Anda di halaman 1dari 29

Pluralitas, Toleransi,

Dan Multikultaralisme
Mata Kuliah: Agama
Dosen Pengampu: M. Yunan Hrp,M.Pd.I
PLURALITAS

• Pluralitas menurut KBBI adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dalam sistem
sosial dan politiknya), berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat.
• Pluralitas dalam hal agama mengacu pada kenyataan/kondisi bahwa umat manusia memiliki
berbagai macam agama dan keyakinan yang berbeda-beda.
• Adapun Pluralisme, mendapat imbuhan -isme yang pada akhirnya mengacu kepada makna yang
khas yaitu sebuah 'pemahaman'.
• Maka Pluralisme dalam hal agama menjadi sebuah 'pemahaman' yang menganggap agama-
agama yang ada (jamak, lebih dari satu agama) semuanya benar, karena meskipun nama
Tuhannya berbeda, cara menyebah Tuhannya berbeda tetapi hakikatnya Tuhan yang disembah
tetap satu, Tuhan yang sama.
ANTARA PLURALITAS DAN PLURALISME
AGAMA
• Pluralitas Agama, merupakan fakta realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat atas izin Allah swt
(sunnatullah). Maka Pluralitas mau tidak mau harus kita akui keberadaannya, karena sekali lagi ia hanya sebatas
realita yang terjadi.
• Pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-
beda dalam suatu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.
Sedangkan pluralitas agama dipandang sebagai sebuah pengakuan atas keberagaman dan keberadaan agama-
agama dengan tetap memegang prinsip dan cara pandang satu agama terhadap agama yang lain dalam arti
positif (walau ada anggapan distorsi pada agama lain) disertai keyakinan akan kebenaran agamanya di atas
agama yang lain dengan menafikan pemaksaan (konfersi) keyakinan kepada penganut keyakinan lain apalagi
menggunakan kekerasan, baik secara struktural maupun kultural
• Pluralisme Agama dari sudut pandang Islam adalah salah, karena bertentangan dengan aqidah islam. Islam tidak
hanya mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Allah swt, namun Islam juga menuntut kita mengingkari Tuhan-
Tuhan selain Allah swt (sebagaimana Tuhan yang diyakini agama lain). Dalam hal ibadah, pun juga demikian, kita
hanya diperintahkan beribadah sesuai dengan tuntunan syara', selain dari itu maka tertolak, karena kaidah ushul
nya untuk masalah ibadah, seluruhnya adalah haram, kecuali ada dalil yang memerintahkannya, maka
konsekuensinya semua tata cara ibadah agama lain harus kita yakini tidak akan diterima oleh Allah swt.
Sikap Yang Mencerminkan Pluralitas
 Hidup dalam Perbedaan (Sikap Toleransi/Tasamuh)
Sikap menerima orang lain yang berbeda pandangan tentang jalan hidup secara pribadi
kita.
 Saling Menghargai
Mendudukkan semua manusia dalam relasi kesetaraan, tidak ada yang lebih tinggi ataupun
lebih rendah.
 Sikap saling percaya
Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam menjalani hubungan antar
sesama manusia dalam suatu kultural atau pun masyarakat.
 Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling ketergantungan)
Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), antara satu dengan yang lainnya adalah
saling membutuhkan dan saling melengkapi
TRUTH CLAIMS AGAMA
 Klaim-klaim kebenaran (truth claims) atas satu agama terhadap agama lain adalah bagian
yang inhern pada setiap agama dan keyakinan. Maka hal yang wajar bila hal itu menjadi
bagian aqidah yang harus dipegang teguh oleh pemeluknya dan menjadi bagian motivator
pelaksaanaan ritual-ritual dan kebanggaannya sebagai orang yang beriman.
 Dan klaim-klaim tersebut memiliki landasan yang sah pada setiap kitab suci masing-
masing agama dan keyakinan.
 Dalam Islam:
“Sesungguhnya agama yang diridlai disisi Allah adalah Islam (QS.
3:19), “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan
diterima (agama itu) dan dia di akherat termasuk golongan yang merugi” (QS. 3: 85)
TRUTH CLAIMS AGAMA…LANJUTAN
 Dalam Kristen:
“tidak ada keselamatan di luar Gereja (extra ecclesiam nulla salus)
tetap dipegang teguh oleh Gereja Katolik hingga berlangsungnya Konsili Vatikan II, di
Protestan,
“tidak ada keselamatan di luar Kristen (no salvation outside Christianity).
 Dalam keyakinan Yahudi,
Orang yang beriman ataupun tidak beriman yang berada diluar lingkaran keyakinan mereka
disebut ‘gentiles’, yang kedudukannya tidak lebih tinggi dari hewan atau kepercayaan sebagai
bangsa pilihan Tuhan (the divine selection/the chosen people). Dalam agama Hindu dikenal istilah
“moksha”, teologi pembebasan, keselamatan dan pencerahan yang merupakan tujuan dan cita-cita
akhir, yaitu menyatunya ruh dengan sang Brahma, tidak dengan yang lain.
 Dalam agama Budha
ada istilah “nirvana”  (spiritual enlightenment) yang tidak akan tercapai kecuali
mengikuti ajaran-ajaran Budha
CONTOH DARI SIKAP PLURALITAS

