambatan antara partikel bau dengan reseptor saraf atau kelainan pada N.
Olfaktorius (dari reseptor pusat olfaktorius). Bila molekul udara masuk, maka sel – sel ini
mengirimkan impuls saraf. Pada mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari sel –
sel olfaktorus menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan saraf
pusat. Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat mendistribusikan
impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan dari saraf pusat di otak
sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls yang masuk.

Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi
Ketujuh Cetakan 2. Jakarta: FKUI
PATOMEKANISME NYERI
KEPALA HILANG TIMBUL

Udema Gangguan
organ aerasi Perubahan Terjadi tekanan
Obstruksi
pembentu dan tekanan O2 negatif di dalam
ostium
k KOM drainase rongga sinus
sinus
sinus
PATOMEKANISME INGUS KENTAL DAN
JATUH KE TENGGOROKAN

Sekret kuning Turun Post Nasal Drips


Kehijauan Ketenggorokan
LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS DARI
GANGGUAN PENGHIDU
Langkah-Langkah menegakan diagnosis yaitu :

a. Anamnesis :
- sejak kapan gangguan penghidu dirasakan?
-apakah ada riwayat demam sebelumnya? Untuk mengarahkan apakah pernah ada riwayat
infeksi tau tdk
- bagaimna konsentrasi ingusnya apakah kental/ encer?
- riwayat trauma?
- apakah ada riwaya keluarga yang menderita seperti ini?
- apakah ada keluhan lainnya?
- apakah ada alergi yang di alami, seperti bersin-bersin saat terpapar debu, atau alegi
terhadap hewan peliharaan.?
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

• Inspeksi: dilihat apakah ada deformitas pada hidung, hidung apakah ada tampak
mekar, dilihat jga apakah terjadi hipertropi atau atrofi, ada secret purulent
berwarna kuning kehijauan.
• Palpasi : polip nasal,sinusitis
• Rhinoskopi anterior dan posterior

Pemeriksaan penunjang berupa :


• Pemeriksaan Radiologi ( CT Scan ) dan foto polos
• Pemeriksaan Histopatologi,
• Pemeriksaan Nasoendoskopi
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Rhinitis alergi :

Rinitis alergi merupakan suatu proses inflamasi dari mukosa hidung yang diperantarai oleh
Immunoglobulin E(IgE)setelah terpapar alergen. Penatalaksanaan rinitis alergi tergantung dari
klasifikasi dan derajat penyakit, yang meliputi penghindaran diri terhadap alergen,
farmakoterapi dan imunoterapi.

Gejala cairan hidung yang jernih, hidung tersumbat,bersin berulang dan


utama hidung gatal

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/96af20e92fa5f683329fbd0e
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Rhinosinusitis :
Rinosinusitis (RS) adalah suatu kondisi peradangan yang melibatkan hidung dan sinus
paranasal. 

Gejala minor :
Gejala mayor adalah :
Batuk
Sakit pada daerah muka (pipi,dahi
Demam (untuk RS non akut)
,hidung)
Tenggorok berlendir
Buntu hidung
Nyeri kepala
Ingus purulens/pos-nasal/berwarna
Nyeri geraham
Gangguan penciuman
Halitosis
Sekret purulen di rongga hidung
Demam (untuk RS akut saja
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Polip Nasi

Polip nasi adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung,
berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada laki-
laki ataupun perempuan, dari usia anak- anak hingga usia lanjut.
Proses Pembentukan polip:

Umumnya gejala klinik polip nasi adalah obstruksi hidung yang menetap, hidung yang berair terus
menerus, penciuman berkurang, sakit kepala, post nasal dripbersin, epistaksis, mendengkur, tetapi dapat
tanpa gejala

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkla3ee3f0afa2full.pdf
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Rinitis Atrofi

Rinitis atrofi adalah infeksi hidung kronik, yang ditandai adanya atrofi progresif pada mukosa
dan tulang konka dan pembentukan krusta.

Hidung berbau busuk, ingus/sekret kental, krusta hijau dan


Gejala
berbau, penciuman menurun, hidung tersumbat dan sakit
kepala.
Oleh karena itu secara patologi, rinitis atrofi bisa dibagi menjadi dua, yaitu:

-Tipe I : adanya endarteritis dan periarteritis pada arteriole terminal akibat infeksi kronik; membaik
dengan efek vasodilator dari terapi estrogen.

- Tipe II : terdapat vasodilatasi kapiler, yang bertambah jelek dengan terapi estrogen.

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklc210d90b59
2full.pdf
Laki – laki 23 Nyeri Ingus kental Ingus sering Penghidu rasa
tahun kepala 1 kuning jatuh di berkurang
DD tahun kehijauan tenggoroka n
hilang
timbul

Rhinitis Wanita: Pria 3:1 Ya Tidak Tidak Ya


alergi Usia 21-30
tahun

Rhinosinusitis Anak"- Ya Tidak Ya Ya


dewasa

Polip Nasi Pria >40 Ya Ya Ya Ya


tahun

Rhinis atropi Wanita: Pria 3:1 Ya Ya + krusta Tidak Ya


Usia < 35
tahun
PENATALAKSANAAN
1. Rhinitis alergi
• Tatalaksana utama adalah penghindaran alergen. Sedangkan pengobatan
medikamentosa tergantung berat dan ringannya gejala
• Antihistamin H1 generasi satu maupun generasi dua.
• kortikosteroid intranasal.
• stabilisator sel mast.
• Imunoterapi spesifik dianjurkan pada semua penderita rinitis kategori
berat. dari lama dan berat-ringannya gejala.
• Operasi
3. Polip Nasi
2. Rhinosinusitis 1. Terapi :
1. Terapi Medikamentosa Konservatif
- Sistemik (oral)
• Kortikosteroid. - Topikal
- topikal
2.Operasi
• Antihistamin. • Adenoidektomi
• Antibiotik. • Irigasi dan
drainase
• Septoplasti
2. Operasi • Andral lavage
• Rigasi Sinus (Antral lavage). • Caldwell luc
• Functional
• Nasal Antrostomy endoscopic sinus
surgery
4. Rinitis Atrofi :

Pengobatan ditunjukan untuk mengatasi etiologi dan menghilangkan gejala. Pengobatan diberikan
bersifat konservatif atau klau tidak dapat di tolong maka di lakukan pembedahan
- Konservatif
• Antibiotika spektrum luas dengan dosis yang kuat
• Vitamin A 3 x 10.000 U selama 2 minggu. 
• Obat tetes hidung
- Operasi :
• Young's operation : Penutupan total rongga hidung dengan  flap.
• Modified Young's :Penutupan lubang hidung dengan meninggalkan 3 mm yang terbuka. 

• Lautenschlager operationDengan memobilisasi dinding medial antrum dan bagian dari etmoid,
kemudian dipindahkan ke lubang hidung. 

• Implantasi   submukosa  dengan   tulang  rawan,   tulang,   dermofit,   bahan   sintetis seperti
Teflon, campuran Triosite dan Fibrin Glue.
• Transplantasi   duktus   parotis   ke   dalam   sinus   maksila   (Wittmack's   operation) dengan
tujuan membasahi mukosa hidung.
KOMPLIKASI

Rinitis Atrofi Polip Nasi


1. Perforasi septum 1.Intranasal, yaitu : sinekia, stenosis ostimu sinus maksilla,
2. Faringitis kerusakan duktus lakrimalis
3. Sinusitis 2.Periorbital/orbital : edema kelopak mata/ekinmosis/emfisema,
perdarahan retrobulbar, kerusakan nervus optikus, gangguan
4. Miasis hidung
pergerakan otot mata,
5. Hidung pelana 3.Intrakranial : kebocoran cairan serebrospinal
4. Sistemik : infeksi/sepsis

Joslouis Hutagol. Rhinitis Atrofi. FK Methodist Indonesia. Medan : 2017


Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Keenam. Jakarta : FKUI
Diagnosis dan Penatalaksanaan Polip Nasi Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit THT. Tarakan Jakarta Pusat : FK Universitas Kristen Krida
PENCEGAHAN
- Biasakan mencuci tangan agar tetap bersih

- Jaga lingkungan sebersih mungkin

- Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan


-Jaga kondisi sinus agar tetap kering dan bersih dengan minum air yang cukup agar cairan hidung tetap encer.
- Gunakan obat emprot hidung untuk melawan alergen.

- Jangan terlalu sering mengorek hidung.


-Hindari zat-zat yang menyebabkan alergi yeang terdapat di lingkungan, seperti debu dan asap

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta : FKUI
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai