Anda di halaman 1dari 10

PENGALAMAN PERAWAT PELAKSANA DALAM MENERAPKAN

KESELAMATAN PASIEN

MATA KULIAH KESELAMATAN PASIEN


RIZKYKA PUTRI ANANDA (19010011)
PENDAHULUAN

Keselamatan pasien adalah keadaan pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari cedara yang potensial akan terjadi (penyakit,cedera fisik/sosial
psikologis ,cacat,kematian ) terkait dengan pelayanan kesehatan.

Keselamatan pasien merupakan hak bagi setiap pasien dan sudah sepatutnya menjadi
kewajiban rumah sakit untuk memenuhi hak pasien tersebut.

Keselamatan pasien dilaksanakan demi tercapainya 6 tujuan antara lain :


1.Ketepatan identifikasi pasien
2.Peningkatan komunIkasi yang efektif
3.Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
4.Keamanan tindakan bedah
5.Pencegahan resiko infeksi
6.Pencegahan resiko pasien jatuh
A. IDENTIFIKASI PASIEN

Berdasarkan hasil penelitian pasrtisipan menyebutkan bahwa cara


identifikasi pasien dengan cara :
-Menanyakan nama dan tanggal lahir pasien.
-Kemudian dicocokan dengan gelang identitas pasien atau data
identitas di catatan medis,
( cara tersebut telah sesuai dengan prosedur yang ditetepakan
oleh mentri kesehatan dalam Permenkes No.1691 tahun 2011
tentang sasaran 1 (pertama) keselamatan pasien dirumah sakit)

Hambatan dalam mengindentifaksi pasien adalah pasien merasa


terbebani dan bosan saat dimintai menyebut identitasnya.
Jadi cara mengatasi hambatan identifiaksi tersebut adalah dengan
mensosialisasikan tentang prosedur dan tujuan identifikasi pasien
sejak pasien masuk.
(cara tersebut telah sesuai dengan saran yang diberikan oleh JCI
yaitu mengedukasi pasien dan keluarga tentang resiko yang
berhubungan dengan kesalahan identifikasi).
Kata Kunci Kategori
 menyebutkan nama Cara
• menyebutkan … tanggal lahir
• menyebutkan … usia identifikasi
• menyebutkan … alamat pasien
• cocokkan dengan gelang pasien
• cocokkan sama RM

 Pasien terbebani Hambatan

• pasien tidak sadar identifikasi


• pasien kesakitan pasien
• Pasien … bosen

 …dari awal … dikasih penjelasan…” Cara


mengatasi

• Lakukan modifikasi pertanyaan hambatan


• diganti dengan ulang tahunnya dentifikasipasie
n
kapan
B.PENINGKATAN KOMUNIKASI
EFEKTIF

Perawat menyatakan bahwa untuk meningkatkan komunikasi efektif, digunakan teknik


SBAR, catatan perkembangan pasien juga ditulis menggunakan format SBAR, yang
terdiri atas :
1. situation atau kondisi pasien
2. background atau latar belakang kondisi pasien
3. assessment atau hasil pengkajian dan pemeriksaan
4. recommendation atau tindakan yang diberikan

Setelah melakukan komunikasi dengan dokter perawat harus membaca ulang atau
read book untuk mengkonfirmasi selama proses komunikasi berlangsung bertujuan
agar data yang di tulis bersifat akurat.
C. PENINGKATAN KEAMANAN TERHADAP OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI

Berdasarkan hasil penelitian ini


menyatakan bahwa perawat akan
melakukan pembimbingan atau mentoring
tentang jenis – jenis obat high alert dan
cara penggunaannya. Perawat yang masih
baru tentu masih sedikit pengalaman dan
pengetahuannya tentang obat high alert
sehingga membutuhkan bimbingan dari
perawat yang senior. Mentoring
memberikan berbagai keuntungan seperti
menjembatani jurang antara teori dan
praktek, meningkatkan pemikiran kritis dan
pengembangan karir, dan mengingkatkan
profesionalisme perawat baru.
D.PENCEGAHAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Partisipan menyatakan bahwa cara untuk mengurangi risiko infeksi adalah melalui
cuci tangan. Lima partisipan juga menyebutkan lima waktu cuci tangan atau disebut
dengan five moment
1.Sebelum ke pasien
2.Setelah dari pasien
3.setelah melakukan tindakan aseptic s
4.etelah terkena cairan pasie
5.setelah dari lingkungan pasien.

Bahwa salah satu hambatan dalam melakukan cuci tangan adalah individu
atau personal yang lupa. Solusi yang dilakukan partisipan untuk
meningkatkan kepatuhan dalam cuci tangan adalah dengan berusaha
membiasakan dan merubah mindset bahwa cuci tangan bukan semata – mata
untuk mesukseskan program rumah sakit, tapi juga untuk kebaikan diri
sendiri agar tidak tertular penyakit dari rumah sakit.
E. PENCEGAHAN RESIKO JATUH

Partisipan meyatakan bahwa cara untuk mencegah risiko jatuh adalah dengan
melakukan pengkajian risiko jatuh. Format yang digunakan adalah morse fall scale,
dimana terdapat 6 komponen yaitu :
1.Riwayat jatuh
2.Diagnosis penyakit
3.Bantuan berjalan
4.Terapi intravena
5.Gaya berjalan
6.Status mental.

Partisipan menyatakan setelah pasien diketahui berisiko jatuh, maka pasien akan
diberikan penanda yaitu kancing kuning bertuliskan fall risk yang disematkan di gelang
pasien.
Selanjutnya partisipan akan melakukan intervensi terkait risiko jatuh seperti
memasang pengaman samping bed dan memperhatikan lingkungan sekitar yang
menyebabkan pasien jatuh, mendampingi pasien saat mobilisasi, serta mengedukasi
keluarga tentang risiko jatuh yang dialami pasien. Prosedur tersebut seperti dalam
panduan fall prevention strategy yang menyebutkan cara untuk mencegah risiko jatuh
adalah dengan memberikan penanda pada pasien, melakukan standar intervensi pada
risiko jatuh, serta mengedukasi pasien dan keluarga.
KESIMPULAN
Upaya yang dilakukan dalam proses identifikasi pasien adalah dengan meminta
pasien untuk menyebutkan 2 identitasnya kemudian dicocokkan dengan identitas di
RM atau gelang pasien. Peningkatan komunikasi efektif dilakukan dengan
menggunakan teknik SBAR dan melakukan konfirmasi dengan membacakan ulang
perintah saat berkomunikasi via telepon. Peningkatan keamanan terhadap obat
yang perlu diwaspadai dilakukan dengan memberi label pada obat high alert dan
membatasi persediaan di ruangan.Pencegahan risiko infeksi diupayakan dengan
cara cuci tangan pada five moment. Upaya yang dilakukan untuk mencegah risiko
jatuh adalah dengan melakukan pengkajian risiko jatuh dan melakukan intervensi
pencegahan kejadian jatuh. Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien masih
menemui berbagai hambatan. Partisipan memiliki cara masing – masing untuk
mengatasi setiap hambatan tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai