Dirjen Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 atas impor dalam jangka
waktu sehari setelah pemungutan pajak dilakukan ke Kantor Pos dan Giro atau Bank-Bank
Persepsi, dan harus melaporkan hasil pemungutannya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak
secara mingguan selambat-lambatnya tujuh hari setelah batas waktu penyetoran pajak terakhir
Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah
Pusat/Daerah, BUMN/D, harus memungut dan
menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22 ke Kantor
Pos dan Giro atau Bank Persepsi, pada hari yang
sama dengan pelaksanaan pembayaran, dengan
menggunakan formulir SSP yang telah diisi oleh dan
atas nama rekanan serta ditandatangani oleh
Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan
pajak. Pelaporan harus disampaikan selambat-
lambatnya empat belas hari setelah Masa Pajak
berakhir
Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok,
kertas, baja dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP harus
memungut PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksinya di
dalam negeri dan wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh
Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu:
• Lembar pertama untuk pembeli
• Lembar kedua untuk disampaikan kepada Dirjen Pajak
sebagai lampiran bulanan
• Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang
bersangkutan
Badan usaha tersebut harus menyetor secara
kolektif pemungutan PPh Pasal 22 selambat-
lambatnya tanggal lima belas bulan takwim setelah
Masa Pajak berakhir. Pelaporan dilakukan dengan
cara menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya
dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas hasil
produksinya, dari penyerahan bahan bakar minyak dan gas
oleh badan usaha selain Pertamina dan dari penyerahan gula
pasir dan tepung terigu oleh Bulog, dipungut dengan cara
dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor
Pos dan Giro sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang
(Delivery Order) ditebus, dengan menggunakan SSP yang juga
merupakan bukti pungutan pajak.
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu Cost
Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan
berasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di bidang impor).
Angka Pengenal Importir (API) merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh setiap
importir atau perusahaan yang melakukan perdagangan impor
• Kegiatan Ekspor:
Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam (Lampiran D PMK Nomor 110 Tahun 2018) dipungut sebesar 1,5%
dari Nilai Ekspor (yang ada pada Pemberitahuan Pabean Ekspor)