Anda di halaman 1dari 76

TES LABORATORIUM

DIAGNOSTIK, TUJUAN
DAN EFEKTIFITASNYA
Status kesehatan yang optimal merupakan syarat
untuk menjalankan tugas dalam pembangunan.
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap
sehat dan lebih sehat, sedang yang berpenyakit lekas
dapat disembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat
disembuhkan, perlu ditentukan penyakitnya dan
pengobatan yang tepat serta prognosis atau ramalan
penyakitnya yaitu ringan, berat atau fatal.
Dalam menentukan penyakit atau diagnosis,
membantu diagnosis, mengendalikan penyakit dan
memonitor pengobatan atau memantau jalannya
penyakit, dokter melakukan pemeriksaan
laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan
spesimen atau sampel yang diambil dari pasien.
Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di
laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium
patologi klinik.
Patlogi klinik atau “Clinical Pathology” atau
“Laboratory Medice” adalah cabang ilmu patologi yang
berkaitan dengan pemeriksaan spesimen dari pasien
(darah, urien, cairan otak dan sebagainnya) untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan
diagnosis penyakit serta prognosis bersama dengan
tes penujang lainnya, anammesis dan pemeriksaan
fisik.
Tes atau pemeriksaan dapat
secara kimia klinik, hematologi,
imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan
parasitologi klinik
Metode pemeriksaan terus
berkembang dari kualitatif,
semikuantitatif ke kuantitatif
dan dilaksanakan secara
manual, semi otomatik,
otomatik sampai robotik
Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga iaya
tes pun dapat meningkat. Karena itu perlu
dipertimbangkan efektifitas dan efisiensi tes atau
pemeriksaan. Selanjutnya pemeriksaan laboratorium
atau tes di laboratorium patologi klinik tersebut
disingkat menjadi tes laboratorium atau tes saja.
Akan dibicarakan :
beberapa tujuan tes
Efektifitas tes
Interpretasi hasil tes laboratorium yang diharapkan
dapat dipakai sebagai “pedoman tes diagnostik” baik
oleh dokter, sarjana farmasi, sarjana kesehatan
masyarakat, sarjana perawatan, perawat maupun
mahasiswa dibidang kesehatan, kedokteran dan
keperawatan pada umumnya.
Tujuan Tes
1. Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes
ke penyakit tertentu misalnya dengan urinalisis
ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti
ikterus, maka tes selanjutnya adalah untuk melihat
gangguan faal hati
2. Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya
anemia, malaria, tbc, diabetes militus
3. Memastikan diagnosis dari diagnosis
dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B,
HIV
4. Memasukkan atau mengeluarkan dari
diagnosis diferensial misalnya pasien
dengan panas tifoid, malaria, demam
berdarah dengue
5. Menentukan beratnya penyakit
misalnya hepatitis, infeksi saluran
kemih
6. Menentukan tahap penyakit misalnya
penyakit kronik tbc paru, sirosis
hepatitis
7. Menyaring penyakit dalam seleksi
calon donor darah
8. Membantu menentukan rawat inap
misalnya observasi tifoid, observasi
leukimia
9. Membantu dalam menentukan terapi
atau pengelolaan dan pengendalian
penyakit misalnya leukimia, diabetes
10. Membantu ketepatan terapi misalnya
tes kepekaan kuman terhadap
antimikroba
11. Memonitor terapi misalnya es HbA
pada diabetes, tes widal pada tifoid
12. Menghindari kesalahan terapi dan
pemborosan obat setelah ditemukan
diagnosis
13. Membantu mengikuti perjalanan
penyakit misalnya diabetes, hepatitis
14. Membantu menentukan pemulangan
pasien rawat inap misalnya bila hasil
tes-tes laboratorium kembali normal
15. Memprediksi atau menentukan prognosis
penyakit misalnya dislipidemia dengan
penyakit jantung koroner, kanker dengan
kematian
16. Membantu dalam bidang kedokteran
kehakiman misalnya tes untuk
membuktikan perkosaan
17. Mengetahui status kesehatan umum
(general check-up)
Efektifitas Tes Laboratorium
Idealnya tes laboratorium harus teliti, tepat, sensitif,
spesifik, cepat dan tidak mahal serta dapat
membedakan pasien dengan orang normal. Namun
karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan
biaya, keadaan ideal tersebut tak selalu terpenuhi.
Penjelasan syarat-syarat keadaan tersebut adalah
sebagai berikut :
 Presisi atau teliti berarti kemampuan
untuk mendapatkan nilai yang
hampir sama pada tes berulang-ulang
dengan metode yang sama, namun
teliti belum tentu akurat
Akurat atau tepat berarti
kemampuan untuk mendapatkan nilai
benar yang diinginkan, tetapi untuk
mencapainya mungkin membutuhkan
waktu lama dan mahal
Cepat berarti tidak
memerlukan waktu lama dan
lekas diketahui oleh dokter
yang merawat
Spesifik berarti kemampuan
mendeteksi substansi yang ada pada
penyakit diperiksa dan tidak
menetukan substansi yang lain
misalnya TPHA (Trepoema Pallidum
Hemaglutination Assay).
Secara toritis spesifitas sebaiknya 100% hingga tak ada
positif palsu. Contoh tes sputum untuk diagnosis
tuberkulosis dengan pewaranaan Ziehl Nielsen,
biakan Loowenstein Jensen dan Polymerase Chain
Reaction (PCR) untuk tbc paru spesifitasnya 100%
tetapi sensitifitasnya misalnya berturut-turut adalah
±70%, 100% dan 98 %. Tes yang baik ialah bila
spesifitasnya dan sensitivitasnya 100% ataumendekati
100%
Sensitif berarti kemampuan menentukan substansi
pada kadar terkecil yang diperiksa . Tes dengan
sensitifitas tinggi sangat dipilih namun karena nilai
normalnya sangat rendah misalnya enzim hormon
atau tinggi misalnya darah samar, dalam klinik lebih
dipilih tes yang dapat menentukan nilai abnormal.
Misalnya guajac test untuk menentukan darah samar
dalam faeces lebih dipiih daripada benzidin atau
ortotolidin tes yang lebih sensitif. Dalam keadaan
normal kedua tes terakhir dapat positif karena ± 3 cc
darah samar terdapat dalm faeces, sedang tes yang
pertama positif dalm keadaan abnormal saja. Tes laju
endap darah dan CRP sensistif untuk perubahan
abnormal tetapi tidak spesifik untuk penyakit
tertentu.
Tidak mahal dan tidak sulit artinya
dapat dimanfaatkan oleh banyak
laboratorium dan orang/penderita
yang memerlukan tes laboratorium
Pada umumnya tes saring
diperlukan tes sensitif, cepat dan
tidak mahal, sedangkan untuk
diagnosis pasti diperlukan tes
spesifik yang biasanya lebih mahal
Ketepatan pemanfaatan tes
laboratorium untuk mendapatkan
diagnosis akurat dan cepat akan
menghemat pembiayaan, baik
untuk diagnosis, terapi maupun
rawat inap
Prosedur dan metode tes
laboratorium harus baku dan
benar hasilnya
Tes baru dan hasil tes segera
dikomunikasikan kepada
dokter pelanggan
Hasil tes dapat dipengaruhi oleh
terapi, makanan dan minuman,
kegiatan fisik atau perubahan pola
hidup sebelum tes
Tes laboratorium adalah
penunjang atau penentu diagnosis
disamping anamnesi, pemeriksaan
fisik, radiologi, EKG, EEG dan
pemeriksaan khusus lainnya
Tes laboratorium memerlukan kontrol kualitas baik
intralab, interlab maupun ekstralab. Program kontrol
kualitas dalam laboratorium (intralab) ialah program
pemantapan mutu, pengecekan dengan nilai baku,
penggunaan metode, alat, reagen dan prosedur yang
benar untuk melihat ketelitian, keakuratan,
sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan hingga
menghasilkan hasil yang secara klinis dapat
dipercaya..
Program kontrol kualitas interlab dapat dilakukan
antar laboratorium dan ekstralab yaitu program
pemantapan mutu yang di koordinasikan oleh
Departemen Kesehatan atau Perkumpulan Profesi
misalnya perhmpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
sehingga hasil-hasil laboratorium tersebut dapat
dipercaya kebenarannya.
Hasil yang baik juga menunjukkan mutu
laboratorium tersebut baik, termauk semua yang
berkaitan dengan tes yaitu, dokter, teknisi, metode,
reagensia, peralatan dan sarana lainnya. Dipihak lain
mutu laboratorium klinik yang baik akan
menunjukkan kepercayaan dokter terhadap hasil tes
laboratorium tersebut
Dalam era globalisasi, apalagi pda tahun 2003 bila
laboratorium klinik manca negara bebas beroperasi di
Indonesia, maka tanpa pemantapan mutu yang
intensif kita akan kalah bersaing atau dokter klinik
tentu lebih percaya kepada hasil tes laboratorium
dengan pemantapan mutu yang baik
Efektifitas pemeriksaan berarti ketepatan memilih tes
laboratorium dan kebenaran hasilnya dalam waktu
cepat yang semuanya akan mendukung diagnosis.
Untuk efektivitas pemeriksaan tersebut, biasanya
dokter memilih jenis tes yaitu tes saring, tes saring
ganda serta tes diagnosis.
Tes saring
Tes saring ialah tes untuk
menyaring ada atau tidak
adanya penyakit yang basanya
hasilnya cepat, sensitif dan
tidak mahal
Contoh tes saring :
1. Urinalisis untuk menyaring diabetes militus, ikterus,
dan infeksi saluran kemih
2. Kadar glukosa darah sewaktu tinggi mungkin diabetes
militus sesudah makan (hiperglikemia alimenter),
hipertiroidisme atau sindrom cushing.
3. Tes laju endap darah, Hb, jumlah eritrosit, lekosit,
trombosit, waktu perdarahan adalah contoh tes
hematologi untuk menyaring adanya kelainan
hematologi misalnya perubahan jumlah komponen
darah yang mengarah ke infeksi atau radang.
Tes saring ganda
Tes saring ganda ialah kelompok tes untuk menyaring
ada atau tidak adanya penyakit misalnya pemeriksaan
darah lengkap dengan Cobas Micros, urinalisis dengan
Miditron dan beberapa parameter kimia seperti
glukosa, kolesterol total, kolesterol HDL, trigliserid
dengan Cobas Mira
Tes saring ganda berguna untuk :
1. Menentukan kesehatan umum atau status kesehatan
2. Penyaring penyakit, kadang-kadang sekaligus
sebagai diagnosis misalnya dengan Technicon, Cobas
atau Coulter untuk leukimia dan anemia
3. Memonitor pengobatan
4. Memilih tes laboratorium lainnya untuk diagnosis
5. Menentukan nilai normal pada suatu populasi
Tes Diagnosis
Tes diagnosis ialah tes yang hasilnya menentukan
penyakit, misalnya FTA Abs (Flourescence Treponema
Antibody Absorbence) untuk syphilis, telur
ankylostoma untuk ankylostomiasis. Tes diagnosis
harus tinggi spesifisitasnya namun perlu avaluasi
klinik misalnya ankylostomiasis mungkin disertai
anemia berat atau ringan.
Tes diagnosis harus :
1. Mempunyai spesifisitas tinggi misalnya tes darah
tebal untuk parasit malaria
2. Dapat dilakukan beberapa tes misalnya glukosa
darah dan tes toleransi glukosa untuk diabetes
militus.
Untuk efektivitas pelayanan laboratorium agar hasilnya
cepat, teliti dan akurat perlu ada persiapan, yaitu :
1. Persiapan Pra-Tes laboratorium /
persiapan spesimen
Untuk persiapan prates prinsipnya
menyiapkan yang akan diperiksa dalam
keadaan yang tepat. Pasien atau orang
yang akan diperiksa diberitahu secara
jelas agar hasil tes laboratorium nanti
teliti dan akurat anatara lain :
Untuk tes laboratorium pada waktu
puasa berarti pasien tak boleh makan
misalnya mulai jam 7 malam sampai
jam 7 pagi pada waktu diambil
spesimennya misalnya darah, urin, dan
lain sebagainya
Untuk tes laboratorium
sewaktu berati spesimen
dapat diambil kapan saja
Untuk tes laboratorium
postprandial berarti pasien harus
makan dulu seperti biasa dan lebih
jelas diberitahukan waktunya
misalnya postprandial 1 jam atau 2
jam
Untuk tes urine 24 jam
misalnya urine jam 7 pagi di
buang, lalu sampai jam 7 pagi
hari berikutnya dikumpulkan
Untuk spesimen yang tidak langsung diperiksa,
penanganannya harus baik, tidak rusak dalam
transportasi dan penyimpananya baik msalnya dalam
pendingin atau denga bahan pengawet. Hal ini di luar
jangkauan labortorium pemeriksa, namun bila hasil
tes tak baik sering yang disalahkan laboratoriumnya
saja. Karena itu pada waktu penyerahan spesimen ke
laboratorium harus di sertai penjelasan tentang
penanganan, transportasi da penyimpanan spesimen
tersebut.
Untuk spesimen yang dikirimkan, kecuali
persyaratan tersebut di atas dipenuhi,
persyaratan lainnya harus benar yaitu, nama
pasien, umur , jenis kelamin, bangsal,
dokter yang mengirim, jenis tes yang
diminta, tanggal, jam pengambilan
spesimen dan keterangan khusus lainnya.
Untuk keterangan khusus lainnya yang dapat
mengganggu hasil tes antara lain bagi peminum
alkohol dapat menaikkan nilai asam urat, laktat,
trigliserid, kolesterol HDL, CGT, MCV. Bagi perokok
berat dapat menaikkan nilai karboksi Hb, julah
eritrosit, lekosit, MCV, katekolamin dan kortisol. Bagi
peminum kopi berat dapat menaikkan nilai asam
lemak bebas.
Demikian pula obat yang dapat digunakan pasien
dapat mengganggu nilai tes misalnya asam amino,
salisilat, alopurinol, obat anabolik dan androgen dapat
menaikkan nilai bilirubin serum dan bilirubinuri.
Penggunaan tourniquet terlalu lam dapat menaikkan
nilai laktat, enzim, protein, kolestrol, trigliserid dan
kalsium. Stres juga dapat menaikkan jumlah lekosit,
laktat dan asam lemak bebas.
2. Persipan Tes Laboratorium / Persipan Tes Analitik
Persipan ini merupakan tugas laboratorium yang
bertugas 24 jam hingga setiap ada spesimen datang,
siap diperiksa. Hal ini meliputi antara lain :
Persiapan alat pengambilan dan wadah spesimen,
vacuntainer atau semprit steril, hemolet atau
vaccinostyle, botol steriluntuk pemeriksaan
mikrobiologi, botol EDTA, heparin, flourida, dan lain-
lain. Warna penutup wadah menunjukkan anti
koagulan yang dipakai.
Petugas yang mahir dan
mengerti dalam pengambilan
spesimen sehingga dapat
meyakinkan pasien
Ketepatan pengambilan spesimen.
pada umumya pengambilan spesimen dilakukan pada
pagi hari, pada waktu petugas (analis, teknisi dan
dokter) dalam tugas. Hal lain yang mendapat
perhatian antara lain :
1) Pada umumnya spesimen diambil pada keadaan
puasa yaitu sedikitnya 4 jam tidak makan kecuali ada
permintaan khusus
2. Tes post prandial artinya spesimen diambil sesudah
makan sperti biasa 1 jam atau 2 jam
3. Tes darah untuk malaria diambil pada waktu pasien
panas tinggi
4. Tes darah tebal atau cara konsentrasi untuk filaria
diambil pada waktu malam
5. Tes enzim jantung untuk infrak myocard dilakukan
tiga hari sampai lima hari berturut-turut
6. Perlakuan khusus untuk tes toleransi glukosa, aspirasi
sum-sum tulang
7. Tes biakan mikroorganisme harus diambil dan
dilaksanakan serba steril
8. Tes analisa semen sesudah abstinensia 3-5 hari
9. Pemerosesan spesimen misalnya untuk mendapatkan
serum dengan cepat, darah mesti disentrifus dalam 1
jam setelah pengambilan darah, bila lebih dari 2 jam
baru disentrifus, dapat menyebabkan perubahan nilai
seperti glukosa, kalium, fosfor, kreatinin, SGOT/SGPT.
Analis dan petugas laboratorium
yang telah mahir
mengoprasionalkan instrumen
yang telah distandarisasi dan siap
tugas
Pedoman metode tes yang
selalu tersedia bila
diperlukan
Persiapan alat atau instrumen untuk
pemeriksaan. Misalnya cell-counier
untuk hematologi, urine anlyzer,
fotometer, autoanalyzer yang telah
distandarisasi dan aliran listrik yang
stabil
Keadaan lingkungan pemeriksaan .
Keadaan ruangan yang terang dan sejuk
akan membuat petugas merasa nyaman dan
tahan bekerja. Bekerja dengan instrumen
yang sesuai dengan temperatur yang
diperlukan. Demikian aliran listrik, air dan
gas tidak mengganggu jalannya
pemeriksaan
3. Tahap Tes Laboratorium atau Tes
Analitik
Tahap ini memerlukan ketelitian pada
penggunaan spesimen, reagensia, peralatan
dan pengukuran.
Spesimen misalnya serum untuk tes
kuantitatif harus diukur dengan tepat
dengan pipet ukur otomatik
Reagensia berkualitas yang dipakai untuk analisis
tidak kadaluarsa dan memenuhi standar yang dapt
dilihat pada labelnya misalnya ACS (American
Chemical Society), USP (United States Pharmacopea)
atau NF (National Formulary), reagensia yang sensitif
terhadap sinar harus ditempatkan dalm botol gelap.
Beberapa reagensia harus disimpan di lemari es.
Air untuk analisis harus aquadestila yang sering masih
dibedakan dalam tiga type yaitu :
1. Tipe I aquades maksimum murni
untuk : pembuatan larutan baku, analisis kimia ultra
mikro, untuk kultur sel atau jaringan
2. Tipe II aquades untuk tes kimia, hematologi,
mikrobiologi, immunologi, da sebagainya
3. Tipe III aquades untuk tes kualitatif
Penggunaan alat mulai
pipet, pipet ukur otomatik,
tabung reaksi sampai
peralatan canggih harus
memenuhi baku mutu.
Analisis sesuai dengan
pedoman dan dilakukan pada
suhu tertentu.
Kalkulasi hasil dan
pelaporannya disesuaikan
dengan pedoman.
4. Efektivitas Pasca Tes
Tes denga hasil yang cepat, teliti dan akurat
sangat diharapkan oleh semua pihak, antara
lain :
Analis yang selesai memeriksa segera
menyerahkan hasil pemeriksaan
Dokter atau dokter spesialis Patologi
Klinik penanggung jawab sub bagian
segera memeriksa, menginterpretasi,
menandatangani sebelum hasil dikirim
ke bangsal atau ke dokter yang
mengirim.
Bila ada hasil yang tidak sesuai berdasarkan
diagnosis sementara oleh dokter pengirim ,
sebaiknya ada komunikasi antara dokter di
laboratorium dan dokter pengirim.
Disinilah perlunya penulisan diagnosis
sementara oleh dokter pengirim hingga bila
ada ketidak cocokan hasil, segera diadakan
komunikasi untuk perbaikan dan tidak
saling menyalahkan
Untuk efektifitas diagnosis, dapat
dilakukan tes penunjang diag nosis
misalnya rontgen, EKG,EEC, USG,
biopsi, endoskopi, angiografi, dan
sebagainya sesuai dengan keperluan
diagnosis
Disini diperlukan kerja sama tim
untuk diagnosis yang tepat yang
menjadi pedoman terapi yang tepat
misalnya dengan komunikasi pertelpon
atau pertemuan klinik patologi untuk
perbaikan efektifitas dan kualitas
pelayanan kesehatan
5. Efektivitas Tenaga Patologi Klinik
Bagi tenaga patologi klinik untuk efektivitasnya
diperlukan kemampuan dalam :
Ilmu kedokteran terutama patologi klinik, ilmu
pengetahuan lainnya antara lain : kimia, fisika, biologi
dan bidang teknik serta elektronika sehubungan
dengan penggunaan peralatan modern, komputerisasi
dan penentuan nilai rujukan
Manajemen sumber daya manusia
yang profesional, terampil dalam
proses pra tes, tes dan pasca tes
serta penggunaan peralatan untuk
analisis, riset dan siap untuk
pendidikan berkelanjutan
Manajemen dan kepemimpinan
dalam organisasi laboratorium,
pembiayaan dan komuikasi secara
berkelanjutan mengikuti TQM
(Total Quality Managemen dan
CQI (Continous Quality
Improvement
Kebijakan pemerintah dan
peraturan mengenai kesehatan
umum terutama bidang
laboratorium, akreditasi dan
kontrol kualitas untuk menjaga
mutu laboratorium serta pelayanan
yang baik untuk pasien/pelanggan
Sekian
Dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai