Anda di halaman 1dari 14

Pemicu 5

ananda Josua Triagus Pahala Butar Butar


405170213
Learninng Isuess
1. MM euthanasia secara etimologi dan terminologi
2. MM jenis jenis euthanasia dan contohnya
3. MM dampak euthanasia
4. MM Pandangan menurut agama dan etika kedokteran
tentang euthanasia dan kasus embrio
5. MM peran hukum di Indonesia terhadap euthanasia
6. MM prosedur pelaksanaan euthanasia menurut hukum
7. MM solusi pemicu
LI 1 eutanasia secara etimologi dan
terminologi
• Kata euthanasia berasal dari bahasa Yunani eu (baik) tanpa penderitaan
dan thanatos (maut, mati atau kematian). sehingga euthanasia bisa di
artikan: Mati dengan baik, mati dengan indah, atau kematian yang indah.
• Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan
dengan cara atau tekhnik yang dianggap tidak atau sedikit menimbulkan
rasa sakit.
• euthanasia sering disebut mercy killing atau membunuh dengan alasan
belas kasihan
• Bentuk euthanasia dilakukan dengan cara menyuntikan zat yang
mematikan ke dalam tubuh pasien, atau mencabut dan menghentikan
alat-alat penunjang kehidupan bagi pasien yang berada dalam keadaan
koma dan tidak sadarkan diri agar mempercepat proses kematian orang
tersebut.
LI 2 jenis jenis euthanasia dan contohnya

• ditinjau dari macam :


1. Euthanasia aktif (agresif)
Merupakan suatu tindakan mempercepat kematian, baik dengan
memberikan suntikan ataupun melepaskana alat alat pembantun
medik, seperti melepaskan saluran zat asam, melepas alat pemacu
jantung dsb. Dalam hal ini kondisi pasien berdasarkan ukuran dan
pengalaman medis masih adanya harapan hidup.
2. Euthanasia pasif
merupakan suatu tindakan membiarkan pasien/ penderita yang
dalam keadaan tidak sadar (comma), karena berdasarkan
pengalaman maupun ukuran medis tidak ada harapan hidup, atau
tanda tanda kehidupan tidak terdapat lagi pada pasien tersebut.
Seperti pasien yang mengalami pecah pembuluh darah ke otak
(stroke) inilah fase yang diistilahkan antara hidup dan mati, tidak
memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan
dalam pernapasan.
3.  Euthanasia Otomatis (non Agresif)
Merupakan suatu kondisi ketika seorang pasien menolak secara tegas
dan sadar untuk menerima perawatan medis meskipun
mengetahui bahwa penolakannya tersebut justru akan
memperpendek atau bahkan segera mengakhiri hidupnya. Penolakan
ini harus diajukan secara resmi, baik itu persetujuan diri pasien,
persetujuan keluarga dan persetujuan secara hukum.Pengajuan
euthanasia ini harus diajukan dengan membuat sebuah codicil (surat
pernyataan) sehingga tidak ada tuntutan apapun di kemudian hari
apabila terjadi suatu keberatan-keberatan. Contoh negara yang
melegalkan uethanasia adalah negara swiss
Terdapat juga pendapat dari Dr. R. Soeprono (dalam Prakoso
1984:54) yang membagi euthanasia empat bentuk yaitu:

a. Euthanasia sukarela (Voluntary euthanasia). Pasien meminta, memberi ijin


atau persetujuan untuk menghentikan atau meniadakan perawatan yang
memperpanjang hidup.
b. Euthanasia terpaksa (Invulunturv eulfzunusiu) Membiarkan pasien mati
tanpa sepengetahuan si pasien sebelumnya dengan cara menghentikan
atau meniadakan perawatan yang memperpanjang hidup.
c. Mercy Killing sukarela (Volunturi Mercy Killing) Pradjonggo, Suntik Mati
(Euthanasia) Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana dan Hak Asasi Manusia di
Indonesia 57 Dengan sepengetahuan dan persetujuan pasien diambil
tindakan yang menyebabkan kematian.
d. Mercy Killing terpaksa (Involunlari A1ercv Killing) Tindakan sengaja di
ambil tanpa sepengetahuan si pasien untuk mempercepat kematian.
LI 3 dampak euthanasia

• Akan menimbulkan kesedihan pada pihak


keluarga
• Dari tenaga kesehatan, dapat menimbilkan
beban moril dan perasaan bersalah.
LI 4 Pandangan menurut agama dan etika
kedokteran tentang euthanasia dan kasus embrio

• hidup mati seorang manusia seharusnya ditentukan oleh kehendak Allah


saja Sehingga menimbulkan satu pandangan Kristen yang mengatakan
bahwa euthanasia adalah suatu usaha untuk menggantikan Allah yang
memiliki kedaulatan atas hidup manusia.
• Alkitab pun berkata bahwa manusia juga adalah mahkluk kudus
sebagaimana Allah itu kudus (Im.11:44) sehingga membunuh sesama
manusia dilarang oleh Allah karena dianggap telah mlanggar kekudusan
Allah sendiri.
•  Kasih merupakan alasan bagi orang Kristen untuk mendasari segala
sesuatu,  tetapi bukan belas kasihan yang menghalalkan segala cara demi
orang yang kita kasihi.
• Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga arti:
1. Berpindahnya  ke alam baka dengan tenang & aman tanpa penderitaan,
buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberi obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan & hidup seorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri & keluarganya.
LI 5 peran hukum di Indonesia terhadap
euthanasia
• Dasar hukum konstitusi Indonesia mengenai hak untuk hidup yaitu UUD
1945 terdapat dalam Pasal 28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya.
• Jika dikaitkan kembali dengan hak asasi manusia, euthanasia tentu
melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk hidup.
• pakar hukum pidana Universitas Padjadjaran Komariah Emong
berpendapat, Kitab Undang Undang Hukim Pidana  (“KUHP”) mengatur
tentang larangan  melakukan euthanasia. yakni dalam Pasal 344
KUHP yang bunyinya:
• “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.”
• bunyi pasal-pasal dalam KUHP tersebut:
Pasal 338: “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain
karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima belas tahun.”
Pasal 340: “Barangsiapa dengan sengaja & direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan
berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau
penjara sementara selama-lamanya duapuluh tahun.”
Pasal 344: “Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh
dihukum penjara selama-lamanya duabelas tahun.”
Pasal 345: “Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk
bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana
kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.”
Pasal 359: “Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau
kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun
atau pidana kurungan selama-lamanya satu tahun”
• Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebenarnya telah cukup antisipasif dalam
menghadapi perkembangan iptekdok, antara lain dengan menyiapkan
perangkat lunak berupa SK PB IDI no.319/PB/4/88 mengenai “Pernyataan
Dokter Indonesia tentang Informed Consent”. Disebutkan di sana, manusia
dewasa & sehat rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang hendak
dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan
medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walau untuk
kepentingan pasien itu sendiri.
• Sayangnya SK PB IDI ini tidak atau belum tersosialisasikan dengan baik di
kalangan IDI sendiri maupun di kalangan pengelola rumah sakit. Sehingga,
tiap dokter & rumah sakit masih memiliki pandangan & kebijakan yang
berlainan.
LI 6 prosedur pelaksanaan euthanasia menurut
hukum
• Negara yang telah memberlakukan euthanasia lewat undang-undang adalah
Belanda & di negara bagian Oregon-Amerika Serikat.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain:
– Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-benar sedang
sakit & tidak dapat diobati, misalnya kanker.
– Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil &
tinggal menunggu kematian.
– Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaannya
hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin.
– Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah
dokter keluarga yang merawat pasien & ada dasar penilaian dari dua orang
dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia.
• Semua persyaratan itu harus dipenuhi, baru euthanasia dapat dilaksanakan.
• Di Indonesia Euthanasia sudaha jelas dilarang dan melanggal sila ke 1
Pancasila
LI 7 solusi pemicu

• Dari tenaga pelayan kesehatan harus tegas memberikan penjelasan


kepada pihak keluarga mengenai status kejelasan pasien di rs.
• Melibatkan tokoh agama untuk memberikan pendangan dan penjelasan
secara agama kepada keluarga pasien.
• Dokter memberitahuan pada peneliti mengenai sisa embrio yang ingin
dibeli, bahwa konsisi dari pasien (pemilik embrio) yang sakit.
• Dari organisasi IDI; pemerataan informasi mengenai peraturan yang ada di
SK PB IDI ke seluruh rs di Indonesia.
• Dari keluarga; wajib bertanggungjawab terhadap keadaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai