Anda di halaman 1dari 26

THERMODINAMIKA

Nama : OKTA DHIWAN KURNIAWAN

Kelas : PK2C

NIPD : 200802060
BAB I
GAS DAN PERSAMAAN KEADAAN

Gas
- Gas, termasuk udara dan uap, mempunyai peran yang sangat
penting dalam pelajaran thermodinamika, dan memiliki sifat-
sifat yang unik. Salah satu keunikannya adalah gas mudah
sekali berubah, sehingga sifatnyapun sering berubah, itulah
sebabnya dalam pelajaran ini, kita perlu “memanipulasi” gas-
gas ini, yang seolah-olah mempunyai sifat yang “sempurna”
atau dianggap sempurna.
- Semua gas sempurna memiliki sifat yang sama, yaitu jika
diketahui tekanan dan temperaturnya, maka volume jenisnya
dapat dihitung, demikian juga jika diketahui volume dan
tekanannya, maka temperaturnya dapat dicari.
Persamaan Keadaan
Seperti diketahui, Boyle menyatakan bahwa dalam sebuah ruang tertutup yang suhunya tidak
berubah, jika tekanannya naik atau turun, maka volumenya akan berubah sebanding dengan
perubahan tekanannya, atau dengan kata lain :
p1 . v1 = p2 . v2 atau p . v = C,
dimana,
p = tekanan; v = volume (jenis); C = constante
Sementara itu, J.A.C. Charles mengatakan bahwa jika suatu zat dipanaskan atau didinginkan tetapi
tekanannya tetap, maka volume akan naik atau turun sebanding dengan tingkat naik turunnya
temperatur; demikian pula jika volume dibuat tetap, maka tekanannya akan naik atau turun

sebanding dengan perubahan temperaturnya. Ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :
 

Pada tekanan tetap


v1 : T1 = v2 : T2
atau v / T = C
Pada volume tetap,
p1 : T1 = p2 : T2
atau p / T = C
Jika kedua hukum ini (Boyle dan Charles) digabung, maka persamaan
menjadi:
p1v1/T1
= p2v2/T2
Atau
Pv/T = C
p .v = C . T

C atau constante yang nilainya tetap untuk gas-gas yang menjadi bahan
pembahasan dalam thermodinamika selanjutnya disebut sebagai
konstanta gas dan kodenya dirubah menjad R. Dengan demikian,
persamaan diatas menjadi :
p.v=R.T
Perlu diingat, v disini adalah volume untuk setiap satu satuan berat
atau biasa disebut sebagai volume jenis, oleh karenanya, untuk
perhitungan dimana diketahui volume dan massa atau berat
keseluruhan zat tersebut, maka v (huruf kecil) dapat diganti dengan V
(huruf besar), namun harus dibagi dengan massanya (m) (ingat v =
Volume/massa).
p x V = m x R x T
Dengan demikian persamaan diatas menjadi :  
 
Dimana : p = tekanan mutlak dalam bar, atau N/m2 V = volume dalam
m3
R = ketetapan gas (boleh tanpa satuan atau Nm/kg. oK) T = temperatur
mutlak, dalam oK (kelvin) atau oC + 273 m = massa, dalam kg.
 Sistem
Hal-hal yang menyangkut keberadaan panas, bagaimana perubahannya serta dari mana
dan kemana panas tersebut mengalir, hanya akan diketahui jika hal tersebut terjadi
didalam suatu sistem. Sistem didefinisikan sebagai wadah yang mempunyai batas-
batas tertentu (walaupun sering tidak nyata), dimana didalamnya terjadi suatu proses
(atau proses-proses) yang melibatkan zat tertentu, yang berkaitan dengan panas.
 Untuk lebih jelasnya, dalam suatu sistem akan terdapat :
 Garis-garis, yang menentukan batas sistem, termasuk garis yang membatasi

sistem dengan sekelilingnya, atau dengan sistem dimana sistem tersebut


menjadi salah satu bagiannya.
 Zat atau zat-zat (yang ber-proses atau mengalami proses)
 Proses (dimana terjadi perubahan keadaan)

Surrounding atau sekelilingnya, baik yang akan mempengaruhi atau yang


dipengaruhi sistem tersebut
Jenis-jenis sistem, antara lain :
 Sistem tertutup, dimana tidak ada pengaruh atau aliran panas / energi ke
maupun dari sistem tersebut ke/dari sistem lain atau sekelilingnya
(surrounding).
 Sistem terbuka, searah, dimana terjadi pengaruh atau aliran panas atau energi

dari sistem tersebut ke sistem / sekelilingnya, atau sebaliknya.


 Sistem terbuka, dua arah, dimana terdapat pengaruh atau aliran panas / energi

dari maupun ke sistem tersebut yang terjadi dalam waktu yang sama.
Dalam prakteknya, setiap mesin adalah sistem, dimana batas-
batasnya dapat ditentukan, misalnya setiap silinder merupakan
sub-sistem dari sistem mesin penggerak, sedangkan mesin
tersebut menjadi bagian dari sistem penggerak kapal yang
terdiri dari poros propeler, blok pendorong, propeler dll.
BAB II
HUKUM THERMODINAMIKA DAN ENERGI

 Hukum Thermodinamika ke – NOL


 Pada dasarnya hukum ini menyatakan akan terjadinya suatu
keseimbangan panas antara dua benda yang bersinggungan. Jika
benda A bersinggungan dengan benda B yang berbeda
temperaturnya, maka kedua benda tersebut akan mempunyai
temperatur yang sama. Demikian juga bila ada benda C yang
dihubungkan dengan benda B, maka pada akhirnya temperatur
benda C juga akan sama dengan benda A.
 Hukum inilah yang mendasari berbagai jenis alat-alat ukur
temperatur yang dikenal sebagai THERMOMETER.
 Gambar 5. Temperatur Benda yang bersinggungan
2.2 Hukum Thermodinamika Pertama
 Hukum thermodinamika pertama menyatakan panas adalah bentuk
energi. Pernyataan singkat ini sebagai hasil percobaan Joule yang
membuktikan adanya hubungan antara panas (Q) dan usaha (W).
 Dibawah ini beberapa versi pernyataan hukum Thermodinamika
pertama :
 a. Secara simbolik, pernyataan hukum ini dapat dikemukakan
sebagai :
 W/Q= Joule (Usaha / Panas = Joule)
 b. Panas (Q) dan Usaha (W) dapat saling dirubah atau panas dapat
dirubah atau menghasilkan usaha, dan sebaliknya usaha juga dapat
menjadi panas. Dll.
2.3 Jenis-Jenis Energi
 Energi adalah sumber tenaga atau kekuatan, dan kita tahu
bahwa sumber-sumber energi sangat beragam. Jenis-jenis energi
yang akan dibahas atau yang akan sering digunakan dalam
thermodinamika meliputi :

a. Energi Potensial (EP)


b. Energi Kinetik (EK)
c. Energi Dalam (Internal Energi = U)
d. Energi Mekanik
 2.4 Aliran Energi
 Total Energi Masuk = Total Energi Keluar
 Maka untuk setiap unit massa suatu zat akan berlaku persamaan:

 Dimana :
 Gravitasi = m/s2
 Jarak atau ketinggian = m
 Tekanan = N/m2
 Volume (atau volume jenis) = m3
 Kecepatan = m/s
 Energi dalam = N m atau J
 Jumlah panas = N m atau J
 Usaha = N m atau J
2.5 Hukum Thermodinamika Kedua
 Pengertian pertama dari hukum ini adalah, energi panas hanya
dapat berpindah dari sistem yang temperaturnya lebih tinggi ke
temperatur yang lebih rendah. Jadi pernyataan ini menunjukkan
arah, kemana energi mengalir, dan arah ini tidak berlaku
sebaliknya.
 William Thomson menyatakan, juga Lord Kelvin (1824-1907),
yang mengatakan bahwa:
 “kita tidak dapat merubah panas menjadi usaha dengan
mendinginkan sistem yang temperaturnya sudah dibawah
temperatur paling rendah dari obyek-obyek disekelilingnya”
2.6 Panas dan Usaha Mekanis
 Konversi antara energi panas dengan energi mekanikal telah
ditemukan atau diperkenalkan oleh Dr. Joule, yang adalah salah
satu ilmuwan yang menyatakan bahwa panas adalah salah satu
bentuk energi, melalui hasil uji cobanya.
 Dalam mekanika, gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi
gesekan antara dua benda adalah hasil perkalian anatara
koefisien gesekan (µ) dengan gaya normal yang bekerja diantara
kedua permukaan yang bergesekan, atau:
 Gaya gesekan = koefisien gesekan x gaya antara 2 permukaan
yang bergesekan
2.7 Uap (Steam)
 Uap adalah gas atau bentuk lain dari air, yang diperoleh dengan
memanaskan air hingga suhu tertentu, hingga air mendidih.
 Terdapat tiga jenis uap :
o uap jenuh (saturated steam)
o uap basah (wet steam)
o uap panas lanjut (superheated steam)
2.8 Titik Tripel
375

Area uap panas lanjut


300
Temperatur jenuh 0C

Garis keseimbangan
250 cair-uap

200

Area cair
150

100

50

5 10 15 20 Tekanan Mutlak (bar)


Gambar 7. Keseimbangan Tekanan dan Temperatur

 Jika grafik / gambar 7 diatas diperbesar pada bagian temperatur


yang rendah, akan terlihat grafik seperti gambar 8 dibawah ini.
 Gambar
t 8. Titik Tripel
Garis keseimbangan 2
Cair – gas

Titik Triple
Garis keseimbangan padat - cair
3 1

p4 pifg p1 p

 Garis yang membatasi garis air dan uap adalah garis keseimbangan
cair – gas (atau juga garis jenuh cair dan gas). Selanjutnya terdapat
garis lain, yang disebut garis
 Keseimbangan padat–cair, yaitu yang membatasi garis padat dan cair.
Kedua garis ini saling bertemu di titik 3, yang disebut Titik Triple
 2.9 Entalpi dan Pembentukan Uap pada Tekanan Tetap
 Seperti dijelaskan sebelumnya, entalpi adalah jumlah panas yang
dimiliki oleh suatu zat, yang diformulasikan sbb :
 H = U + PV
 sedangkan,
 Q = U + W = (U2–U1) + p(V2–V1) = (U2 + pV2) – (U1 + pV1),
 maka:
 Q = H2 – H1 perubahan entalpi, atau
 Q = h2 – h1 perubahan entalpi jenis (spesifik – per kg massa)
Nilai atau besarnya entalpi untuk uap, atau untuk gas-gas
lainnya pada tekanan tetap dapat diketahui dari tabel-tabel
yang sudah disusun dalam bentuk tabuler.
 2.10 Diagram Temperatur – Entalpi (T-h Diagram)
K G D
Garis cair jenuh
Tem peratur

H J

E F

B C
tf

0,01 0C A
Entalpi

Hf Hfg panas lanjut

hg
h

 Gambar 9. Diagram Temperatur-Entalpi


 Gambar 9. menunjukan kurva temperatur uap yang
dikombinasikan dengan entalpi, yang terjadi pada tekanan tetap.
GAS
 Gambar 10. Diagram T-S J H G F
Titik Kritis
C
0
22,12 MN/m 2
374,15 0C
Temperatur

A
344.8 UAP
daerah cair
318,0 B

Garis uap basah (%)


C
287.7 Daerah uap panas lanjut

Garis cair jenuh Daerah uap basah


137.9
D
Garis uap jenuh
65.9

Grafik yang lebih lengkap yang menggambarkan keadaan-keadaan air, yaitu gambar
10, diagram T-S atau diagram Temperatur-Entropi, termasuk nilainya sehingga
memudahkan kita untuk mencari jumlah tekanan, temperatur, entalpi dan lain-lain.
BAB III PROSES-PROSES
 Proses adalah perubahan suatu keadaan, dan tentunya untuk mengetahui
ada tidaknya suatu perubahan, harus diketahui dulu keadaan awal, dan sifat
atau properties apa saja yang berubah, dan apa saja yang tidak berubah.
Persamaan keadaan adalah :
PV = m R T atau PV/ T = Constan
jika berubah, maka
p1 xV 1 = p2 xV2= p3 x V3 = p4 x V 4 dan s e t e r u s n y a
T1 T2 T3 T4

Berikut adalah jenis-jenis proses yang dapat terjadi :


1. Proses volume tetap atau isovolume
2. Proses Tekanan tetap atau isobar
3. Proses Temperatur tetap atau isothermis
4. Proses Adiabatis, dimana tidak ada panas yang masuk atau keluar
5. Proses Politropis (proses selain proses-proses diatas).
 3.1. Proses Volume Tetap
 Proses atau perubahan keadaan yang terjadi jika selama proses
berlangsung volumenya tetap, disebut proses volume tetap atau
proses isovolume. Disini, persamaan keadaan dimana p.v = m.R.T
atau pv/T = C berlaku, jika proses berjalan dari keadaan 1 ke
keadaan 2

p1V1 p2V2
= T2 dan karena v1 = v2
T1

maka pada proses volume tetap, persamaannya menjadi :


p1 p2
=
T1 T 2
3.2. Proses Tekanan Tetap
 Proses atau perubahan keadaan berlangsung dalam kondisi tekanan tetap,
dan seperti halnya dengan proses volume tetap, maka persamaan
p1v1/T1= p2v2/T2 juga berlaku, dan karena p1= p2, maka persamaan
tersebut menjadi :

 V1/T1 = V2/T2

 3.3. Proses Temperatur Tetap


Dalam proses ini, karena temperaturnya tetap, berarti energi
dalamnya (U) juga tetap, tidak ada kenaikan atau penurunan energi
dalam, atau ΔU = 0.
3.4. Proses Adiabatis
 Yang dimaksud dengan proses adiabatis adalah perubahan keadaan
dari keadaan 1 ke keadaan 2, yang selama berlangsung tidak ada
panas (Q) yang masuk maupun yang keluar, atau ΔQ = 0. Walaupun
demikian, persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 tetap berlaku, tetapi karena
Q = 0, maka persamaannya antara masing-masing keadaan menjadi :

p v γ= p v γ
1 1 2 2

T V
2
= ( 1
) γ -1 = ( p 2 ) γ -1 / γ
T1 V2 p1
 3.5. Proses Politropis
 Sebenarnya proses politropis adalah suatu proses sembarang dari
keadaan 1 ke keadaan 2, Tidak banyak perbedaan dengan proses
adiabatis, hanya jika pada proses adiabatis indek prosesnya γ, pada
proses politropis indek prosesnya n. Persamaan p1v1/T1= p2v2/T2
tetap berlaku, tetapi untuk mendapatkan persamaan antara masing-
masing properti, maka persamaan yang berlaku disini menjadi :

p1v1n= p2v2n
T2 V1 p2
= ( ) n -1 = ( ) n -1 /n
T1 V2 p1
Persamaan dan Perbedaan Proses-Proses
 Proses politropis adalah proses sembarang, atau proses selain dari
prosesproses tekanan tetap, proses volume tetap, proses temperatur
tetap dan proses adiabatis, atau, semua proses sebenarnya adalah
politropis. Yang membedakan masing-masing proses adalah indek
politropisnya, yaitu nilai n, dimana pada semua proses sebenarnya
berlaku pvn = C.
 Keempat proses lainnya, mempunyai nilai n yang berbeda, yaitu:
 • Proses Temperatur tetap T = C n = 1
 • Proses adiabatis (Q = 0) n = γ
 • Proses Tekanan tetap p = C n = 0
 • Proses Volume tetap V = C n = ~ (tak terhingga).
3.6. NOSEL dan PENCEKIKAN (THROTTLING)
 Nosel adalah suatu alat yang dibuat untuk menurunkan tekanan suatu
gas atau uap melalui sebuah “celah” dalam saluran gas yang dibuat
sempit, dan kemudian pada sisi sesudahnya dibuat lebih lebar.

 Tujuan utama nosel adalah untuk memperoleh kecepatan gas/uap


yang lebih tinggi agar memperoleh energi kinetik untuk
menggerakkan, misalnya sudu-sudu sebuah turbin.

Anda mungkin juga menyukai