7-Farmakologi Sistem Syaraf Otonom
7-Farmakologi Sistem Syaraf Otonom
I SISTEM
SYARAF
OTONOM
SASARAN BELAJAR
Mampu menjelaskan :
hubungan antara neurotransmiter dan kerja
obat otonom,
gangguan fungsi organ tubuh yang dipengaruhi
oleh obat cholinomimetik
gangguan fungsi organ tubuh yang dipengaruhi
oleh obat anti kolinergik
Sistem syaraf
Biosintesis norepinefrin
BIOSINTESIS NE
1. Tyrosine
Asam amino Tyrsine memasuk
sel syaraf secara transport
aktif.
Tyrosine mengalami hidroksilasi
dengan bantuan Tyrosine
hydroxylase menjadi L-DOPA di
sitosol sel syaraf
2. DOPA
DOPA mengalami dekarboksilasi
menjadi DOPAMINE dengan
bantuan L-amino acid
decarboxylase
3. DOPAMINE
Dopamine dioksidasi oleh
dopamine-β-hydroxylase (hanya
terdapat di vesikel) menjadi
Norepinephrine dengan kofaktor
askorbat
4. Norepinephrine
Reseptor Norepinephrine :
reseptor adrenergik /
adrenoreseptor
1. Reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi 2 :
1)alfa-1 adrenergik
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah,
saluran gastrointestinal, vasodilatasi otot bronkus
(efeknya lebih kecil dibanding beta-2)
2)alfa-2 adrenergik
inhibisi pelepasan insulin, induksi pelepasan
glukagon, kontraksi spincher pada gastro intestinal
2. Reseptor beta adrenergik, dibagi menjadi 3:
1.) beta 1 : terdapat di jantung
menaikkan heart rate (jumlah denyut jantung per unit
waktu), menaikkan kontraksi jantung
2.) beta 2: terdapat di pembuluh darah, otot polos
skeletal, otot polos bronkus
relaksasi otot polos di gastro intestinal dan bronkus,
dilatasi arteri, glukoneogenesis
3.) beta 3: terdapat di jaringan adiposa
menyebabkan lipolisis
Obat2 yg bekerja pada
sistem syaraf simpatik
1.Agonis adrenergik
(Adrenomimetik /
simpatomimetik)
2.
Antagonis adrenergik
(Adrenolitik / simpatolitik)
1. Agonis adrenergik
(Adrenomimetik /
simpatomimetik)
1. Agonis adrenergik langsung
Obat yg termasuk tipe ini langsung berikatan pada
reseptor adrenergik, sehingga mengaktivasi reseptor
tersebut
obat2 yg bertindak sebagai agonis adrenergik langsung
memiliki afinitas terhadap reseptor2 tertentu. misalnya:
1. Norepinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1
2. Epinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1, β2
3. Isoproterenol: memiliki afinitas terhadapreseptor β1, β2
EFEK TERHADAP
TUBUH
1. Stimulasi jantung
reseptor apa yg ada di jantung? Β1
2. Efek thd otot polos
Tdp 2 reseptor: α dan β
stimulasi thd reseptor α akan menyebabkan
vasokonstriksi,
stimulasi thdp reseptor β akan menyebabkan
vasodilatasi
3.Bronkodilatasi
Reseptor apa yg ada di bronkus? β2
4. Efek metabolisme
Pemacuan reseptor β akan menginduksi
proses glukoneogenesis (glikogen jadi
glukosa)
Obat Lain
1.) Pengeblok α
mengeblok reseptor α secara tidak spesifik (α 1 dan α 2
sama2 diblok). Contoh obat: fentolamin, tolazolin
fungsinya? untuk vasodilator
2.) Pengeblok α-1
Spesifik hanya untuk α-1. Contoh obat: prazosin,
trimazolin, terazolin
fungsinya? sebagai obat antihipertensi (α-1
menyebabkan vasokonstriksi)
3.) Pengeblok α-2
Spesifiknya hanya untuk α-2 Contoh obat: yohimbin
efek samping: aprodisiaka
2. β Blocker
obat atau senyawa yg mengeblok resptor
beta adrenergik, dibagi menjadi:
1.) Pengeblok β
mengeblok reseptor β secara tidak spesifik. karenanya
jarang digunakan. Contoh obat: propanolol, karteolol,
pindolol, timolol. Fungsi : menurunkan denyut jantung,
kardiak output, tekanan darah
2.) Pengeblok β-1
Spesifik hanya untuk β-1. Contoh obat: asebutolol,
atenolol, betaxolol. Fungsinya : menurunkan frekuensi
denyut jantung dan untuk pengobatan hipertensi
3.) Pengeblok β-2
Spesifik hanya untuk β-2. Contoh: butaxamine,
menyebabkan bronkokonstriksi
3. Central Blocker
1.Agonis
kolinergik
(Kolinomimetik)
2.Antagonis kolinergik
(kolinolitik)
1.Agonis kolinergik (Kolinomimetik), merupakan
obat atau senyawa yg memperkuat atau
meningkatkan aktivitas syaraf kolinergik, dibagi
menjadi 2 golongan berdasarkan target aksinya:
1. Inhibitor reversible
menghambat interaksi asetilkolin dengan enzim asetil-kolinesterase.
namun setelah waktu tertentu kompleks tersebut bisa lepas
Sehingga kadar asetilkolin akan meningkat dan biasanya digunakan untuk
penyakit yang kadar asetilkolinnya turun (alzheimer, myasthenia gravis,
demensia). obatnya:
1.) Edroponium : digunakan untuk diagnosis apakah pasien menderita
myasthenia gravis (penyakit autoimun dimana ototnya lemah).
2.) Neostigmin dan piridostigmin: untuk terapi secara per oral.
2. Inhibitor IRreversible (BUKAN OBAT!!!)
memfosforilasi enzimnya sehingga enzim terinaktivasi. namun
sayangnya mereka kurang selektif dibanding golongan di atas
sehingga bisa menghambat berbagai enzim yg ada serine-nya.
jika asetil-kolinesterase dihambat kuat, maka kadar asetilkolin
akan meningkat karena tidak ada yg menginaktivasi. akibatnya?
seolah2 otot terasa kuat dan juga keringat berlebihan.
biasanya golongan senyawa ini digunakan pada insektisida.
yang lebih bahaya adalah senyawa organofosfat bisa menembus
semua membran: kulit bahkan barier darah otak!
2. Antagonis kolinergik (kolinolitik)
obat atau senyawa yang mengantagonis atau
mengurangi efek asetilkolin atau aktivitas syaraf
kolinergik. dibagi menjadi:
1. Antagonis muskarinik
dimana obat bersifat kompetitif terhadap asetilkolin
pada reseptor asetil kolin muskarinik. Contoh:
1.) atropin
2.) skopolamin (mencegah motion sickness) = pusat
mual diatur oleh Ach myskarinik dimana termasuk mual
ringan dan dapat digunakan antihistamin seperti
dimenhidrinat.
3.) ipatropium (bronkodilator) = mencegah kontraksi
otot bronkus dengan inhibisi sistem syaraf parasimpatik.
dikombinasi dengan salbutamol untuk memacu sistem
syaraf simpatik
2. Ganglionik blocker
mengeblok aksi asetilkolin pada reseptor nikotinik pada semua ganglion
otonom.
3. Neuromuscular blocker
mengeblok interaksi asetil kolin pada reseptor asetilkolin nikotinik di sel
otot (spesifik) sehingga menghasilkan relaksasi otot contoh:
1.tubokurare: racun yg biasanya ada di ujung anak panah orang indian
(kurare) sehingga musuh yg terkena akan lumpuh
2.dantrolen : mengobati malignant hipertemia