B. Akhlak dan Kewajiban Manusia Terhadap Tuhan dan Rasul-Nya. C. Prinsip-prinsip Akhlak Dalam Lingkungan Keluarga. D. Prinsip-prinsip Akhlak Dalam Lingkungan Tetangga. E. Prinsip-prinsip Akhlak Dalam Kepemimpinan. Sesuatu yang wajib diberikan kepada seseorang, maka barang atau hal itu menjadi hak orang itu. Kewajiban ialah suatu yang menjadi kemestian untuk diserahkan atau dilakukan. Misalnya: hak orang tua untuk dipatuhi anak. Sebaliknya anak berkewajiban mematuhi orang tua. Antara hak dan kewajiban terdapat pertautan timbal balik yang tak dapat dipisahkan. Antara rakyat dan pemerintah pun terdapat hak dan kewajiban yang timbal balik. Disamping memiliki hak, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk melayani dan memakmurkan rakyat serta berlaku adil terhadap mereka. Adapun hak asasi manusia antara lain: 1. Hak hidup. 2. Hak kemerdekaan. 3. Hak memiliki. 4. Hak mencari nafkah. 5. Hak belajar. 6. Hak mengajar. 7. Dan lain-lain. A. Kewajiban Manusia Terhadap Dirinya. Manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, antara lain: 1. Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah. فيه رجال يحبون ان يتطهروا وهللا يحب المتطهرين Di dalamnya ada beberapa orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang- orang yang bersih. (QS. At-Taubah: 108) 2. Memelihara kerapihan diri. Perlu juga diperhatikan faktor kerapihan sebagai manifestasi adanya disiplin pribadi dan keharmonisan pribadi. يبنى ادم خذوا ز"ينتكم عند كل مسجد. Hai Bani Adam! Pakailah perhiasan kalian setiap waktu shalat. (QS. Al-A’raf: 31) Janganlah membiarkan diri dalam keadaan kusut dan tidak teratur. Berhias tidak dengan kesombongan. Sabda Rasul: “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sekalipun seberat biji zarrah” Maka berkatalah seorang laki-laki “sesungguhnya orang biasanya suka berpakaian indah memakai sandal yang indah” Nabi menjawab: “sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan”. 3. Berlaku tenang (tidak terburu-buru). Ketenangan dalam sikap termasuk dalam rangkaian akhlakul mahmudah. وعباد الرحمن الذين يمشون على االر"ض هونا واذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلما. Dan para hamba Allah yang berjalan di atas bumi dengan tenang, dan bila ditegur oleh orang yang bodoh, mereka berkata: Selamat”. (QS. Al-Furqan: 63) العجلة من الشيطان Sikap terburu-buru itu termasuk dari (gangguan) syaithan (HR. Tirmidzi) 4. Menambah pengetahuan. Hidup ini penuh dengan pergulatan dan kesulitan. Untuk mengatasinya dengan baik diperlukan ilmu pengetahuan. Manusia diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk memperbaiki kehidupannya di dunia ini. Beramal sebagai persiapan ke alam baqa. قل هل يستوى الذين يعلمون والذين ال يعلمون. Bukankah tidak sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan. (QS. Az-Zumar: 9) Maka bagi orang yang bodoh sukarlah baginya untuk menyempurnakan amalnya dan mengatasi kesulitannya dengan baik. 5. Membina disiplin pribadi. Kewajiban manusia menempa diri sendiri Melatih diri sendiri untuk membina disiplin pribadi. Orang yang tidak memiliki disiplin pribadi, tidak akan berhasil mencapai tujuan dan cita- citanya. Karena itu maka setiap pribadi berkewajiban membinanya melalui latihan, mawas diri dan pengendalian diri. Demikianlah antara lain kewajiban moral yang dibebankan kepada diri kita sendiri sesuai dengan fithrah. Jika kita tidak penuhi kewajiban tersebut kita akan memperoleh sanksi berupa penderitaan dan kesulitan. Kewajiban moral tersebut, sejalan dengan ajaran agama Karena pada dasarnya fithrah insan sejalan dengan ketentuan agama. B. Akhlak dan Kewajiban Manusia Terhadap Tuhannya. Alam ini mempunyai Pencipta dan Pemelihara yang diyakini ada-Nya, yakni Allah swt. Dia-lah yang memberikan rahmat dan menurunkan adzab kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dia-lah yang wajib diibadahi dan dita’ati oleh segenap manusia. Kepada-Nya manusia berhutang budi yang besar, karena berkat Rahman dan Rahim-Nya Dia telah menganugerahkan ni’mat yang dihajatkan oleh manusia dengan tak terhitung jumlahnya. Wajiblah manusia mencintai-Nya dan mematuhi-Nya serta berterima kasih atas segala pemberian-Nya itu.
Sebagai kewajiban dan akhlaq manusia
kepada Allah ialah: Sebagai kewajiban dan akhlaq manusia kepada Allah ialah: 1. Beriman: Meyakini bahwa Dia sungguh-sungguh ada. Dia memiliki segala sifat kesempurnaan dan sunyi dari segala sifat kelemahan. Dia perintah untuk mengimani: Malaikat-Nya, Kitab yang diturunkan-Nya, Rasul dan nabi-Nya, hari kemudian Qadla’ yang telah ditetapkan-Nya. 2. Tha’at ; Melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. واطيعوا هللا والر"سول لعلكم ترحمون Tha’atlah kepada (perintah) Allah dan (perintah) Rasul-Nya supaya kalian mendapat rahmat. (QS. Ali Imran: 132) Tha’at ini juga dimaksudkan sebagai taqwa, Yakni memelihara diri agar selalu berada pada garis dan jalan-Nya yang lurus. 3. Ikhlash: Kewajiban manusia beribadah hanya kepada Allah swt dengan ikhlash dan pasrah, Tidak boleh beibadah kepada apa dan siapa pun selain kepada-Nya. وما امروا اال ليعبدوا هللا مخلصين له الدين Manusia tidak diperintah ibadah melainkan kepada Allah dengan tulus ikhlash kebaktian semata-mata karena-Nya. (QS. Al-Bayyinah: 5) 4. Tadharru’ dan Khusyu’: Dalam beribadah kepada Allah hendaklah bersifat sungguh-sungguh, merendahkan diri, serta khusyu’ kepada-Nya. الذين هم في صلوتهم خاشعون.قد افلح الموءمنون. Beruntunglah orang-orang yang beriman. Mereka yang khusyu’ dalam shalatnya. (QS. Al-Mukminun: 1-2) 5. Ar-Raja’ dan ad-Du’a: Manusia harus mempunyai pengharapan (optimisme) bahwa Allah akan memberikan rahmat kepadanya. قل يعبادي الذين اسرفوا على انفسهم ال تقنطوا من رحمة هللا ان هللا يغفرالذنوب جميعا انه هو الغفور الرحيم. Katakanlah! Hai hambaku yang telah lengah (gegabah) atas dirinya, janganlah kalian putus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah dapat mengampunkan semua dosa, sesungguhnya Ia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar : 53) Dengan sikap ar-Raja’ ini maka manusia memanjatkan do’a pengharapan atas rahmat dan istighfar, permohonan diampuni segala kesalahannya. 6. Husnud-dhan: Sikap manusia berbaik sangka kepada Allah. Janganlah hendaknya kita mempunyai prasangka yang buruk kepada Aallah, Misalnya Dia akan mengadzab kita secara sewenang-wenang, Atau membiarkan kita mati kelaparan penuh penderitaan. Hendaklah kita mempunyai prasangka yang baik, Yakni, bahwa Allah akan memberikan rahmat, mengampuni dosa kita, Tidak akan membiarkan kesengsaraan dan penderitaan yang kekal. Rasulullah saw tiga hari sebelum meninggalnya berpesan: ال يموتن احدكم اال وهو محسن باهلل الظن. Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan baik sangka kepada Allah. (HR. Muslim) Menurut salah satu hadits riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah: “Allah memerintahkan seorang hamba untuk dimasukkan ke dalam neraka. Mendadak sampai di tepi neraka, ia menoleh dan berkata: Demi Allah! Tuhanku, tadinya sangkaku kepadaMu sangat baik. Maka firman Allah: Kembalikan dia, Aku selalu mengikuti sangka hamba-Ku”. 7. Tawakkal: Mempercayakan diri kepada-Nya dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan yang telah direncanakan dengan mantap. فإذا عزمت فتوكل على هللا ان هللا يحب المتوكلين. Apabila engkau telah mempunyai kemauan yang keras (ketetapan hati), maka percayakanlah dirimu kepada Allah, karena Allah suka kepada orang-orang yang mempercayakan diri. (QS. Ali Imran : 159) 8. Tasyakkur dan Qana’ah: Berterima kasih atas pemberian Allah dan merasakan kecukupan atas pemberian-Nya itu. Hai orang-orang yang beriman, makanlah apa- apa yang baik yang telah Kami rizqikan kepada kalian. Dan berterima kasihlah kepada Allah, jika memang benar-benar kalian beribadah kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah : 172) Dan ingatlah ketika Tuhan kalian memberitahukan : Jika kalian pandai berterima kasih, niscaya Aku akan memberikan tambah bagi kalian. Dan jika kalian tidak berterima kasih, sesungguhnya siksa-Ku sangat keras. (QS. Ibrahim : 7) 9. Malu : Sikap malu lebih patut ditujukan kepada Allah, Dengan sikap tersebut seorang mu’min malu mengerjakan kejahatan dan malu ketinggalan dalam kebaikan. Seorang mukmin yakin bahwa segala tingkah lakunya dilihat oleh Allah swt. Baik yang terbuka maupun yang tersembunyi. Rasa malu kepada Allah mencegah seseorang berbuat ma’siat. Menurut suatu hadits Nabi: “Malu adalah cabang iman”. 10. Taubat dan Istighfar: Manusia tidak lepas dari dosa dan noda. Dalam keadaan seseorang terjerumus kepada dosa, Hendaklah manusia segera ingat kepada Allah, Menyesali perbuatannya yang salah, Memohn ampun kepada-Nya Serta kembali (Taubat) dengan sebenar- benarnya. "يايها الذين امنوا توابوا الى هللا توبة نصوها عسى ربكم ان يكفر "عنكم سياتكم ويدخلكم جنت تجرى من تحتها االنهار. Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kalian benar-benar taubat kepada Allah, agar segala dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. (QS. At-Tahrim : 8) C. Akhlaq dan Kewajiban Manusia Kepada Rasulullah. Allah telah mengutus Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir Yakni Muhammad saw Manusia mempunyai sejumlah kewajiban kepadanya: 1. Menerima ajaran yang dibawanya. ومآ اتكم الرسول فخذوه وما نهكم عنه فانتهوا. Apa-apa yang dibawa oleh Rasul itu, hendaklah kalian terima dan apa-apa yang dilarangnya, hendaklah kalian jauhi. 2. Mengikuti sunnahnya. Menjadi kewajiban bagi ummat untuk mengikuti jejaknya baik dalam ibadah maupun dalam akhlaq. عليكم بسنتى وسنة الخلفاء الرشدين من بعدي. Hendaklah turut sunnahku (cara atau perjalananku) dan sunnah para khulafaur- rasyidin sesudahku. 3. Mengucapkan salam dan shalawat kepadanya. ان هللا ومآلءكته يصلون على النبي يأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya shalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian shalawat kepadanya dan ucapkanlah salam kepadanya dengan sepenuh-penuhnya. D. Prinsip-prinsip Akhlak Dalam Lingkungan Keluarga. Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah terdiri dari suami dan isteri yang juga selaku orang tua dari anak-anak yang dilahirkannya.
Dalam pembinaan keluarga sejahtera, prinsip-
prinsip akhlaq perlu ditegakkan dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban moral yang menjadi kemestian baginya. Jika semua kewajiban moral sepanjang ajaran etika Islam dilaksanakan dengan baik, Masing-masing pihak menerima haknya dengan sempurna, Akan terwujud keluarga yang bahagia dan sejahtera. 1. Akhlaq Suami Kepada Isteri. Suami adalah pemimpin rumah tangga yang tertinggi berdasarkan statusnya sebagai pria yang lebih kuat (fisik dan nafaqah). الرجال قوامون على النسآء بما فضل هللا بعضهم على بعض وبمآ انفقوا من اموالهم. Laki-laki itu lebih kuat (berkuasa) atas perempuan- perempuan dengan sebab (kekuatan) yang Allah telah berikan kepada laki-laki daripada perempuan, dan dengan sebab (nafaqah) yang laki-laki keluarkan dari hartanya (untuk perempuan-perempuan). QS. An-Nisa: 34 Dengan kelebihan itulah, maka kepada lelak atau suami dibebani tugas-tugas kewajiban yang harus dilaksanakan, antara lain: a. Menggauli isteri dengan sopan. Bergaullah dengan isteri-isteri kalian dengan cara yang sopan. Sekiranya kalian benci kepada mereka itu, (janganlah kalian sia- siakan), karena boleh jadi kalian benci kepada sesuatu, tetapi Allah adakan padanya kebaikan yang banyak. Menggauli isteri dengan penuh kebaikan dan kesopanan merupakan prinsip akhlak dan kewajiban moral. HR. Ahmad اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا وخيار"كم لنسآءهم. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik perangainya. Dan orang-orang yang terpilih dari antara kalian ialah yang paling baik kepada isteri-isterinya. b. Memberikan Nafkah Batin. Saah satu kewajiban moral ialah memberikan kesenangan kepada isteri menurut haknya sebagai isteri berupa nafkah batin Yang wajar dan pantas c. Kewajiban Memberikan Nafkah Lahir. Memberikan nafkah lahir berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal adalah kewajiban pihak suami yang perlu ditunaikan menurut ukuran kemampuan. d. Menyimpan rahasia isteri. HR. Muslim Bahwasanya sejelek-jelek derajat manusia di sisi Allah pada hari qiamat ialah seseorang laki- laki (suami) yang bersendirian dengan isterinya dan isterinya bersendirian dengannya, kemudian ia (suami) membuka rahasia isterinya. 2. Akhlaq Isteri Kepada Suami a. Patuh kepada suami QS. An-Nisa’ ayat 34 Perempuan-perempuan yang baik itu ialah yang tha’at dan menjaga (kehormatan diri dan harta suami) diwaktu suaminya tidak ada di rumah. HR. Abu Dawud. Sekiranya boleh aku memerintahkan seseorang sujud kepada manusia, tentulah aku perintah perempuan-perempuan sujud kepada suaminya, karena begitu besar Allah jadikan (hak) laki-laki atas isterinya. b. Melayani suami untuk tidur bersama: c. Mengurus harta suami: d. Berterima kasih atas pemberian suami: e. Tinggal bersama dan tidak boleh ke luar rumah tanpa idzin: f. Menyimpan rahasia suami: 3. Akhlaq Orang Tua Kepada Anak a. Menjaga keselamatan anak: b. Mendo’akan keselamatan anak-anaknya: c. Mengaqiqahkan: d. Menyusukan dan memberi makan: e. Memberikan kiswah dan tempat tidur yang layak: f. Mengkhitankan: g. Memberikan ilmu: h. Mengawinkan jika sudah mencapai baligh. 4. Akhlaq Anak Kepada Orang Tua. a. Patuh: b. Ihsan: c. Perkataan yang lemah lembut: d. Merendah diri: e. Berterima kasih: f. Memohonkan rahmat dan maghfirah: g. Setelah wafat: Shalatkan jenazahnya, Memohonkan rahmat dan ampunann Ilahi. Menyempurkan janjinya, Menghormati sahabatnya, dan Meneruskan jalinan kekeluargaan yang pernah dibina oleh keduanya. E. Prinsip-prinsip Akhlak Dalam Lingkungan Tetangga. HR. Abu Syaikh. a. Kalau ia ingin meminjam, hendaklah engkau pinjami; b. Kalau ia minta tolong, hendaklah engkau tolong; c. Kalau ia sakit hendaklah engkau lawat dia; d. Kalau dia ada keperluan hendaklah engkau beri kepadanya; e. Kalau dia jadi miskin hendaklah engkau beri bantuan kepadanya; f. Kalau ia dapat kesenangan hendaklah engkau ucapkan selamat kepadanya; g. Kalau ia dapat kesusahan hendaklah engkau hiburkan dia; h. Kalau dia meninggal hendaklah engkau antarkan jenazahnya. i. Jangan engkau bangun rumah lebih tinggi dari rumahnya tanpa seidzinnya, karena hal itu menghalangi ia dari angin. j. Jangan engkau susahkan dia dengan bau masakanmu kecuali engkau beri masakan itu. f. Jika engkau beli buah-buahan hendaklah engkau hadiahkan juga kepadanya, dan kalau tidak engkau beri, bawalah masuk ke dalam rumahmu dengan bersembunyi, dan jangan engkau beri anakmu bawa ke luar buah- buahan itu, karena nanti anaknya ingin buah itu. F. Prinsip-prinsip Akhlak Dalam Kepemimpinan. Kepemimpinan ummat adalah amanah yang tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip akhlaq. Pada kepemimpinan terdapat hak dan kewajiban moral yang timbal balik antara rakyat (ummat) dengan pemimpin (penguasa). Faktor moral atau etika ummat menentukan pembinaan kepemimpinan ummat. 1. Akhlaq Pemimpin (Penguasa) Pada prinsipnya, setiap pemimpin perlu menghiasi diri dengan semua akhlaqul mahmudah sebagaimana halnya perlu munjauhkan diri dari segala bentuk akhlaqul mazmumah. Jika tidak, sang pemimpin tidak akan sukses dalam missi kepemimpinannya. Pada prinsipnya setiap pemimpin perlu memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dalam sifat-sifatnya sebagai berikut: a. Beriman dan bertaqwa: yang paling pokok dalam kepribadian seseorang. Jika tidak, maka tiada yang dapat diharapkan dari kepemimpinannya, kecuali kegagalan, maksiat dan kezhaliman. b. Kelebihan rohani dan jasmani: pemimpin harus kuat fisik dan mentalnya untuk mengemban amanah kepemimpinan yang diberikan kepadanya. Tugas berat hanya dapat dipikul oleh orang yang kuat fisik dan mentalnya. c. Berilmu pengetahuan: Rasulullah saw, memperingatkan: ر"واه البخارى.إذا وسد االمر الى غير" اهله فانتظر الساعة Apabila kepengurusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari) d. Berani: pemimpin harus berani berbuat dalam kebenaran dan berani bertanggung jawab. Juga berani mengambil keputusan penting pada waktunya. Jika tidak, dia akan dimakan oleh waktu. e. Jujur: Hanya pemimpin yang jujurlah dapat melaksanakan tugasnya dengan ikhlash dan penuh tanggung jawab. Ahli surga ada tiga: penguasa yang jujur (lurus) dan memperoleh taufiq, orang yang berbelas kasih dan lembut hati kepada keluarga dan sesama muslim, dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri. (HR. Muslim) f. Hikmah: Pemimpin perlu memiliki hikmah sebagai “alat yang istimewa” dalam mengambil langkah-langkah penting yang menentukan. Hikmah sering diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang diberikan Allah sehingga dapat bersikap bijaksana dalam tindakan. QS. Al-Baqarah ayat 269. Allah memberikan hikmah kepada siapa yang disukai-Nya, dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. g. Lapang dada: Nabi Musa as, pernah berdu’a kepada Allah, semoga dilapangkan dadanya dan dimudahkan urusannya dalam menghadapi Fir’aun dan mengemban tugas-tugas kepemimpinan ummat. Hal ini meninjukkan bahwa fadhilah tersebut perlu bagi setiap pemimpin. Sifat ini juga memungkinkan seorang pemimpin suka bermusyawarah, tidak bersifat otokratis dan diktator, tenang dalam langkahnya dan tidak gegabah, berkepala dingin atau bersedia menerima kritikan orang banyak. h. Penyantun dan pengasih: .... i. Ikhlash dan rela berqurban: .... j. Tekun dan sabar: .... k. Pada prinsipnya setiap pemimpin perlu memiliki segala sifat-sifat mahmudah dan menjauhkan diri dari sifat-sifat mazmumah. 2. Sikap Pemimpin Terhadap Rakyat. Dengan bekal sifat-sifat mahmudah tersebut, maka seorang pemimpin dapat melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik. Seorang pemimpin akan memiliki sikap-sikap mahmudah, yakni: a. Memelihara amanah: .... b. Adil : ..... c. Melayani dan melindungi rakyat : .... d. Bertanggung jawab : .... e. Mendidik rakyat : ... f. Melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar : .... 3. Sikap Rakyat Terhadap Pemimpin. Sebagai timbal balik dari sikap pemimpin terhadap rakyat, maka rakyat pun mempunyai skap-sikap tertentu kepada pemimpin yang diajarkan oleh etika Islam, yakni: a. patuh : ... b. Nasihat : .... c. Du’a : .... وهللا أعلم بالصواب