Anda di halaman 1dari 35

TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

Kejahatan terhadap tubuh manusia (misdrijven)


dalam KUHP disebut dengan istilah penganiyaan,
namun penjelasan secara khusus mengenai
penganiyaan tidak di sebutkan dalam pasal-pasal
KUHP,
Namun yang menjadi alasan mendasar dalam
pembentukan UU tersebut adalah demi melindungi
kepentingan hukum atas tubuh dari perbuatan-
perbuatan berupa penyerangan terhadap tubuh atau
bagian-bagian yang mengakibatkan rasa sakit, atau
luka bahkan kematian.
Kejahatan terhadap tubuh erat kaitannya dengan
kejahatan terhadap nyawa, dalam KUHP pun
pembahasannya disebutkan secara berurutan, hanya
saja kejahatan terhadap nyawa terdapat pada BAB XIX
(pasal 338-350).
Hal tersebut menurut Wirjono Prodjodikuro
dikarenakan lebih pentingnya pembunuhan dari pada
penganiyaan.
Keterkaitan ini dikarenakan secara obyektif kedua
tindakan ini memliki unsur yang sama, yaitu suatu
perbuatan yang sifat dan wujudnya secara umum
berupa kekerasan fisik .
Tindak pidana kejahatan terhadap tubuh dalam KUHP
disebut dengan “Penganiayaan”, namun secara
definitif dalam KUHP tidak disebutkan arti dari
penganiayaan tersebut. Penganiayaan dalam kamus
umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perlakuan
yang sewenang-wenang, penyikasaan dan lain-lain.
Sedangkan menurut yurisprudensi, arti penganiyaan
adalah perbuatan dengan sengaja yang menimbulkan
rasa tidak enak, rasa sakit atau luka.
selanjutnya dalam pasal 351 ayat (4) masuk dalam
pengertian penganiayaan adalah perbuatan sengaja
merusak kesehatan orang .
Mr. M.H. Tirtamidjaja mendefinisikan penganiayaan dengan
kesengajaan yang menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan jika
perbuatan tersebut dilakukan untuk menambah
keselamatan tubuh .
Menurut penjelasan pada waktu pembentukan pasal 351
KUHP penganiyaan dirumuskan dengan :
• Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
memberikan penderitaan badan kepada orang lain, atau
• Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
merugikan kesehatan badan orang lain .
Kejahatan terhadap tubuh secara garis besar ada dua
macam, yaitu ;
1. Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan
sengaja terdapat pada BAB XX, dan
2. Kejahatan terhadap tubuh dilakukan tanpa
kesengajaan (kelalaian).BAB XIX (khusus pasal 360)
A. KEJAHATAN TERHADAP TUBUH

DENGAN SENGAJA
Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan
sengaja (penganiayaan) ada 6 macam :
1. Penganiyaan biasa (pasal 351)
2. Penganiyaan ringan (pasal 352)
3. Penganiyaan berencana (pasal 353)
4. Penganiyaan berat (pasal 354)
5. Penganiyaan berat berencana (pasal 355)
6. Penganiyaan dengan cara dan terhadap orang –
orang yang berkualitas tertentu yang memberatkan
(pasal 356)
1. Penganiyaan Biasa (Gewone
Mishandeling)
Penganiayaan biasa (gewone mishandeling) dapat
disebut juga dengan penganiayaan bentuk pokok
dirumuskan dengan menyebut kualifikasinya sebagai
penganiayaan dan menyebutkan ancaman pidananya
Berbeda dengan rumusan kejahatan-kejahatan lain
yang disebutkan unsur tingkah laku dan unsur-unsur
lainnya, seperti kesalahan, melawan hukum atau
unsur mengenai obyeknya.
 Sehingga dalam mencari unsur-unsur dalam
penganiayaan pokok harus menafsirkan tentang arti
dari penganiayaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang pembentukan pasal
diatas, penganiayaan diartikan sebagai perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan
rasa sakit (pijn) atau luka (letsel) pada tubuh orang
lain.
Sehingga penganiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Adanya kesengajaan
b. Adanya perbuatan
c. Adanya akibat perbuatan (yang dituju)
yaitu :
• Rasa sakit pada tubuh dan atau
• Luka pada tubuh.
Unsur pertama merupakan unsur subyektif
(kesalahan),
 unsur kedua dan ketiga merupakan unsur obyektif .

Kesengajaan yang dimaksud diatas menurut Wirjono


Prodjodikoro merupakan sebagai maksud atau opzet
als oogmerk, yaitu disamping harus ditunjukkan pada
perbuatannya, juga harus ditunjukkan pada akibatnya
Unsur perbuatan menurut Adami Chazawi sangatlah
bersifat abstrak, sebab dengan istilah perbuatan saja,
maka dalam bentuknya yang kongkrit tak terbatas
wujudnya, yang pada umumnya wujud perbuatan-
perbuatan itu mengandung sifat kekerasan fisik dan
harus menimbulkan rasa sakit pada tubuh atau luka
tubuh.
Akibat dari adanya perbuatan yang menyebabkan
luka dapat diartikan terjadinya perubahan dari tubuh,
atau menjadi lain dari rupa semula sebelum
perbuatan itu dilakukan, misalnya lecet pada kulit,
putusnya jari tangan, bengkak dan lain sebagainya.
Sedangkan rasa sakit tidak memerlukan adanya
perubahan rupa pada tubuh, melainkan timbulnya
rasa sakit, rasa perih, tidak enak atau penderitaan
lainnya.
BENTUK PENGANIAYAAN
Menurut rumusan pasal 351, penganiayaan biasa dapat
dibedakan menjadi :

1. penganiyaan biasa yang tidak menimbulkan luka berat


maupun kematian (ayat (1)

2. penganiyaan yang mengakibatkan luka berat (ayat 2)

3. penganiyaan yang mengakibatkan kematian (ayat3)

4. penganiyaan yang berupa sengaja merusak kesehatan


(ayat 4)
2. PENGANIYAAN RINGAN (LICHTE

MISHANDELING)
Tindak pidana penganiyaan ringan (lichte mishandeling)
diatur dalam pasal 352 KUHP, yang rumusannya sebagai
berikut :
(1) Lain dari pada hal tersebut dalam pasal 353 dan 356,
penganiyaan yang tidak menyebabkan sakit atau halangan
untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan, dipidana
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara
selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya empat ribu lima ratus rupiah. Pidana itu dapat
ditambah sepertiganya bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau
yang dibawah perintahnya.
(2) Percobaan melakukan kejahatan itu tidak dapat
dipidana.
Dalam penjelasan pasal tersebut yang masuk dalam pasal
ini adalah penganiayaan yang tdk :
1. Menyebabkan sakit (walaupun menimbulkan rasa sakit)
2. Menimbulkan halangan untuk menjalankan jabatan atau
melakukan pekerjaan sehari-hari
Batasan penganiayaan ringan
Batasan penganiayaan ringan adalah :
a. Bukan berupa penganiayaan berencana (pasal 353)
b. Bukan penganiyaan yang dilakukan :
1) Terhadap ibu atau bapaknya yang sah, istri atau anaknya
2) Terhadap pegawai negeri yang sedang dan atau karena
menjalankan tugasnya yang sah
3) Dengan memasukkan bahan yang berbahaya bagi nyawa
atau kesehatan untuk dimakan atau diminum (pasal 356)
c. Tidak (1) menimbulkan penyakit, atau (2) halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau (3) pencaharian.
Utuk menetapkan suatu penganiayaan sebagai
penganiayaan ringan. Menurut wirjono Prodjodikoro,
dalam tatanan praktek ketentuan tidak menyebabkan
sakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau
pekerjaan adalah bahwa korban harus dirawat
dirumah sakit atau tidak .
Pada penganiayaan ringan ada faktor pemberat pidana
(dapat ditambah sepertiga dari pidana yang diancamkan ),
yang digantungkan pada kualitas pribadi korban dalam
hubungannya dengan petindak, ada 2, ialah :
(1) pada orang yang bekerja pada petindak, dan
(2) pada bawahannya.

Percobaan penganiayaan biasa dan penganiayaan ringan


tidak dikenai hukuman (pasal 351 ayat 5 dan pasal 352 ayat
2 ).
Ketentuan ini bagi Noyon-langemeyer seperti yang dikutip
oleh Wirjono Prodjodikoro menyatakan dalam tatanan
praktek tidak memuaskan, baginya percobaan melakukan
penganiayaan biasa harus dinyatakan sebagai tindak
pidana .
3. PENGANIYAAN BERENCANA
Pasal 353 mengenai penganiayaan berencana
merumuskan sebagai berikut :

1.Penganiayaan dengan berencana lebih dulu, di pidana


dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
2.Jika perbuatan itu menimbulkan luka-luka berat, yang
bersalah di pidana dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
3.Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
di pidana dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun
Menurut Mr.M.H. Tirtamidjaja Menyatakan arti di
rencanakan lebih dahulu adalah : “bahwa ada suatu
jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk
mempertimbangkan, untuk berfikir dengan tenang” .
Arti dari di rencanakan diatas, bermaksud sebelum
melakukan penganiayaan tersebut telah di
rencanakan terlebih dahulu, oleh sebab terdapatnya
unsur direncanakan lebih dulu (meet voor bedachte
rade)sebelum perbuatan dilakukan,
direncanakan lebih dulu (disingkat berencana),
adalah berbentuk khusus dari kesengajaan
(opzettielijk) dan merupakan alasan pemberat pidana
pada penganiayaan yang bersifat subjektif, dan juga
terdapat pada pembunuhan berencana (pasal 340).
 Penganiayaan berencana yang telah dijelaskan diatas
dan telah diatur dalam pasal 353 apabila
mengakibatkan luka berat dan kematian adalah
berupa faktor/alasan pemberat pidana yang bersifat
objektif,
Penganiayaan berencana apabila menimbulkan luka
berat yang di kehendaki sesuai dengan (ayat 2) bukan
disebut lagi penganiayaan berencana tetapi
penganiayaan berat berencana (pasal 355 KUHP),
apabila kejahatan tersebut bermaksud dan ditujukan
pada kematian (ayat 3) bukan disebut lagi
penganiayaan berencana tetapi pembunuhan
berencana (pasal 340 KUHP) .
Dari rumusan di atas penganiayaan berencana
dibedakan menjadi tiga macam:

a.Penganiayaan berencana yang tidak berakibat


luka berat atau kematian
b.Penganiayaan berat yang mengakibatkan luka
berat, dan
c. Penganiayaan berencana yang berakibat
kematian .
4. PENGANIAYAAN BERAT
Penganiayaan berat dirumuskan dalam pasal 354 yang
rumusannya adalah sebagai berikut:

1.Barang siapa sengaja melukai berat orang lain,


dipidana kerena melakukan penganiayaan berat dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun

2.Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang


bersalah di pidana dengan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun .
Perbuatan berat (zwar lichamelijk letsel toebrengt)
atau dapat disebut juga menjadikan berat pada tubuh
orang lain. Haruslah dilakukan dengan sengaja.
Kesengajaan itu harus mengenai ketiga unsur dari
tindak pidana yaitu: perbuatan yang dilarang, akibat
yang menjadi pokok alasan diadakan larangan itu dan
bahwa perbuatan itu melanggar hukum .
Ketiga unsur diatas harus disebutkan dalam undang-
undang sebagai unsur dari perbuatan pidana, seorang
jaksa harus teliti dalam merumuskan apakah yang
telah dilakukan oleh seorang terdakwa dan ia harus
menyebutkan pula tuduhan pidana semua unsur yang
disebutkan dalam undang-undang sebagai unsur dari
perbuatan pidana .
Apabila dihubungkan dengan unsur kesengajaan
maka kesengajaan ini harus sekaligus ditujukan baik
terhadap perbuatannya,(misalnya menusuk dengan
pisau), maupun terhadap akibatnya, yakni luka berat.
Mengenai luka berat disini bersifat abstrak bagaimana
bentuknya luka berat, kita hanya dapat merumuskan
luka berat yang telah di jelaskan pada pasal 90 KUHP
sebagai berikut:
Luka berat berarti :
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan
sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat
mendatangkan bahaya maut.
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan
atau pekerjaan pencaharian.
c. Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra
d. Mendapat cacat besar
e. Lumpuh (kelumpuhan)
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari
empat minggu
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang
perempuan .
5. PENGANIAYAAN BERAT
BERENCANA
Penganiyaan berat berencana, dimuat dalam pasal 355
KUHP yang rumusannya adalah sebagai berikut :

1.Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana


terlebih dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun
2.Jika perbuatan itu menimbulkan kematian yang
bersalah di pidana dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun .
Bila kita lihat penjelasan yang telah ada diatas tentang
kejahatan yang berupa penganiayaan berencana, dan
penganiayaan berat, maka penganiayaan berat berencana
ini merupakan bentuk gabungan antara penganiayaan
berat (354 ayat 1) dengan penganiyaan berencana (pasal 353
ayat 1),
dengan kata lain suatu penganiayaan berat yang terjadi
dalam penganiayaan berencana, kedua bentuk
penganiayaan ini haruslah terjadi secara serentak/bersama.
Oleh karena harus terjadi secara bersamaan, maka harus
terpenuhi baik unsur penganiayaan berat maupun unsur
penganiayaan berencana .
6. TURUT SERTA DALAM PENYERANGAN
DAN PERKELAHIAN
Kejahatan yang dimaksudkan disini dimuat dalam
pasal 358 yang merumuskan sebagai berikut :
Barang siapa dengan sengaja turut serta dalam
penyerangan atau perkelahian dimana terlibat
beberapa orang, selain tanggung jawab masing-
masing atas perbuatan yang istimewa dilakukannya.
Yang dimaksud disini adalah orang yang dengan
sengaja turut serta dalam perkelahian masal,dimana
berakibat pada orang yang mendapat luka parah atau
matinya orang itu tidak diketahui .
Dalam pasal ini terdiri dari unsur :
a. Unsur-unsur obyektif :
1. Perbuatan : turut serta
2. a) Dalam penyerangan, b) Dalam perkelahian
3. Dimana terlibat beberapa orang
4. Menimbulkan akibat : a) ada yang luka berat,
b) ada yang mati.
b. Unsur subyektif : dengan sengaja
7. PENGANIYAAN TERHADAP ORANG-
ORANG TERTENTU ATAU DENGAN CARA
TERTENTU YANG MEMBERATKAN
Bentuk penganiayaan yang dimaksud disini termuat dalam
pasal 356 KUHP, yang rumusannya adalah sebagai berikut :
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, dan 355 dapat
ditambah sepertiganya :

1. bagi yang melakukan kejahatan terhadap ibunya, bapaknya


yang sah, istrinya atau anaknya.
2. jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat
ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah,
3. jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan
yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan
atau diminum.
Bentuk khusus penganiayaan tersebut merupakan
sifat yang memberatkan pidana pada penganiayaan
biasa (pasal 353), penganiyaan berat (pasal 354),
penganiyaan berat berencana(pasal 355) terletak pada
2 hal yaitu:
1) kualitas korban, semisal Ibu, bapaknya, anaknya dan
lain sebagainya dan
2) pada cara melakukan penganiayaan tersebut,yakni
dengan memberikan bahan berbahaya pada
makanan .

Anda mungkin juga menyukai