Anda di halaman 1dari 15

Fatwa Bisnis Syariah

Dosen Pengampu: Zulkifli, S.E.I, M.Sy

KONSEP FATWA DSN TENTANG SALAM DAN ISTISHNA


SERTA APLIKASINYA DALAM LKS

Disusun oleh :
SITI HADIJAH MAULIDYASARI
NIM: 1904110043

ORISA FEBRIANA
NIM: 1904110071

PIPIT SYAFITRI
NIM: 1904110091
1 Definisi Salam dan Istishna’
Pembahasan

2 Dasar Hukum Salam dan Istishna’

3 Fatwa DSN Tentang Salam dan Istishna’

4 Pengaplikasian Salam dan Istishna’ dalam Lembaga


Keuangan Syariah (LKS)
1
Definisi Salam dan
Istishna’
Salam

Kata al-salam adalah isim masdar dari fi'il madi salima.Sedangkan masdar hakikinya
adalah al-salam. Arti salam menurut bahasa ialah menyegerakan dan mendahulukan
uang pembayaran.

Salam juga didefinisikan sebagai transaksi jual beli dimana baran yang akan
diperjualbelikan belum tersedia. Oleh karena itu, barang yang diserahkan secara
tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai
pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.

Akad salam menurut Peraturan Bank Indonesia adalah jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu
secara penuh. Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional akadsalamsebagai
akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu
dengan syarat dan kriteria yang jelas.
Istishna

Istishna’ secara bahasa berarti meminta untuk dibuatkan sesuatu, yaitu akad yang
mengandung tuntutan agar shani’ (produsen) membuatkan sesuatu pesanan dengan ciri-
ciri khusus dan harga tertentu. Sedangkan menurut istilah, istishna’ merupakan akad
dimana seorang produsen mengerjakan sesuatu yang dinyatakan dalam perjanjian, yaitu
akad untuk membeli sesuatu yang dibuat oleh seorang produsen dan barang serta
pekerjaan dari pihak produsen tersebut.

Istishna merupakan kontrak penjualan secara antara pembeli dan pembuat barang. Dalam
kontrak ini, produsen menerima pesanan dari pembeli, lalu produsen berusaha melalui
orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati
dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga serta sistem
pembayaran.Pembayaran dapat dibayar di muka,melalui cicilan,atau ditangguhkan sampai
suatu waktu pada masa yang akan datang.
2
Dasar Hukum Salam
dan Istishna’
Dasar Hukum
Salam

a
QS. al-Baqarah Ayat 282
. ُ ُ‫آمنُوا ِإ َذا تَ َدايَنْتُ ْم ِب َدي ْ ٍن ِإل َٰى أ َ َج ٍل ُم َس ّ ًمى َفاكْتُب‬
ۚ‫وه َۚول ْيَكْتُبْبَيْنَك ُْمك َا ِتب ٌ ِبال َْع ْد ِل‬ َ ‫يَا أَيُّ َها ال َّ ِذ‬
َ ‫ين‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

b Shahih Bukhari, Kitab Jual Beli Salam, Bab jual beli salam untuk batas waktu yang diketahui, Hadits
. No. 2094
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aimtelah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Ibnu Abi Najih dariAbdullah bin Katsir dari Abu Al Minhal dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma
berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah orang-orang mempraktekkan
jual beli buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar dimuka dan diterima barangnya setelah
kurun waktu dua atau tiga tahun. Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf pada buah-
buahan dengan takaran sampai waktu yang diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid
telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Najih dan
berkata: "dengan takaran dan timbangan yang diketahui (pasti)”.(H.R. Bukhari).
Dasar Hukum
Istishna'

a
QS.al-Baqarah Ayat 282 yang berbunyi:
.
ُ ُ‫آمنُوا ِإ َذا تَ َدايَنْتُ ْم ِب َديْ ٍن ِإل َٰى أ َ َج ٍل ُم َس ّ ًمى َفاكْتُب‬
ۚ‫وه َۚول ْيَكْتُبْبَيْنَك ُْمك َا ِتب ٌ ِبال َْع ْد ِل‬ َ ‫يَا أَيُّ َها ال َّ ِذ‬
َ ‫ين‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

b Menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah, akad istishna’ dengan


. landasan diperbolehkannya akad salam. Mereka meng-qiyas-kan istishna’ dengan
salam karena keduanya barang yang dipesan belum berada ditangan penjual
manakala kontrak ditandatangani. Selain itu juga,istishna’ telah menjadi kebiasaan
umat manusia dalam bertransaksi (‘urf). Oleh karena itu, dalam istishna’ berlaku
pada syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam akad salam.
3
Fatwa DSN Tentang
Salam dan Istishna’
Salam

Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli salam, akad salam
diaplikasikan pada salamparalel. Untuk pembiayaan pertanian dalam jangka waktu yang
relatif pendek, yaitu 2 sampai 6 bulan. Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi
salam antara bank dengan nasabah dan antara bank dengan supplier (pemasok) atau pihak
ketiga secara simultan.

Nasabah mengajukan pembiayaan pada bank syariah untuk membiayai segala kebutuhan
pertaniannya. Bank menyanggupi permohonan tersebut dengan menyerahkan dana kepada
nasabah dalam bentuk pemesanan hasil pertanian yang akan ditanam oleh petani. Karena
bank tidak berniat untuk menjadikan hasil pertanian tersebut sebagai simpanan, bank
melakukan akad salam kepada pembeli kedua, misalnya bulog dan grosir. Inilah yang dikenal
dengan salam paralel di perbankan syariah.
Istishna'

Dalam Landasan Fatwa DSN MUI, Produk istishna’ ini termasuk produk baru dan diterbitkan
pada tahun 2000, yakni setelah terbentuknya Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.Alasan
diterbitkannya produk istishna’ karena ada beberapa pertimbangan, yaitu:

Pertama, Pertimbangan Ekonomi


Kedua, Pertimbangan Syariah

Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna’, akad
istishna’ di perbankan syariah diterapkan pada pembiayaan istishna’ paralel. Dalam kontrak
istishna’, pembeli bisa saja mengizinkan pembuat menggunakan subkontraktor untuk
melaksanakan kontrak tersebut.
4
Pengaplikasian Salam
dan Istishna’ dalam
Lembaga Keuangan
Syariah (LKS)
Salam

Pada Perbankan Syariah, jual beli salam biasanya ditetapkan pada pembelian alat-alat
pertanian, barang-barang industri, serta kebutuhan rumah tangga. Akad salam, dapat
diaplikasikan setidaknya dengan tiga model, yaitu:
a Model akad salam tunggal hakiki, dimana bank benar-benar melakukan pembelian
barang kemudian terjun langsung dalam bisnis penjualan barang itu.

b Model akad salam tunggal hukmi (formal), dimana bank tidak benar-benar
bermaksud membeli barang, karena setelah itu bank menjualnya kembali kepada
penjual pertama dengan akad jual beli, atau menyuruh menjual kembali ke pihak lain
dengan akad wakalah.

c Model akad salam paralel, dimana bank melakukan dua akad salam secara
simultan, yakni akad salam dengan nasabah yang membutuhkan barang dan
akad salam dengan nasabah yang butuh dana untuk memproduksi barang.
Istishna'

Menurut peraturan Bank Indonesia, istishna adalah jual beli barang dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

Dengan kata lain, istishna’ dalam Perbankan Syariah diartikan sebagai suatu perjanjian jual
beli dengan cara memesan barang yang dibuat dengan mesin dan keahlian khusus, seperti
Kitchen chef, kursi dan meja makan atau kontruksi bangunan. Barang dalam istishna’ di
Perbankan Syariah dipesan dan dibuat sesuai dengan ketentuan yang diminta oleh
mustashni’ dengan spesifikasi tertentu. Cara pembayarannnya bisa jadi dibayar sebagian
dimuka dan bisa dengan cicilan atau langsung dibayar sekaligus apabila barang pesenan
tersebut sudah selesai dan siap untuk digunakan oleh mustashni’.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai