Anda di halaman 1dari 51

SKS-UISU

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
CARA PEMBERIAN OBAT

Oleh :
dr. Siti Kemala Sari,M. Biomed
FK-UISU Medan

1
SEBELUM PRAKTIKUM DIMULAI :

1. Timbang mencit kelompok anda

2. Tandai mencit rute oral 1 garis di ekornya dengan spidol


marker , 2 garis di ekornya untuk rute peritoneal

3. Periksa aktivitas normal mencit terlebih dahulu dengan


test Chimney

2
Chimney Test
Mencit ditempatkan di dalam suatu silinder (pyrect glass)
sepanjang 30 cm yang diberi tanda pada ketinggian 20 dan
diameter tabung 2,8 cm.
1. Letakkan tabung dalam posisi horizontal, masukkan
mencit ke dasar tabung.
2. Tegakkan tabung,  dalam posisi vertikal dan tikus akan
berusaha memanjat dinding tabung  
3. Catat waktu yang dibutuhkan mencit untuk
memanjat tabung sampai batas tanda 20m.
4. Pada mencit yang normal mencit akan memanjat
sampai batas tanda dalam waktu 30 detik

3
 Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh cara
pemberian obat terhadap absorbsi obat dalam tubuh.
 Pada dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah
dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga
merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan.
 Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah
tubuh hewan (uji invivo). 
 Mencit dipilih sebagai hewan uji karena metabolisme
dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok 
untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.

4
Rute Pemberian Obat
Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,

Karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan


biokimia yang berbeda pada daerah kontak dengan obat.
Perbedaan ini disebabkan karena jumlah suplai darah yang
berbeda, enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang
terdapat di lingkungan tersebut juga berbeda.
Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat
mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan
berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G,
1989)

5
Bentuk sediaan obat
 Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi
kecepatan dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan
demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek
terapi obat.
 Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal
atau sistemik.
 Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek
obat yang bekerja setempat misalnya salep atau obat
inhalasi (Anief, 1990)

6
RUTE PEMBERIAN OBAT :

 Rute pemberian obat menentukan jumlah dan


kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga
merupakan penentu keberhasilan terapi atau
kemungkinan timbulnya efek yang merugikan.

7
RUTE PEMBERIAN OBAT :

 Rute pemberian obat dibagi 2 :

- enteral

- parenteral

8
ENTERAL :

 Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran


gastrointestinal (GI), seperti pemberian obat melalui
sublingual, bukal, rektal, dan oral.

9
PARENTERAL

 Parenteral berarti tidak melalui enteral.


 Termasuk jalur parenteral adalah transdermal
(topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke
dalam trakea menggunakan endotrakeal tube), dan
inhalasi.
 Pemberian obat melalui jalur ini dapat menimbulkan
efek sistemik atau lokal.
10
LATAR BELAKANG
 Kaitan antara rute pemberian obat dengan waktu
cepatnya reaksi obat yang tampak pertama kali.

11
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
 
 Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai
rute pemberian obat.

 Mengevaluasi efek yang timbul akibat pemberian obat yang


sama melalui rute yang berbeda.

 Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari


pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya

12
Alat dan Bahan praktikum :
  Hewan percobaan : mencit 2 ekor perkelompok
 Obat yang diberikan : diazepam tab dosis 25 mg/kgbb
 diazepam injeksi
 Konsentrasi obat 5mg/ml 
 Alat suntik
 Jarum oral
 Stopwatch
 Spidol SKS-UISU

13
Mencit
 Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah
biasa termasuk kedalam ordo rodentia dan family
Muridae.
 Mencit dewasa biasa memilliki berat antara 17-30
gram dan mempunyai berbagai macam warna.
 Mayoritas mencit laboratorium adalah strain albino
yang mempunyai warna bulu putih dan mata merah
muda (Hrapkiewicz et al, 1998).
 Mencit merupakan hewan yang tidak mempunyai
kelenjar keringat, jantung terdiri dari empat ruang
dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel
yang lebih tebal.
14
 Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan
adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan,
keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan
dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau
rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam
melakukan penyuntikan atau pengambilan darah,
misalnya) dan juga kesulitan bagi orang yang
memegangnya (Katzug, B.G, 1989)

15
Cara memegang mencit :

Pegang erat kulit dibelakang tengkuk mencit dan selipkan ekor SKS-UISU
16
mencit ke antara jari 4 dan 5 anda
         Prosedur Kerja :
 Rute oral
 Diberikan dengan alat sonde (alat ini ujungnya bulat dengan lubang
di samping, merupakan alat khusus untuk memasukkan senyawa
langsung ke lambung melalui esophagus)
 Pegang mencit ditengkuknya. Tengadahkan maksimal, masukkan
sonde yang telah diisi ke mulut perlahan-lahan, diluncurkan melalui
tepi langit-langit ke belakang sampai esofagus.
 Cara yang keliru akan memasukkan obat ke paru-paru dan
menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian. SKS-UISU

17
Prosedur kerja
Rute intra peritoneal
 Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit 

abdomennya tegang. Pada saat penyuntikkan, posisi kepala


lebih rendah dari abdomen yaitu dengan menunggingkan
mencit.
  Terlebih dahulu sterilkan area suntikan
 Penyuntikan dilakukan di perut kiri bawah untuk
menghindari agar tidak mengenai organ di dalam
peritoneum.

18
Diazepam tablet 2mg
 2 mg = 1 cc aquabidest

19
 Oral : v = BB (kg) x Dosis (mg/kg BB)
Konsentrasi obat (mg/ml)

 Oral : 0,021 (kg) x 25 (mg/kg BB)


2 (mg/ml)

 = 0,26 mg/ml

SKS-UISU

20
 Intraperitoneal = BB (kg) x Dosis (mg/kg BB)
Konsentrasi obat (mg/ml)

 Intraperitoneal = 0,021x 25
5
= 0,1ml

SKS-UISU

21
SKS-UISU
22
TEST

23
Chimney Test
Mencit ditempatkan di dalam suatu silinder (pyrect glass)
sepanjang 30 cm yang diberi tanda pada ketinggian 20 dan
diameter tabung 2,8 cm.
1. Letakkan tabung dalam posisi horizontal, masukkan
mencit ke dasar tabung.
2. Tegakkan tabung,  dalam posisi vertikal dan tikus akan
berusaha memanjat dinding tabung  
3. Catat waktu yang dibutuhkan mencit untuk
memanjat tabung sampai batas tanda 20m.
4. Pada mencit yang normal mencit akan memanjat
sampai batas tanda dalam waktu 30 detik

24
Laporan : CPO

Mencit BB Rute Dosis T waktu Respon


(kg) pemberian
I Oral

II IP

SKS-UISU

25
TEORI

SKS-UISU

26
FARMAKOLOGI

 Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang


obat dalam seluruh aspeknya, yaitu sifat-sifat kimia
dan fisiknya, reabsopsi dan nasib obat dalam tubuh
makhluk hidup.

SKS-UISU

27
OBAT

 Adalah zat yang bekerja pada hospes dengan jalan


mempercepat atau memperlambat proses-proses
fisiologik atau fungsi biokimia dalam tubuh.

SKS-UISU

28
Cara-cara pemberian obat :

a. Melalui rute oral

b. Melalui rute parenteral

c. Melalui rute inhalasi

d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung,


telinga, vagina dan sebagainya.

e. Melalui rute kulit


SKS-UISU

29
FARMAKOKINETIK
 Adalah Setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap
obat.
 Khususnya mempelajari perubahan-perubahan

Konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam


darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu.

SKS-UISU

30
Pharmacokinetic drug interactions

Drug Transport
absorption of the drug
inside the
body

Drug
displacement
(protein-binding)

Drug
metabolism Drug
(biotransformation) excretion
CYP3A4, CYP2D6, SKS-UISU
CYP2C9…
31
FARMAKOKINETIK

 Absorbsi
 Distribusi
 Metabolisme / Biotransformasi
 Ekskresi

SKS-UISU

32
Absorpsi :
 Merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian
ke dalam darah
 Menyangkut jumlah/persentase dosis yang ditransfer dari
tempat pemberian ke sirkulasi sistemik, dalam bentuk
utuh , serta kecepatan proses tersebut

SKS-UISU

33
 Cara pemberian obat yang berbeda-beda melibatkan
proses absorbsi obat yang berbeda-beda pula.
 Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorbsi
akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan
kegagalan pengobatan.

SKS-UISU

34
 Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah
pemberian obat per oral, karena mudah, aman, dan murah .
 Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus,
karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas,
yakni 200m2.

 Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misal obat


yang bersifat merangsang, atau diuraikan oleh asam
lambung

 Sering kali absorpsi obat setelah pemberian oral, tidak


teratur dan tidak lengkap
SKS-UISU

35
Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi obat pada saluran cerna :
 Bentuk Sediaan
 Terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi
obat, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan
yang berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan
waktu yang berbeda-beda dan jumlah ketersediaan
hayati kemungkinan juga berlainan.
SKS-UISU

36
Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi obat pada saluran cerna :
 Sifat Kimia dan Fisika Obat
 Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari
bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses
absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi,
kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi
juga mempengaruhi proses absorpsi [2]. Absorpsi
lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion
dan mudah larut dalam lemak.
SKS-UISU

37
Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi obat pada saluran cerna :

 Faktor Biologis
 Antara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan
lambung, gerakan saluran cerna, waktu pengosongan
lambung dan waktu transit dalam usus, serta
banyaknya pembuluh darah pada tempat absorpsi.
SKS-UISU

38
Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi obat pada saluran cerna :

 Faktor Lain-lain
 Antara lain umur, makanan, adanya interaksi
obat dengan senyawa lain dan adanya penyakit
tertentu.
SKS-UISU

39
Contoh : obat oral

 Tablet  dimakan  dipecah di lambung  granul-


granul kecil ( yang terdiri dari zat aktif bercampur
bahan pembantu)  granul pecah  zat aktif lepas 
larut dalam cairan lambung-usus  absorpsi

SKS-UISU

40
DISTRIBUSI

 Adalah obat yang telah diabsorpsi disebarkan secara


merata ke seluruh jaringan tubuh, khususnya melalui
peredaran darah.
 Sebagian obat di dalam darah diikat secara reversible
oleh protein plasma
 Obat bersifat asam terikat pada albumin
 Obat bersifat basa terikat pada globulin. SKS-UISU

41
METABOLISME

 Adalah upaya tubuh untuk merombak zat asing 


menjadi matabolit yang tidak aktif lagi sekaligus
bersifat lebih hidrofil agar memudahkan proses
ekskresinya oleh ginjal.
 Upaya membatasi kerja obat

SKS-UISU

42
EKSKRESI

 Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh


terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni.

SKS-UISU

43
 Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor
dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat. Karena ada
obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari
tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik.
Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding
usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui
organ-organ tersebut (metabolisme atau eliminasi
lintas pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat
dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian
parenteral, sublingual, rektal, atau memberikannya
bersama makanan.
SKS-UISU

44
FARMAKODINAMIK
 Adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari
efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme
kerja obat pada tubuh.
 Tujuannya untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui
urutan peristiwa dan respon yang terjadi

SKS-UISU

45
DOSIS

• Absorpsi
• Distribusi
• Metabolisme FARMAKOKINETIK
• Ekskresi

• Interaksi obat
FARMAKODINAMIK • Jumlah reseptor
• Affinitas reseptor

Variasi SKS-UISU
individu RESPON/EFEK
46
PARENTERAL

SKS-UISU

47
PARENTERAL

1. Subkutan

2. Intrakutan

3. Intramuskular

4. Intravena

5. Intra-arteri

6. Intralumbal

48
Keuntungan pemberian parenteral

1. Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan


dengan pemberian per oral.
2.   Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif,
tidak sadar, atau muntah-muntah.
3.   Sangat berguna dalam keadaan darurat. Kerugiannya
antara lain dibutuhkan cara asepsis, menyebabkan rasa
nyeri, sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang
ekonomis.
SKS-UISU

49
 Pemberian intravena (IV) tidak mengalami absorpsi
tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik
 sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara
cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan
respon penderita.
 Kerugiannya adalah mudah tercapai efek toksik
karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah
dan jaringan, dan obat tidak dapat ditarik kembali.
SKS-UISU

50
TERIMA KASIH

SKS-UISU

51

Anda mungkin juga menyukai