 Sebuah perusahaan yg menampung masyarakat yg mempunyai suku,ras,dan


agama yg berbeda beda
 Empat rumah ibadah yg dibangun berdampingan di Dukuh Kalipuru, Kendal, Jawa
Tengah menjadi contoh kecil pluralitas masyarakat Indonesia yg begitu tinggi.
 Masyarakat bali yang mayoritas beragama Hindu dapat hidup berdampingan
dengan masyarakat pndatang yang hidup di Bali yang notabene beragama di luar
Hindu.
 Membantu orang lain saat mengalami kecelakaan maupu menjadi korban
bencana alam.
 Kebersamaan dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar
ISLAM DAN PLURALITAS
 Dalam al-Qur’an banyak ayat membicarakan pluralitas (keragaman), dari mulai tata surya, flora
dan fauna, geografis bahkan manusia dalam berbagai kehidupannya baik yang bersifat fisik
maupun nonfisik, jalan hidup, syari’ah, manhaj, agama maupun ideologi. Rentetan ayat-ayat
berikut menjadi bukti bahwa keragaman apapun betuknya adalah sunatullah, termasuk
pluralisme dan pluralitas agama. Qs 67: 3 dan 5, 13: 3, 36: 36, 42: 11, 30: 22, 49: 13, 5: 48, 11:
118 dan masih banyak lainnya.
 Namun satu hal yang perlu dipahami, apapun bentuk lahir dan batin manusia Allah swt tetap
memuliakannya sebagai anak keturunan Adam.
‫و لقد كرمنا بني ادم و حملناهم في البر و البحر و رزقناهم الطيبات و فضلناهم علي كثير ممن خلقنا تفضيال‬
“Sungguh kami telah muliakan anak keturunan Adam dan kami angkut mereka di darat
dan di lautan serta Kami berikan kepada mereka rezeki yang baik-baik dan Kami sempurnakan
mereka atas makhluk ciptaan Kami yang lainnya dengan sesempurnanya.” (17: 70).

Jadi tak ada alasan apapun sebagai justifikasi atas segala tindakan diskriminatif dan
destruktif terhadap sesama manusia.
TOLERANSI BERAGAMA
• Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan
kesabaran.
• Toleransi merupakan derivasi dari kata toleran, menurut KBBI artinya bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri.
• Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan
• Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri manusia
yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan
kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-masing
serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau diyakininya
• Toleransi beragama yang mesti dikembangkan adalah yang dilandasi oleh kesadaran penuh akan
perbedaan fundamental di antara setiap agama dan bukannya dengan berpura-pura tidak melihat
perbedaan-perbedaan itu, apalagi dengan berusaha melenyapkannya. Kesadaran akan perbedaan itu
akan melahirkan sikap saling menghormati dan tidak saling mencampuri
TOLERANSI BERAGAMA
• Meskipun begitu, tetap ada rambu-rambu dalam toleransi. Dalam hal pernikahan, misalnya,
Islam tidak membolehkan laki-laki non-Muslim menikahi perempuan Muslimah. (QS al-
Baqarah [2]:221 dan QS al-Mumtahanah [60]:10). Sejumlah ulama fiqih berpendapat bahwa
laki-laki Muslim tak boleh menikahi perempuan non-Muslim Ahlul Kitab jika imannya
lemah.
• Adapun toleransi yang dilarang adalah toleransi dalam masalah aqidah; artinya kita dilarang
mempertukarkan aqidah atau turut serta dalam peribadatan agama lain atau mengikuti ajaran
agama lain. Dalam masalah muamalah maliyah umat Islam dapat berhubungan dengan non
muslim selama objek yang ditransaksikan dan akadnya dibolehkan dalam Islam.
TOLERANSI BERAGAMA
• Dalam Islam sendiri, sangat jelas diajarkan bahwa Islam adalah agama yang sangat toleran. Hal ini
dapat dibuktikan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw.
• )5( ‫ون َما أَ ْعبُ ُد‬ َ ‫) َواَل أَ ْنتُ ْم َعابِ ُد‬4( ‫) َواَل أَنَا َعابِ ٌد َما َعبَ ْدتُ ْم‬3( ‫ون َما أَ ْعبُ ُد‬ َ ‫) َواَل أَ ْنتُ ْم َعابِ ُد‬2( ‫ون‬َ ‫) اَل أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُد‬1( ‫ون‬ َ ‫قُ ْل يَا أَ ُّي َها ا ْل َكافِ ُر‬
)6( ‫ين‬ ِ ‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد‬
• Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6)
َ ِ‫س َك بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَى اَل ا ْنف‬
َ ُ ‫صا َم لَ َها َوهَّللا‬
• ‫س ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ ْ ‫ت َويُ ْؤ ِمنْ بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا‬
َ ‫ستَ ْم‬ ِ ‫ش ُد ِم َن ا ْل َغ ِّي فَ َمنْ يَ ْكفُ ْر بِالطَّا ُغو‬ ُّ ‫ِّين قَ ْد تَبَيَّ َن‬
ْ ‫الر‬ ِ ‫اَل إِ ْك َراهَ فِي الد‬
• “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas yang benar dari
jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang inkar kepada thagut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat dan tidak akan putus. Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ” (al-Baqarah: 256)
PRINSIP TOLERANSI DALAM
ISLAM
Menurut Qardhawi, berakar pada empat prinsip.
• Pertama, prinsip keragaman, pluralitas (al-ta`addudiyah). Keragaman sejatinya merupakan watak alam, dan bagian dari
sunanatullah. Orang Muslim, kata Qardhawi, meyakini Keesaan Allah (al-Khalik) dan keberagaman ciptaan-Nya
(makhluk). Dalam keragaman itu, kita disuruh saling mengenal dan menghargai. (QS al-Hujurat [43]: 13).
• Kedua, prinsip bahwa perbedaan terjadi karena kehendak Tuhan (waqi` bi masyi’atillah). Alquran sendiri menegaskan
bahwa perbedaan agama karena kehendak-Nya. Allah SWT tentu tidak berkehendak pada sesuatu kecuali ada
kebaikan di dalamnya. Kalau Allah menhendaki maka semua penduduk bumi menjadi Islam. Namun, hal demikian
tidak dikehendaki-Nya. (QS Yunus [10]: 99).
• Ketiga, prinsip yang memandang manusia sebagai satu keluarga (ka usrah wahidah). Semua orang, dari sisi penciptaan,
kembali kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, dan dari sisi nasab, keturunan, ia kembali kepada satu asal (bapak), yaitu
Nabi Adam AS. Pesan ini terbaca dengan jelas dalam surah al-Nisa ayat 1 dan dalam dekalrasi Nabi SAW yang amat
mengesankan pada haji wada`
• Keempat, prinsip kemuliaan manusia dari sisi kemanusiannya (takrim al-Insan li-insaniyyatih). Manusia adalah makhluk
tertingi ciptaan Allah, dimuliakan dan dilebihkan atas makhluk-makhluk lain (QS al-Isra [17]: 70), dan dinobatkannya
sebagai khalifah (QS al-Baqarah [2]: 30). Penghormatan Nabi kepada jenazah Yahudi dilakukan semata-mata karena
kemanusiannya, bukan warna kulit, suku, atau agamanya.
• Toleransi Islam diajarkan dalam konteks sosial, bukan vertikal dengan satu tujuan, yaitu mewujudkan rasa aman dan
damai. (QS Quraisy [106]: 3-4)
ISLAM & MULTIKULTURALISME
Pengertian Multi-Kulturalisme
• Multikulturalisme menurut KBBI artinya gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh
kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan. Pengertian Multikulturalisme adalah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa,
ataupun agama. Dalam konteks tersebut, memperbincangkan diskursus Islam multikultural di Indonesia
menemukan momentumnya. Sebab, selama ini Islam secara realitas seringkali ditafsirkan tunggal bukan jamak
atau multikultural
• Akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan di antara para ahli harus
dipersamakan atau setidak-tidaknya tidak dipertentangkan antara satu konsep yang dipunyai oleh seorang
ahli dengan konsep yang dipunyai oleh ahli atau ahli-ahli lainnya.  Karena multikulturalsime itu adalah
sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiannya, maka konsep
kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia.  Kebudayaan sebagai
pedoman bagi kehidupan manusia.  Yang juga harus diperhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan
pemahaman adalah bagaimana kebudayaan itu operasional melalui pranata-pranata sosial
• Dalam masyarakat yang majemuk (yang terdiri dari suku, ras, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda), kita
sering menggunakan berbagai istilah yaitu: pluralitas (plurality), keragaman (diversity), dan multikultural
(multicultural). Ketiga ekspresi itu sesungguhnya tidak merepresentasikan hal yang sama, walaupun semuanya
mengacu kepada adanya ’ketidaktunggalan’.
MULTIKULTURALISME…
LANJUTAN
• Di bandingkan konsep pluralitas dan keragaman, multikulturalisme sebenarnya relatif baru. Sekitar
1970-an gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada dan Australia, kemudian di Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, dan lainnya. Secara konseptual terdapat perbedaan signifikan antara
pluralitas, keragaman, dan multikultural. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender,
bahasa, ataupun agama.
• Apabila pluralitas sekadar merepresentasikan adanya kemajemukan (yang lebih dari satu),
multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah
sama di dalam ruang publik. Multikulturalisme menjadi semacam respons kebijakan baru terhadap
keragaman. Dengan kata lain, adanya komunitas-komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab
yang terpenting adalah bahwa komunitas-komunitas itu diperlakukan sama oleh negara.
PERBEDAAN KULTURALISME DENGAN MULTI-
KULTURALISME
a. Kulturalisme
• Bertujuan mengembangkan interdependensi pada aspek-aspek pragmatis dan instrumental dalam
kontak antarbudaya.
• Memberikan penekanan pada pemeliharaan identitas kultural.
• Mengkombinasikan pendekatan etic (memperoleh data) dan pendekatan emic (mendapatkan data)
dalam pertukaran antar budaya.

b. Multikulturalisme
• Bertujuan mempertahankan dan mentransmisikan budaya yang tidak dapat diubah oleh kekuatan-
kekuatan relasional maupun eksternal.
• Berusaha memelihara identitas kultural dengan segala konsekuensinya.
• Merupakan proses emic (mendapatkan data) karena mensyaratkan pemeliharaan terhadap
keberadaan setiap budaya
RELEVANSI ISLAM DAN MULTIKULTARALISME

Secara sosio-historis, hadirnya Islam di Indonesia juga tidak bisa lepas dari konteks multikultural
sebagaimana yang bisa dibaca dalam sejarah masuknya Islam ke Nusantara yang dibawa oleh
Walisongo. Selanjutnya, menjadikan Islam multikultural sebagai topik atau wacana masih menarik dan
perlu disebar-luaskan. Hal ini setidaknya karena tiga alasan.
• Pertama, situasi dan kondisi konflik. Di tengah-tengah keadaan yang sering konflik, Islam
multikultural menghendaki terwujudnya masyarakat Islam yang cinta damai, harmonis dan toleran.
Karenanya, cita-cita untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya situasi dan kondisi yang damai,
tertib dan harmonis menjadi agenda penting bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Di tanah
air, kasus konflik sosial di Poso, Ambon, Papua dan daerah lain merupakan pekerjaan rumah yang
harus segera diselesaikan bersama.
LANJUTAN…RELEVANSI ISLAM DAN
MULTIKULTARALISME
• Kedua, realitas yang bhinneka. Ke-bhinneka-an agama, etnis, suku, dan bahasa menjadi keharusan
untuk disikapi oleh semua pihak, terutama umat Islam di Indonesia. Sebab, tanggung jawab sosial
bukan hanya ada pada pemerintah tapi juga umat beragama. Dengan lain kata, damai konfliknya
masyarakat juga bergantung pada kontribusi penciptaan suasana damai oleh umat beragama,
termasuk kaum Muslimin di negeri ini. Robert N. Bellah, sosiolog agama dari Amerika Serikat,
mengatakan bahwa melalui Nabi Muhammad Saw di Jazirah Arab, Islam telah menjadi peradaban
multikultural yang amat besar, dahsyat dan mengagumkan hingga melampaui kebesaran negeri
lahirnya Islam sendiri, yaitu Jazirah Arab. Pada konteks ini, toleransi dan sikap saling menghargai
karena perbedaan agama, sebagaimana diungkap Wilfred Cantwell Smith, perlu terus dijaga dan
dibudayakan.
• Ketiga, norma agama. Sebagai sebuah ajaran luhur tentu agama menjadi dasar yang kuat bagi kaum
agamawan pada umumnya untuk membuat kondisi agar tidak carut-marut. Dalam hal ini, tafsir
agama diharapkan bukan semata-mata mendasarkan pada teks, tetapi juga konteks agar maksud
teks bisa ditangkap sesuai makna zaman. Perdebatan antara aliran ta`aqqully yang mendasarkan
pada kekuatan rasio/akal dan aliran ta`abbudy yang menyandarkan pada aspek teks telah diwakili
oleh dua aliran besar, yaitu Mu`tazilah dan Asy`ariyah, bisa menjadi pelajaran masa lalu yang amat
menarik.
UPAYA BERSAMA DI DALAM MENYIKAPI SEBUAH MULTIKULTURALISME

Dengan menjalankan asas gerakkan multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang dianggap
mampu menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan Multikulturalisme. Yaitu
dengan asas-asas sebagai berikut:
• Manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan tertentu, di mana
sistem nilai dan makna diterapkan dalam berbagai symbol-simbol budaya dan ungkapan-
ungkapan bangsa.
• Keanekaragaman budaya menunjukkan adanya visi dan sistem makna yang berbeda,
sehingga budaya satu memerlukan budaya lain. Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka
akan memperluas cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme
• Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk, sehingga dialog berkelanjutan sangat
diperlukan demi terciptanya persatuan.
Pengertian Kerukunan antar Umat Beragama

 Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Kerukunan antar umat
beragama adalah cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan
luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan.
 Sementara, istilah “kerukunan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai
“hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk
tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran”. Kerukunan adalah istilah yang
dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam
masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran.
Makna Kerukunan antar Umat Beragama

Terkait dengan makna kerukunan umat beragama Pemerintah Indonesia, sesuai


dengan PBM No. 9 dan 8 tahun 2006, Bab 1, Pasal 1, mendefinisikannya sebagai
berikut:
“Keukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling mengerti, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Bahkan
Pemerintah mengembangkan kebijakan trilogi kerukunan, yaitu: kerukunan intern
umat beragama, kerukunan antarumat beragama, dan kerukunan antar umat beragama
dengan pemerintah
Makna Kerukunan antar Umat Beragama

 Agama-agama resmi di Indonesia, sebagai subjek dan objek kerukunan, tentunya


memiliki pandangan masing-masing tentang kerukunan yang diisyaratkan dari
ajarannya masing-masing. Dalam Islam, diperintahkan untuk tidak memaksakan
orang lain berpindah agama, juga diperintahkan untuk mengajak orang dalam
kebenaran dengan cara yang beradab. Lebih dari itu semua, seorang Muslim juga
disuruh untuk berbuat adil kepada seluruh manusia walau non-Muslim sekalipun
dengan syarat ia tidak memerangi Islam (QS: al-Mumtahanah: 8-9).
Makna Kerukunan antar Umat Beragama

 Dalam Kristen, umatnya diajarkan untuk hidup rukun antar umat beragama,
sebagaiman diucapkan oleh Paulus: “Janganlah membalas kejahatan dengan
kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi orang lain” (Roma: 12:17). Hal senada
juga telah diucapkan oleh Yesus: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya
orang berbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Matius: 7:
12). Juga dikatakan: Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
(Matius: 22: 39).
 Di Hindu terdapat ajaran Tri Hita Karana. Tri artinya tiga, Hita artinya sejahtera,
selamat, rukun, tentram, harmonis. Sementara Karana artinya, pernyebab Hita,
yaitu: Pawongan: hubungan yang harmonis antara manusia dan manusia;
Palemahan: hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam Parhyangan:
hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
Makna Kerukunan antar Umat Beragama

Selanjutnya, dalam agama Budha terdapat enam Dharma yang mengarahkan


seseorang untuk saling mengingat, saling mencintai, saling menghormati, dan saling
menolong. Di Konghucu, di antara ayat yang mengisyarakat tentang kerukunan
adalah: “seorang susilawan ingin tegak, maka ia juga membantu orang lain tegakl dan
bila ia ingin maju, maka ia juga membantu orang lain maju”. “Saudara saling rukun
dalam keluarga akan menentramkan hati orang tua”. “Sesuatu usaha itu berhasil
dikarenakan mendapat banyak dukungan, sebaliknya gagal dikarenakan kurang
mendapat dukungan, dan tiga faktor penentu suatu keberhasilan adalah Tian Se
(Kesempatan dan waktu yang tepat)”. Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa tidak egois
adalah faktor yang membangun kerukunan, sebab kerukunan itu adalah sumber daya
manusia.
Makna Kerukunan antar Umat Beragama

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa agama-agama dalam idealitanya


sangat menunjung tinggi toleransi baik internal umat beragama maupun antar umat
beragama. Ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya agama-agama tidak ada yang
mengajarkan kekerasan (violence), karena sudah fitrah manusia menginginkan hidup
damai dan rukun.
BENTUK-BENTUK KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
(TRILOGI KERUKUNAN)
 Pertama: Kerukunan Intern Umat Beragama
Perbedaan pandangan dalam satu agama dapat melahirkan konflik di dalam tubuh
suatu agama itu sendiri. Disparitas madzhab ialah salah satu disparitas yang nampak
dan nyata. Kemudian lahir pula disparitas ormas keagamaan. Walaupun satu aqidah,
yakni aqidah Islam, disparitas sumber penafsiran, penghayatan, kajian, pendekatan
terhadap Al-Quran dan As-Sunnah terbukti mampu mendisharmoniskan intern umat
beragama. Konsep ukhuwwah islamiyah merupakan salah satu wahana agar tak
terjadi ketegangan intern umat Islam yang menyebabkan peristiwa konflik. Konsep
pertama ini mengupayakan berbagai cara agar tak saling klain kebenaran.
Menghindari permusuhan sebab disparitas madzhab dalam Islam. Semuanya buat
menciptakan kehidupan beragama nan tenteram, rukun, dan penuh kebersamaan.
BENTUK-BENTUK KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
 Kedua: Kerukunan Antar Umat Beragama
Konsep kedua dari trikerukunan memiliki pengertian kehidupan beragama yang
tentram antar masyarakat yang berbeda agama dan keyakinan. Tidak terjadi sikap
saling curiga mencurigai dan selalu menghormati agama masing-masing. Berbagai
kebijakan dilakukan oleh pemerintah, agar tak terjadi saling mengganggu umat
beragama lainnya. Semaksimal mungkin menghindari kesamaan konflik sebab
disparitas agama. Semua lapisan masyarakat bersama-sama menciptakan suasana
hayati yang rukun dan damai di Negara Republik Indonesia.
BENTUK-BENTUK KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA
 Ketiga: Kerukunan Antara Umat Beragama dan Pemerintah
Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan
antara umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang
diwakili para pemuka dari tiap-tiap agama bisa sinergis dengan pemerintah.
Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah buat menciptakan stabilitas persatuan
dan kesatuan bangsa. Trikerukunan umat beragama diharapkan menjadi menjadi
salah satu solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama nan damai, penuh
kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai dalam
perbedaan.
Penerapan Pola Kerukunan
 Melakukan dialog teologis
Dialog teologis yang dimaksud adalah melakukan kajian-kajian teologi lintas agama.
Dialog tersebut bukanlah untuk menyama-nyamakan agama tetapi sebagai sarana
untuk saling mengenal, dan memperkaya khazanah pengetahuan dalam beragama
sehingga dapat saling menghargai, dan tidak saling memperolok-olok antara satu
agama dengan agama lainnya.
 Melakukan interaksi sosial.
Maksudnya adalah mencari formula-formula yang dapat merekatkan persaudaraan
masyarakat. Namun, formula tersebut tidaklah bersifat teologis namun sosiologis,
seperti unsur budaya dan lain sebagainya
Penerapan Pola Kerukunan
 Penanganan konflik melalui advokasi dan regulasi.
Konflik-konflik yang selama ini muncul di masyarakat bukanlah karena keyakinan
akan kebenaran agamanya, melainkan diakibatkan oleh advokasi yang lambat dan
adanya pelanggaran atas regulasi yang telah ditetapkan atau ketidakjelasan regulasi
itu sendiri. Pelanggaran regulasi mencakup wilayah doktrinasi yaitu doktrin
keagamaan yang dipaksakan; simplifikasi yaitu pandangan yang terlalu sempit
terhadap agama, serta misi-misi yang dilakukan oleh agama.
 Dialog Interaktif.
Melalui lembaga FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dialog interakatif
secara informal kepada masyarakat terkait kerukunan adalah salah satu hal penting
yang perlu dilakukan. Dialog kerukunan yang dilakukan pemerintah pusat saat ini
lebih kepada by design, dalam artian bersifat top down yang memungkinkan berujung
pada kerukunan semu.

Anda mungkin juga menyukai