JAYAKESUNU, SH
Pangkat / Gol. : MUDA WIRA TU ( III/b )
NIP / NRP : 19850912 200912 1 002 / 61085584
Diklat : PPPJ GELOMBANG II TAHUN 2014
Kelas / No. Pes. : VIII / 32
Pengalaman tugas :
• 1 Desember 2009 diangkat sebagai CPNS pada Kejaksaan Negeri
Singaraja Bali sebagai tata usaha seksi Tindak Pidana Khusus ;
• 1 April 2011 diangkat sebagai PNS pada Kejaksaan Negeri Singaraja
Bali sebagai tata usaha seksi Tindak Pidana Khusus;
UJIAN KERTAS KERJA JAKSA
PENERAPAN PASAL 56 Ke-1 KUHP
DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN
ATAS NAMA TERDAKWA ALI ALIP
(STUDI KASUS DI KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA SELATAN)
Disampaikan oleh :
KADEK TEGUH DWIPUTRA JAYAKESUNU, SH
KASUS POSISI
Tgl 18 Juli ’13
Berencana mencuri di Kantor PT. Kreon
15.00 WIB
TERDAKWA Mengajak SAKSI yang beralamat di Gedung Gandaria 8
ALI ALIP PANDU lantai 20 Jl. Sultan Isakandar Muda
Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
(Memberikan Kartu pas lift)
Bertemu di
KFC Depok
- Mengawasi situasi dan memberikan informasi; - Menunggu informasi dari terdakwa;
- Mengganjal pintu masuk hingga rusak; - Masuk ke kantor dan mengambil 3 buah
- Berjaga-jaga di luar gedung; laptop merk Vaio tanpa ijin yang punya;
• Oleh Penyidik Polrestro Jakarta Selatan, Terdakwa disangka
melanggar pasal 363 ayat (1) jo 56 KUHP;
• Penuntut Umum menyatakan berkas perkara atas nama terdakwa
ALI ALIP telah lengkap syarat Formal dan Materiil;
• Dalam Dakwaan, terdakwa disangka melanggar pasal 363 ayat (1)
ke-5 jo pasal 56 KUHP;
• Penuntut Umum menuntut terdakwa sesuai dakwaan;
• Hakim memutus terdakwa bersalah melanggar pasal 363 ayat (1)
ke-5 jo pasal 56 KUHP;
PERMASALAHAN
1. Apakah perbedaan pembantu kejahatan dengan turut serta
melakukan perbuatan dalam perkara tindak pidana pencurian ?
• Teori Objektif. Dasar pembedaannya terletak pada objek dari delik itu sendiri.
Apakah tindakan pelaksanaan yang dilakukan atau tindakan pembantuan.
• Teori Gabungan. Dalam hal penerapan delik formil, maka digunakan teori
obyektif. Dalam delik material digunakan teori subyektif. Dengan digunakannya
teori subyektif dapat dilihat kehendak, tujuan serta kepentingan masing-
masing peserta. Dalam delik formal digunakan teori objektif, apakah para
peserta mewujudkan unsur-unsur delik yang bersangkutan atau tidak.
ANALISA YURIDIS
Tgl 18 Juli ’13
Berencana mencuri di Kantor PT. Kreon
15.00 WIB
TERDAKWA Mengajak SAKSI yang beralamat di Gedung Gandaria 8
ALI ALIP PANDU lantai 20 Jl. Sultan Isakandar Muda
KESADARAN Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
KERJA SAMA (Memberikan Kartu pas lift)
KERJA SAMA
SECARA PHISIK; Bertemu di
KFC Depok
- Mengawasi situasi dan memberikan informasi; - Menunggu informasi dari terdakwa;
- Mengganjal pintu masuk hingga rusak; - Masuk ke kantor dan mengambil 3 buah
- Berjaga-jaga di luar gedung; laptop merk Vaio tanpa ijin yang punya;
KESIMPULAN
• Adanya niat dari pelaku yaitu terdakwa ALI ALIP, berupa
merencanakan bersama dengan saksi Pandu Ikhsannanto alias Pandu,
memberikan kartu pas lift serta kerja sama dalam melaksanakan
pencurian di kantor PT. Kreon, maka penulis berpendapat perbuatan
tersebut adalah bukan pembantuan kejahatan sehingga tidaklah
tepat jika Penuntut Umum mendakwa terdakwa dengan pasal 363
ayat (1) ke-5 jo 56 KUHP.
• Perbuatan terdakwa ALI ALIP “yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih dengan bersekutu”, maka konstruksi surat dakwAan yang tepat
adalah bentuk dakwaan tunggal dengan menguraikan unsur-unsur
pasal 363 ayat (1) ke-4 dan 5 KUHP.
SARAN
• Penuntut Umum harus secara seksama memperhatikan dan meneliti
fakta-fakta di dalam berkas perkara yang diserahkan oleh penyidik
kepolisan. Dengan adanya kecermatan dan ketelitian Penuntut Umum
tersebut diharapkan dapat membuat jelas suatu tindak pidana,
sehingga meminimalisir kesalahan penerapan pasal dalam dakwaan.