PETA DAN KAIDAH KARTOGRAFIS Menurut International Cartographic Association (ICA) peta merupakan gambaran atau representasi abstrak unsur-unsur kenampakan permukaan bumi yang diseleksi, digambarkan dalam sebuah bidang datar dan diskalakan/diperkecil. Saat ini, peta menjadi informasi spasial yang umum dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Terdapat aturan-aturan tertentu sehingga sebuah data dapat dikatakan sebagai peta. Aturan tersebut dikenal dengan istilah kaidah kartografis. Kaidah kartografis digunakan dengan tujuan tercapainya efektifitas dalam penggunaan peta. Jika melihat pada sumber data yang digunakan dalam pembuatan peta, setidaknya terdapat sembilan cara pengumpulan data yang dapat digunakan. Sumber data tersebut adalah survei terestrial, survei fotogrametri, data satelit, data GPS, Scanning dan digitasi peta-peta analog, data statistik sosial ekonomi, data geofisik, dan data lingkungan (Kraak & Ormeling, 2010). Satu sumber data yang efektif saat ini adalah data satelit yang berupa data citra penginderaan jauh (remote sensing imagery). Sumber data ini sangat efektif karena merekam permukaan bumi dalam berbagai skala pengamatan selain itu data ini dapat diakuisisi atau bisa didapatkan pada wilayah yang sulit dijangkau survey terrestrial. Namun demikian keberadaan data ini juga memiliki kelemahan dalam penggunaannya. Kelemahannya antara lain perlu adanya orang yang memiliki kemampuan/keahlian khusus agar data ini dapat dimanfaatkan dan dianalisis dengan baik. Selain itu penggunaan data ini cenderung memerlukan sumberdaya peralatan dengan spesifikasi tinggi dengan harga yang cukup mahal. Representasi Abstrak dan Seleksi Fenomena Peta merupakan representasi abstrak dari sebuah fenomena. Biasanya proses abstraksi ini dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan fenomena tersebut. Misalnya untuk menggambarkan fenomena keberadaan sebuah pelabuhan maka direpresentasikan dengan simbol jangkar berwarna biru muda. Desain sebuah simbol memiliki aturan tersendiri. Secara khusus pemikiran teoritis tentang simbol kartografis sering disebut sebagai semiologi kartografis yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan simbol dan fenomena yang disajikan dan keefektifannya dalam mengkomunikasikan informasi ke pengguna peta (Boss, 1977 dalam Handoyo, 2009). Penyusunan desain simbol perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain bentuk simbol, jenis simbol, dan variabel visual yang akan digunakan. Berbagai contoh desain simbol dapat dilihat pada gambar berikut : Selain pada proses abstaksi, penggunaan simbol-simbol ini juga dimaksudkan sebagai cara untuk menyeleksi fenomena yang akan dipetakan. Misalnya saja untuk memetakan keberadaan bangunan di daerah perkotaan, kita tidak perlu menampilkan informasi lain selain yang dibutuhkan yaitu keberadaan bangunan. Proses seleksi fenomena ini terlihat seperti pada gambar berikut ini :
Proses abstraksi dan seleksi yang baik akan sangat
membantu dalam proses komunikasi antara pembuat dan pengguna peta, sehingga tujuan pembuatan peta akan tercapai dengan baik pula. Penggambaran di Bidang Datar Seperti yang kita ketahui bahwa bumi meupakan suatu yang berbentuk seperti bola (3 dimensi), sementara itu peta ialah gambaran yang digambar pada bidang datar (2 dimensi), dengan demikian perlu dilakukan apa yang disebut dengan proyeksi peta untuk mentransformasikan beda dimensi tersebut. Sistem koordinat geografis dan sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM).
Banyak sistem proyeksi yang dapat digunakan dalam
proses transformasi bentuk tersebut. Hasil dari proyeksi inilah yang kemudian direferensikan ke permukaan bumi dengan menggunakan sistem koordinat. Dua yang paling populer adalah sistem koordinat geografis dan sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem Koordinat Geografis Sistem koordinat geografis merupakan sistem koordinat yang menunjukkan suatu titik di permukaan bumi berdasarkan garis lintang dan bujur. Garis lintang merupakan garis imajiner yang diukur terhadap garis khatulistiwa (equator). Posisi lintang merupakan perhitungan sudut dari 0˚ di khatulistiwa hingga +90˚ di kutub utara dan -90˚ di kutub selatan. Sementara itu, garis bujur merupakan garis imajiner yang diukur terhadap garis meridian utama. Meridian utama sendiri adalah garis bujur yang melewati kota Greenwich, Inggris. Kesepakatan ini dimunculkan pada tahun 1884 sebagai salah satu hasil dari konferensi meridian internasional. Posisi bujur merupakan perhitungan sudut dari 0˚ di meridian utama hingga +180˚ ke arah timur dan -180˚ ke arah barat. . Sistem Koordinat UTM Sistem koordinat UTM sering dikenal sebagai sistem koordinat matrik, karena satuan yang digunakan dalam zona ini adalah meter. Sistem ini merupakan sistem koordinat yang membagi bumi menjadi zona-zona yang lebih kecil. Setiap zona pada sistem koordinat ini diproyeksikan tersendiri dengan menggunakan sistem proyeksi silinder melintang (transverse). Dengan sistem ini bumi dibagi menjadi 60 zona membujur dengan lebar masing-masing zona sekitar 6˚ bujur. Perhitungan ini dimulai dari pertemuan antara bujur +180˚ dan -180˚ dan bergerak ke arah timur. Setiap zona yang terbentuk tersebut kemudain dibagi kembali secara melintang. Terdapat dua (2) sistem pembagian melintang dalam sistem koordinat UTM ini. Sistem pembagian pertama adalah dengan membagi menjadi dua (2) zona yaitu belahan bumi utara (northern hemisphere) untuk yang berada di utara garis khatulistiwa dan belahan bumi selatan (southern hemisphere) untuk yang berada di selatan garis khatulistiwa. Sementara itu sistem pembagian yang lain membagi setiap zona membujur tersebut menjadi 20 zona yang lebarnya sekitar 4˚ lintang dan diberi nama mulai dari zona C hingga zona X (kecuali zona I dan O) yang diukur mulai dari selatan ke utara. Skala Peta Skala merupakan suatu perbandingan yang menunjukkan perbandingan antara jarak pada peta dan jarak sebenarnya. Skala peta merupakan komponen yang wajib ada dalam sebuah peta dan biasanya dituliskan pada informasi tepi peta. Terdapat paling tidak tiga (3) jenis skala yang sering digunakan, yaitu skala angka (numerical scale), skala grafis (graphical scale line), dan skala verbal (verbal scale). Informasi Tepi Peta
Menyusun peta tak akan
lepas dari informasi tepi apa saja yang ditampilkan. Informasi tepi ini sangat berguna dalam mendukung informasi utama yang tersaji pada muka peta. Adanya informasi tepi ini juga akan mempermudah pengguna peta (user) dalam memahami isi peta. Berikut ini contoh informasi tepi pada sebuah peta :