Anda di halaman 1dari 17

PETA DAN KAIDAH KARTOGRAFIS

Achmad Husein, SKM, MPd


PETA DAN KAIDAH KARTOGRAFIS
Menurut International Cartographic Association (ICA) peta
merupakan gambaran atau representasi abstrak unsur-unsur
kenampakan permukaan bumi yang diseleksi, digambarkan
dalam sebuah bidang datar dan diskalakan/diperkecil.
Saat ini, peta menjadi informasi spasial yang umum dikenal
dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Terdapat aturan-aturan
tertentu sehingga sebuah data dapat dikatakan sebagai peta.
Aturan tersebut dikenal dengan istilah kaidah kartografis.
Kaidah kartografis digunakan dengan tujuan tercapainya
efektifitas dalam penggunaan peta.
Jika melihat pada sumber data yang digunakan dalam
pembuatan peta, setidaknya terdapat sembilan cara
pengumpulan data yang dapat digunakan. Sumber data
tersebut adalah survei terestrial, survei fotogrametri, data
satelit, data GPS, Scanning dan digitasi peta-peta analog, data
statistik sosial ekonomi, data geofisik, dan data lingkungan
(Kraak & Ormeling, 2010).
Satu sumber data yang efektif saat ini adalah data
satelit yang berupa data citra penginderaan jauh
(remote sensing imagery).
Sumber data ini sangat efektif karena merekam
permukaan bumi dalam berbagai skala pengamatan
selain itu data ini dapat diakuisisi atau bisa didapatkan
pada wilayah yang sulit dijangkau survey terrestrial.
Namun demikian keberadaan data ini juga memiliki
kelemahan dalam penggunaannya. Kelemahannya
antara lain perlu adanya orang yang memiliki
kemampuan/keahlian khusus agar data ini dapat
dimanfaatkan dan dianalisis dengan baik.
Selain itu penggunaan data ini cenderung
memerlukan sumberdaya peralatan dengan spesifikasi
tinggi dengan harga yang cukup mahal.
Representasi Abstrak dan Seleksi Fenomena
Peta merupakan representasi abstrak dari sebuah fenomena.
Biasanya proses abstraksi ini dilakukan dengan menggunakan
simbol-simbol tertentu yang menggambarkan fenomena
tersebut. Misalnya untuk menggambarkan fenomena keberadaan
sebuah pelabuhan maka direpresentasikan dengan simbol
jangkar berwarna biru muda.
Desain sebuah simbol memiliki aturan tersendiri. Secara khusus
pemikiran teoritis tentang simbol kartografis sering disebut
sebagai semiologi kartografis yang merupakan ilmu yang
mempelajari hubungan simbol dan fenomena yang disajikan dan
keefektifannya dalam mengkomunikasikan informasi ke
pengguna peta (Boss, 1977 dalam Handoyo, 2009).
Penyusunan desain simbol perlu diperhatikan beberapa hal,
antara lain bentuk simbol, jenis simbol, dan variabel visual yang
akan digunakan. Berbagai contoh desain simbol dapat dilihat
pada gambar berikut :
Selain pada proses abstaksi, penggunaan simbol-simbol ini juga
dimaksudkan sebagai cara untuk menyeleksi fenomena yang
akan dipetakan. Misalnya saja untuk memetakan keberadaan
bangunan di daerah perkotaan, kita tidak perlu menampilkan
informasi lain selain yang dibutuhkan yaitu keberadaan
bangunan. Proses seleksi fenomena ini terlihat seperti pada
gambar berikut ini :

Proses abstraksi dan seleksi yang baik akan sangat


membantu dalam proses komunikasi antara pembuat dan
pengguna peta, sehingga tujuan pembuatan peta akan
tercapai dengan baik pula.
Penggambaran di Bidang Datar
Seperti yang kita ketahui bahwa bumi meupakan suatu
yang berbentuk seperti bola (3 dimensi), sementara itu
peta ialah gambaran yang digambar pada bidang datar (2
dimensi), dengan demikian perlu dilakukan apa yang
disebut dengan proyeksi peta untuk mentransformasikan
beda dimensi tersebut.
Sistem koordinat geografis dan sistem koordinat
Universal Transverse Mercator (UTM).

