Anda di halaman 1dari 17

Presentasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIENDENGAN
PASIEN DENGANLEPTOSPIROSIS
LEPTOSPIROSIS

Di susun oleh :
Di susun oleh :
Lidia Fransiska Tarasay
Lidia Fransiska Tarasay
Feronika Ursula Sayori
Feronika Ursula Sayori
pengertian

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri  Leptospira. yang dapat


Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri  Leptospira. yang dapat
ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis
ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis
dikenal juga dengan nama Penyakit Weil disease, Canicola fever,
dikenal juga dengan nama Penyakit Weil disease, Canicola fever,
Hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd disease (Widoyono,
Hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd disease (Widoyono,
2008).penyakit ini di temukan pertama kali oleh Adolf Weil pada tahun 1886.
2008).penyakit ini di temukan pertama kali oleh Adolf Weil pada tahun 1886.
Menurut NSW Multicultural Health Communication Service (2003),
Menurut NSW Multicultural Health Communication Service (2003),
Leptospirosis adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan
Leptospirosis adalah penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang
terkena.
terkena.
Etiologi

Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen


berbentuk spiral genus Leptospira family
leptospiraceae dan ordo spirochaetales.
Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis,
motil, obligat, dan berkembang pelan
anaerob. Genus Leptospira terdiri dari 2
spesies yaitu L interrogans yang pathogen
dan L biflexa bersifat saprofitik (Judarwanto,
2009).
1. Patogen L Interrogans
Terdapat pada hewan dan manusia.
Mempunyai sub group yang masing-masing
terbagi lagi atas berbagai serotip yang
banyak, diantaranya; L. javanica, L.
cellodonie, L. australlis, L. Panama dan lain-
lain.
2. Non Patogen L. Biflexa
Menurut beberapa penelitian, yang paling tersering menginfeksi manusia adalah:
L. icterohaemorrhagiae dengan resorvoir tikus, L. canicola dengan resorvoir anjing,
L.pomona dengan reservoir sapi dan babi.

Leptospira dapat menginfeksi sekurangnya 160 spesies mamalia di antaranya tikus,


babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan mamalia lainnya. Hewan peliharaan yang
paling berisiko adalah kambing dan sapi. Resevoar utamanya di seluruh dunia
adalah binatang pengerat dan tikus.
Cara penularan
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat
ditularkan melalui air (water borne disease). Urin dari
individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber
utama penularan, baikpada manusia maupun pada
hewan . Kemampuan Leptospira untuk bergerak
dengan cepat dalam air menjadi salah satu factor
penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang
(host) yang baru. Hujan deras akan membantu
penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir .
Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi
kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh
namun mendukung proses invasi dan penyebaran di
dalam aliran darah induk semang.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui
tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir dapat
menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti
banyaknya genengan air, lingkungan menjadi becek,
berlumpur serta banyak timbunan sampah yang
menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira
berkembangbiak.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis

Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari .Infeksi Leptospirosis


mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga
sering terjadi kesalahan diagnosa .Infeksi L. interrogans dapat berupa infeksi
subklinis yang ditandai dengan flu ringan sampai berat.
penyakit leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemia dan fase imun. Pada
periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik (Judarwanto,
2009).
.1.Fase awal dikenal sebagai fase septisemik atau fase leptospiremik karena bakteri
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh.
Fase awal sekitar 4-7 hari, ditandai gejala nonspesifik seperti flu dengan beberapa
variasinya. Manifestasi klinisnya demam, menggigil, lemah dan nyeri terutama
tulang rusuk, punggung dan perut. Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk,
nyeri dada, muntah darah, ruam, nyeri kepala frontal, fotofobia, gangguan mental,
dan meningitis. Pemeriksaan fisik sering mendapatkan demam sekitar 400C
disertai takikardi. Subconjunctival suffusion, injeksi faring, splenomegali,
hepatomegali, ikterus ringan,mild jaundice, kelemahan otot, limfadenopati dan
manifestasi kulit berbentuk makular, makulopapular, eritematus, urticari, atau rash
juga didapatkan pada fase awal penyakit.

2. Fase kedua sering disebut fase imun atau leptospirurik karena sirkulasi antibody
dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urine, mungkin tidak dapat didapatkan
lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat
respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang
terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal. Gejala nonspesifik seperti
demam dan nyeri otot mungkin lebih ringan dibandingkan fase awal selama 3 hari
sampai beberapa minggu. Sekitar 77% penderita mengalami nyeri kepala terus
menerus yang tidak responsif dengan analgesik. Gejala ini sering dikaitkan dengan
gejala awal meningitis selain delirium. Pada fase yang lebih berat didapatkan
gangguan mental berkepanjangan termasuk depresi, kecemasan, psikosis dan
demensia
Patofisiologi
Patofisiologi
Kuman leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka iris/luka abrasi
pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osofagus,
bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksius dan minum
air yang terkontaminasi. Meski jarang ditemukan, leptospirosis pernah dilaporkan
penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung
yang mematikan kuman leptospira. Kuman leptospira yang tidak virulen gagal
bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1
atau 2 hari infeksi. Organisme virulen mengalami mengalami multiplikasi di darah
dan jaringan, dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan
serebrospinal pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.
Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil; sehingga menimbulkan
vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel. Patogenitas kuman leptospira
yang paling penting adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas
selluler. Lipopolysaccharide (LPS) pada kuman leptospira mempunyai aktivitas
endotoksin yang berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif, dan aktivitas
lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit, sehingga
terjadi agregasi trombosit disertai trombositopenia. Kuman leptospira mempunyai
fosfolipase yaitu hemolisin yang mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel
lain yang mengandung fosfolipid.
Pengobatan
Menurut Widoyono (2008) Leptospira adalah penyakit yang
self-limited. Secara umum pronogsisnya adalah baik. Antibiotic yang dapat diberikan
antara lain :
a.Penyakit sedang atau berat :
-Penicillin G (injeksi) 2 juta unit IV / 6 jam selama 7 hari;
- Ceftrioxine (injeksi) 1 gr IV/ hari selama 7 hari
b. Penyakit ringan :
- ampisilin 4 x 500 mg, amoksilin 4 x 500 mg
atau eritromisin 4 x 500 mg.
- Metilprednisolon, dosis 30 mg/kgBB per hari, tidak melebihi 1500 mg, biasanya
diberikan selama 7 hari
- Obat tetes mata kortikosteroid telah digunakan untuk mengurangi inflamasi pada
mata.
2. Tindakan suportif
• Tindakan suportif dilakukan sesuai dengan keparahan penyakit dan
komplikasi. Kalau terjadi gangguan fungsi hati, maka diberikan diet hati
serta perawatan penyakit hati yang biasa.
• Bila terjadi gangguan fungsi ginjal, maka protein dalam diet disesuaikan
dengan penjernihan creatinin. Keseimbangan elektrolit, asam basa diatur
sebagaimana pada penanggulangan penyakit ginjal secara umum.
• Bila terjadi azotemia / uremia dilakukan dialisa. Perdarahan ditanggulangi
dengan pemberian hemostatika atau mungkin transfusi jika diperlukan.
1. Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke-4 dan ke-6
2. Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian
3. Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak
4. Pada paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
5. Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,
saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata ( konjungtiva ).
6. Pada kehamilan : keguguran, premature, bayi lahir cacat dan lahir mati.

Prognosis
Prognosis
Tergantung keadaan umum klien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya
kekebalan yang didapat. Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari
faktor pemberat seperti gagal ginjal atau perdarahan dan terlambatnya klien
mendapat pengobatan.
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
Pengkajian
1. Identitis
Keadaan umum klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan
tingkat kejadiannya sama.
2. Keluhan utama
Demam yang mendadak .
Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala mialgia dan nyeri tekan
(frontal), mata merah, fotofobia, keluahan gastrointestinal.
Demam disertai mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptosis,
penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva. Demam ini berlangsung
1-3 hari.
3. Riwayat keperawatan
a. Imunisasi, riwayat imunisasi perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b.Riwayat penyakit,influenza,hapatitis,bruselosis,pneuma atipik,
DBD, penyakit susunan saraf akut, fever of unknown origin.
c. Riwayat pekerjaan klien apakah termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti
bepergian di hutan belantara, rawa, sungai atau petani, dokter hewan.
4. Pemeriksaan dan observasi
a. Fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun

Kaji klien pada :.


1. Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
2.Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
3.Sistem persyarafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal,
mata merah.fotofobia, injeksi konjunctiva,iridosiklitis
4.Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan adernal
5. Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, hemoptosis, melenana
6.Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular/makulopapular/urtikaria
yang teresebar pada badan. Pretibial
Laboratorium
1. Leukositosis normal, sedikit menurun,
2. Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggi
3. Proteinuria, leukositoria
4. Sedimen sel torak
5. BUN , ureum dan kreatinin meningkat
6. SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
7. Bilirubin meninggi samapai 40 %
8. Trombositopenia
9. Hiporptrombinemia
10. Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
11. Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
Diagnosa
Diagnosa
1. Peningkatan suhu tubuh b/dengan proses infeksi dari perjalanan penyakitnya
1.
2. Gangguan rasa nyaman Nyeri (akut) b/d proses
penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,
syaraf, inflamasi),

3. Cemas / takut b/d perubahan kesehatan (penyakit leptospirosisi)

4. Gangguan Pemenuhan Nutrisi (kurang dari kebutuhan Tubuh)Intake yang


kurang adekuat
Diagnosa yang di prioritas
Diagnosa yang di prioritas

1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi dari


perjalanan penyakitnya.
Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam batas normal 36-370 C
b. Klien bebas demam
c. Mukosa mulut basah, mata tidak cekung, istirahat yang cukup

Intervensi
1.Berikan kompres dingin pada tubuh,khususnya pada aksila atau lipatan paha
Rasional :Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
a.Berikan kompres dingin pada tubuh,khususnya pada aksila ataulipatan paha.
b. Peningkatan kalori danberi
banyak minuman (cairan)
c. Anjurkan memakai baju tipis
yang menyerap keringat.
d. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
e.Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat-obatan
terutama anti piretik.,
antibiotika (Pinicillin G )
Terima kasih

Thanks………!!
!!
tterr

Anda mungkin juga menyukai