Banyak sistem proyeksi yang dapat digunakan dalam


proses transformasi bentuk tersebut.
Hasil dari proyeksi inilah yang kemudian
direferensikan ke permukaan bumi dengan
menggunakan sistem koordinat.
Dua yang paling populer adalah sistem koordinat
geografis dan sistem koordinat Universal Transverse
Mercator (UTM).
Sistem Koordinat Geografis
Sistem koordinat geografis merupakan sistem koordinat yang
menunjukkan suatu titik di permukaan bumi berdasarkan garis
lintang dan bujur.
Garis lintang merupakan garis imajiner yang diukur terhadap garis
khatulistiwa (equator).
Posisi lintang merupakan perhitungan sudut dari 0˚ di
khatulistiwa hingga +90˚ di kutub utara dan -90˚ di kutub selatan.
Sementara itu, garis bujur merupakan garis imajiner yang diukur
terhadap garis meridian utama.
Meridian utama sendiri adalah garis bujur yang melewati kota
Greenwich, Inggris.
Kesepakatan ini dimunculkan pada tahun 1884 sebagai salah satu
hasil dari konferensi meridian internasional.
Posisi bujur merupakan perhitungan sudut dari 0˚ di meridian
utama hingga +180˚ ke arah timur dan -180˚ ke arah barat.
. Sistem Koordinat UTM
Sistem koordinat UTM sering dikenal sebagai sistem koordinat matrik,
karena satuan yang digunakan dalam zona ini adalah meter. Sistem ini
merupakan sistem koordinat yang membagi bumi menjadi zona-zona yang
lebih kecil. Setiap zona pada sistem koordinat ini diproyeksikan tersendiri
dengan menggunakan sistem proyeksi silinder melintang (transverse).
Dengan sistem ini bumi dibagi menjadi 60 zona membujur dengan lebar
masing-masing zona sekitar 6˚ bujur. Perhitungan ini dimulai dari
pertemuan antara bujur +180˚ dan -180˚ dan bergerak ke arah timur. Setiap
zona yang terbentuk tersebut kemudain dibagi kembali secara melintang.
Terdapat dua (2) sistem pembagian melintang dalam sistem koordinat UTM
ini. Sistem pembagian pertama adalah dengan membagi menjadi dua (2)
zona yaitu belahan bumi utara (northern hemisphere) untuk yang berada di
utara garis khatulistiwa dan belahan bumi selatan (southern hemisphere)
untuk yang berada di selatan garis khatulistiwa. Sementara itu sistem
pembagian yang lain membagi setiap zona membujur tersebut menjadi 20
zona yang lebarnya sekitar 4˚ lintang dan diberi nama mulai dari zona C
hingga zona X (kecuali zona I dan O) yang diukur mulai dari selatan ke
utara.
Skala Peta
Skala merupakan suatu perbandingan yang menunjukkan
perbandingan antara jarak pada peta dan jarak sebenarnya. Skala
peta merupakan komponen yang wajib ada dalam sebuah peta dan
biasanya dituliskan pada informasi tepi peta. Terdapat paling tidak
tiga (3) jenis skala yang sering digunakan, yaitu skala angka
(numerical scale), skala grafis (graphical scale line), dan skala verbal
(verbal scale).
Informasi Tepi Peta

Menyusun peta tak akan


lepas dari informasi tepi apa
saja yang ditampilkan.
Informasi tepi ini sangat
berguna dalam mendukung
informasi utama yang tersaji
pada muka peta.
 Adanya informasi tepi ini
juga akan mempermudah
pengguna peta (user) dalam
memahami isi peta.
Berikut ini contoh informasi
tepi pada sebuah peta :

Anda mungkin juga menyukai