Anda di halaman 1dari 45

Journal

Reading
Sistematik Review: Efek Gluten pada Kulit dan
Rambut

Disusun oleh:
Faradonna Putri
422000444

Dosen Pembimbing Klinik:


dr. Arum Krismi, M.Sc, Sp. KK
Identitas Jurnal
Journal
Dermatology Online Journal, 27(4)
Tittle
The Effect of Gluten on Skin and Hair: A Systematic
Review
Authors
Bell, Katheryn A
Pourang, Aunna
Mesinkovska, Natasha A, et al
Permalink
https://scholarship.org/uc/item/2gz916r0
Abstrak
 Objective: Gejala klinis pasien yang memiliki sensitivitas gluten non celiac (NCGS) atau
sensitivitas gluten sulit dibedakan dengan pasien dengan penyakit celiac. Efek gluten pada
kulit dan rambut juga tidak begitu jelas.
 Aim: Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek gluten pada kulit & rambut pasien dengan
NCGS dan tidak didagnosa penyakit celiac secara definitif
 Methods: Penelitian ini merupakan Systematic Review dan pencarian literatur
menggunakan pedoman PRISMA
 Results: Empat puluh dua literatur memenuhi kriteria inklusi dan 5 literatur menunjukan
manifestasi klinis NCGS terhadap kondisi dermatologis. Penelitian ini mengidentifikasi
dampak diet gluten terhadap pasien NCGS, kondisi dermatologis dan responnya terhadap
diet gluten/free gluten, dan hubungannya dengan antibodi antigliadin.
 Conclusion: Kondisi dermatologis yang mungkin merespon positif diet free adalah
psoriasis, dermatitis atopik, vitiligo, dan palmoplantar pustulosis. Penyakit Ig A linier
tampak tidak membaik dengan diet free gluten.
Pendahuluan
 Pemasaran produk makanan bebas gluten (GF) di Amerika serikat diperkirakan bernilai ±
8,1 M pada akhir 2023 → Hal ini didukung dengan gagasan bahwa modifikasi pola makan
berperan dalam perawatan kulit
 Diet bebas gluten tidak hanya dikonsumsi oleh individu dengan penyakit celiac (CD) atau
alergi gandum (WA) saja, tetapi juga individu tanpa diagnosa tersebut
 Individu dengan NCGS akan menunjukan manifestasi klinis pada saluran intestinal dan
ekstraintestinal segera setelah konsumsi makanan yang mengandung gluten. Gejala klinis
tersebut akan hilang dengan konsumsi makanan bebas gluten. Hasil laboratorium akan
menunjukan serologi CD (-), biopsis usus normal, dan skin prick test / serum Ig E (-)
 Tidak ada kriteria diagnosa klinis untuk NCGS. Beberapa penelitian menyarankan
menggunakan antibodi antigliadin (AGAS) subtype Ig G untuk membantu diagnosis, tetapi
penelitian lain mengatakan antibody tersebut kurang spesifik
Pendahuluan
 Menurut konsensus 2015, diagnosa NCGS harus mencakup penilaian respon klinis
setelah diet bebas gluten, serta gejala yang memburuk dengan gluten terkontrol placebo
singleblind atau doubleblind
 Dermatitis herpetiformis (DH) diketahui sebagai manifestasi klinis dari CD
 Efek gluten pada rambut dan kulit individu dengan NCGS masih belum jelas, sehingga
Systematic review ini bertujuan untuk Meninjau Efek Gluten pada Kulit dan Rambut
pada pasien NCGS dan tidak didiagnosa CD
Diagnosa Banding Penyakit
yang Berhubungan dengan
Ingesti Gluten

Penyakit Celliac Alergi Gandum Sensitivitas Gluten


(CD) (WA) Non Celliac
(NCGS)

 Gejala muncul mingguan  Gejala muncul beberapa jam


 Gejala muncul beberapa menit
hingga tahunan setelah ingesti hingga beberapa hari setelah
hingga beberapa jam setelah
gluten ingesti gluten
 Antibodi: anti-EMA, anti-Ttg, ingesti gluten
 Hasil skin prick test (+)  Kekurangan antibodi: anti-
dan anti-DGP EMA, anti-Ttg, dan anti-DGP
 Bisa memiliki AGAs  Test in vitro Ig E
 Diagnosa dengan tantangan  Bisa memiliki AGAs
 Biopsi duodenum: peningkatan  Hasil skin prick test (-) ; test ig
makanan yang mengandung
IELs,pemanjangan kripta, dan E in vitro (-)
gandum
atrofi vili  Biopsi duodenum normal
 Gejala membaik dengan
 Gejala membaik dengan  Gejala membaik dengan
eliminasi gluten
eliminasi gluten eliminasi gluten
 Diagnosis eksklusi
AGAs→antigliadin antibodies ; DGP→deamidated gliadin peptide ; EMA→endomysial antibodies ;
IELs→intraepithelial lymphocytes ; IgE→immunoglobulin E ; tTG→tissue transglutaminase antibodies
Metode Penelitian
 Pencarian literatur dilakukan pada bulan September 2019 menggunakan database online
yaitu Pubmed/Medline dan Web of science
 Digunakan kata pencarian: ‘hair’ , ‘skin’ , ‘gluten’, ‘diet’, ‘non-celiac skin sensitivity’
 Pemilihan literatur menggunakan PRISMA flow diagram
 Semua penelitian sebelumnya hingga september 2019 dipertimbangkan menjadi inklusi
 Tidak ada uji coba kontrol acak yang tersedia
 Literatur yang tergabung dinilai menggunakan Oxford Center for Evidence Based Medicine
2011 Levels of Evidence
Metode Penelitian
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
 Penelitian yang relevan tentang efek  Literatur yang tertulis dalam bahasa
gluten pada manusia, serta non Inggris
hubungannya dengan perubahan kulit  Berupa artikel review
dan rambut  Berupa artikel korespondensi
 Penelitian/literatur berhubungan  Bukan penelitian terhadap manusia
dengan efek gluten terhadap kulit dan  Literatur mendiskusikan hubungan
rambut gluten terhadap rambut dan kulit
 Penelitian yang menilai hubungan hanya dalam konteks CD, DH, dan
antara AGAs dengan kulit dan rambut, WA
serta diprioritaskan apabila
berhubungan dengan NCGS dan
kurang spesifik terhadap CD
Hasil
 Ada 180 literatur yang ditinjau secara keseluruhan, tetapi hanya 42 literatur yang
memenuhi kriteria inklusi/eksklusi
 Tiga aspek utama yang diidentifikasi tentang hubungan gluten dengan kulit dan rambut:
1. Manifestasi dermatologi dari efek Gluten pada pasien dengan NCGS
2. Kondisi dermatologi dan responnya terhadap diet gluten/ free gluten
3. Kondisi dermatologi dan hubungannya dengan AGAs
Identification
Identification
Literatur dari database Literatur dari database Literatur dari database PRISMA
Pubmed/Medline Web of Science lain flow diagram
(n=559) (n=464) (n=40)

Literatur yang didapat setelah duplikat dihapus


(n=777)
Screening
Screening

Literatur yang
dieksklusi setelah
Literatur yang di screening skrening abstrak/judul
(n=777) (n=464)

Literatur ‘full text’


Eligibility
Eligibility

Literatur ’full text’ yang dilakukan uji


kelayakan yang dieksklusi
(n=180) karena tidak
memenuhi kriteria
inklusi/eksklusi
Literatur yang tergabung dalam (n=464)
Included
Included

penelitian systematic review


(n=42)
 Manifestasi Dermatologi dari efek Gluten
pada Pasien dengan NCGS
 Lima literatur diidentifikasi secara
eksplisit menggambarkan
manifestasi kulit pada pasien
dengan NCGS
 Ada bukti yang terbatas untuk lesi
papular-veskular; urtikaria-
angioderma; pruritus, dan lesi
seperti psoriasis sebagai gambaran
NCGS
 Manifestasi yang paling umum
dijelaskan adalah dermatitis non
spesifik, eksim, dan/ ruam pada 4
literatur
 Manifestasi Dermatologi dari efek Gluten
pada Pasien dengan NCGS
 Dalam studi kohort dengan 17 pasien
NCGS, didapatkan lesi kulit berupa
eritematosa, ekskoriasis, popular-
veskular, lesi pruritus yang menyerupai
eksim subakut, dan dermatitis
herpetiformis, serta lesi hyperkeratosis
menyerupai psoriasis
 Distribusi lesi menyerupai dermatitis
herpetiformis dan psoriasis
 Secara histologi, lesi menyerupai eksim,
dermatitis herpetiformis, dan psoriasis
 Tiga pasien memiliki AGA (+), tetapi
subtype tidak diketahui
 Rata-rata lesi kulit pulih dalam 1 bulan
setelah diet bebas gluten
 Manifestasi Dermatologi dari efek Gluten
pada Pasien dengan NCGS
 Dalam studi berbasis survey pada 486
pasien NCGS, manifestasi kulit yang
berhubungan dengan dermatitis terjadi
pada 18% pasien dan lesi kulit tidak
spesifik pada 29% pasien
 Antibodi antigliadin IgG muncul pada
25% pasien yang diuji
 Pada pasien-pasien itu, CD & WA
disingkirkan dengan uji serologi, Ig E dan
skin prick test
 Yang paling penting, pasien tidak
menjalani uji gluten terkontrol placebo
double blind
 Manifestasi Dermatologi dari efek Gluten
pada Pasien dengan NCGS
 Pada penelitian serupa dengan 78
pasien, ditemukan 33% memiliki gejala
eksim dan munculnya ruam merah saat
mengkonsumsi diet gluten
 Antibodi antigliadin IgG tampak pada
56% pasien
 CD dan WA dieksklusikan melalui tes
serologi CD, tes Ig E & skin prick test,
serta biopsi usus kecil saat menjalani
diet gluten
 Manifestasi Dermatologi dari efek Gluten
pada Pasien dengan NCGS
 Pada penelitian lain yang
mencakup 339 pasien NCGS,
65,6% pasien mengalami
manifestasi klinis berupa dermatitis
eksim (45%), urtikaria-angioderma
(36,4%), gatal (10%), dan lesi
psoriasiform (9%)
 Tidak dijelaskan secara spesifik
bagaimana diagnosis NCGS di
terapkan pada pasien ini
 Manifestasi Dermatologi dari efek Gluten
pada Pasien dengan NCGS
 Pada sebuah penelitian crossectional
yang melibatkan 347 orang di Center for
Celiac Research, 40% pasien memiliki
kriteria NCGS dengan hasil CD test (-),
dan mengalami gejala eksim/ruam yang
tidak spesifik
 Kondisi Dermatologi dan Responnya
terhadap Diet Free Gluten
 Ada 2 penelitian yang menggambarkan efek diet gluten pada pasien Psoriasis
1. Penelitian 1 (1206 pasien) → 53% pasien mengalami perbaikan penyakit kulit
2. Penelitian 2 (39 pasien) → 73% pasien yang AGA (+) mengalami perbaikan
 Pada 1 penelitian dengan pasien dermatitis atopik yang melibatkan 5202 anak, didapatkan hasil
bahwa pemberian gluten dini akan menurunkan risiko eksim s/d usia 10 tahun
 Penelitian efek diet GF pada pasien vitiligo memberikan hasil yang baik pada suatu studi kasus
meskipun penelitiannya terbatas
 Penelitian terhadap pasien dengan penyakit IgA linier (LAD) memberikan respon yang tidak
baik dalam suatu seri kasus yang melibatkan 6 pasien
 Pada studi kohort tentang efek diet gluten pada pasien pustulosis palmoplantaris, 3 pasien
mengalami perbaikan
 Dalam sebuah penelitian tunggal, pruritus lebih sering muncul pada pasien tanpa diagnosa CD
yang jelas daripada pasien dengan diagnosa saat menjalani diet GF
1. Psoriasis dan Responnya Terhadap Diet Free
Gluten
 Dalam survey ‘National Psoriasis
Foundation dengan 1206 subjek →
53% subjek melaporkan perbaikan
lesi psoriasis dengan diet GF
 Tidak ditentukan status CD/ NCGS
pasien
1. Psoriasis dan Responnya Terhadap Diet Free
Gluten
 Dalam studi prospektif, non acak, terkontrol pada
39 subjek psoriasis setelah diet 3 bulan:
1. Pasien dengan AGA (+)
-73% → penurunan area lesi & Indeks
Keparahan Psoriasis (PASI)
-24% → penurunan rejimen pengobatan
-0% → peningkatan rejimen pengobatan
-16 pasien → biopsi duodenum normal
2. Pasien dengan AGA (-)
-tidak mengalami perbaikan PASI atau
penurunan rejimen pengobatan
-33% → peningkatan rejimen pengobatan
1. Psoriasis dan Responnya Terhadap Diet Free
Gluten
 Selain perubahan lesi secara klinis, juga
terdapat perubahan histologi yang
menyertai
 Setelah diet GF 3 bulan, 31 orang
dengan AGA (+) mengalami penrunan
limfosit CD4+ pada epidermis yang
terkena psoriasis (p=0,027)
2. Dermatitis Atopik dan Responnya Terhadap
Diet Free Gluten
 Dalam penelitian kohort prospektif yang
melibatkan 5202 anak generasi R →
paparan gluten <usia 6 bulan dapat
menurunkan risiko eksim hingga usia 10
tahun (OR=0,84)
2. Dermatitis Atopik dan Responnya Terhadap
Diet Free Gluten
 Pada studi crosssectional yang
melibatkan 169 subjek dengan
dermatitis atopik→ 51% subjek
yang diet GF melaporkan
perbaikan penyakit kulit
 Tidak diketahui satus CD atau
NCGS pasien yang melaporkan
perbaikan
3. Vitiligo dan Responnya Terhadap Diet Free
Gluten
 Dalam sebuah laporan kasus
terhadap wanita berusia 22 tahun,
tanpa gejala gastrointestinal
ataupun riwayat CD dan memiliki
riwayat vitiligo acrofacial selama 3
tahun → pasien mengalami
repigmentasi dalam bulan pertama
diet GF, dan repigmentasi puncak
pada bulan ke 3
4. Penyakit Ig A linier dan Responnya Terhadap
Diet Free Gluten
 Dalam sebuah laporan kasus yang melibatkan
6 pasien dengan penyakit Ig A linier yang
melakukan diet GF:
-4 Pasien tidak mengalami ↓ signifikan
pada kebutuhan obat
-2 pasien mengalami ↓ signifikan
pada kebutuhan obat
 Kesimpulan: penyakit Ig A Linier tidak
terpengaruh oleh diet GF
 Ada 1 pasien memiliki bukti CD yaitu atrofi
vili subtotal pada biopsy usus setelah
dimulainya lagi diet gluten
5. Pustulasis Palmoplantaris dan Responnya
Terhadap Diet Free Gluten
 Pada studi kohort yang melibatkan 123
pasien dengan beberapa memiliki IgA AGA
dan atau antibody trangluminasi.
 1 pasien → AGA (+), antibody
transgluminasi (-), dan biopsy duodenum
normal → mengalami pemulihan lesi PPP
setelah diet GF dan kambuh setelah kembali
diet gluten
 2 pasien → AGA (+), antibody
transgluminasi (-), ↑ limfosit intraepitel →
mengalami pemulihan lesi PPP setelah diet
GF
 3 pasien → AGA (-), antibody
transgluminase (-), biopsy normal →tidak
mengalami pemulihan lesi PPP setelah diet
GF
6. Pruritus dan Responnya Terhadap Diet Free
Gluten
 Pada sebuah penelitian kohort retrospektif
yang melibatkan 137 pasien yang melakukan
diet GF, pasien tanpa diagnosa CD yang jelas
memiliki peningkatan frekuensi pruritus
kulit(16%) daripada pasien dengan diagnose
CD yang jelas (2%)
 Kondisi Dermatologi dan Hubungannya
dengan Antibodi Antigliadin (AGA)
 Ada 17 literatur yang menilai hubungan antara psoriasis dan AGA. Pasien psoriasis
memiliki AGA IgA yang lebih tinggi dibandingkan control pada lebih dari setengah
total literartur yang ada. Tingkat IgG juga lebih tinggi dibandingkan control yaitu 2
dari 3 studi.
 Ada 1 literatur yang menilai hubungan antara penyakit Ig A linier dan AGA, dengan
nilai AGA IgA yang lebih tinggi daripada control
 Ada 3 literatur yang menilai hubungan antara pemfigoid bullosa dengan AGA.
Dalam suatu literatur case control, tingkat AGA IgA dan IgG lebih tinggi daripada
control. Sedangkan 2 literatur crossectional juga menyatakan tingkat AGA IgA dan
IgG positif untuk beberapa pasien
 Kondisi Dermatologi dan Hubungannya
dengan Antibodi Antigliadin (AGA)
 Ada 2 literatur yang menyatakan hubungan antara pemphigus vulgaris dengan AGA,
dimana beberapa pasien dengan PV positif untuk AGA-IgG dan IgA
 Ada 2 literatur yang menilai hubungan antara pustulasis palmoplantaris dengan
AGA. Salah satu literatur menyatakan beberapa pasien positif AGA-IgA. Sedangkan
literatur lain menyatakan tidak ada pasien yang mengalami peningkatan AGA, baik
IgA maupun IgG
 Ada dua literatur yang menyatakan hubungan kandidiasis mukokutaneus kronis
(CMC) dengan keberadaan AGA.
 Ada satu literatur menyatakan hubungan antara hyalinosis kulit dengan AGA (+)
 Serta, satu literatur menilai hubungan antara pasien lipodistrofia centrifugalis
abdominalis infantilis dengan AGA (+)
1. Hubungan Psoriasis dengan AGA
 Pada 9 dari literatur menilai lebih banyak
pasien psoriasis yang (+) AGA IgA
dibandingkan control
 Pada 2 literatur dengan 116 dan 87 pasien
masing-masing lebih banyak pasien psoriasis
yang (+) AGA IgG dibandingkan control
(p=<0,05 & p=<0,073)
 Pada 1 literatur dengan 398 pasien, control
memiliki tingkat AGA-IgG yang lebih tinggi
(p=0,062)
1. Hubungan Psoriasis dengan AGA
 Pada 4 literatur yang mencakup >800 pasien
menunjukan tidak ada perbedaan signifikan
antara tingkat kepositifan IgA & IgG AGA
pada pasien psoriasis dibandingkan control
 Pada 1 penelitian yang melibatkan ±150
pasien menunjukan tidak ada perbedaan
signifikan antara tingkat positif AGA IgG
antara pasien psoriasis dan control
 Dalam meta analisis dari 9 penelitian, pasien
psoriasis memiliki kemungkinan 2x lebih
tinggi untuk AGA IgA (+) dibangkan control
 Status CD pada pasien AGA (+) dalam
sebagian besar penelitian tidak terkaji
2. Hubungan Penyakit Ig A linier (LAD) dengan
AGA
 Pada satu literatur berupa case control yang
melibatkan 97 pasien, orang dewasa dengan
LAD memiliki IgA lebih tinggi daripada
control, tetapi IgG serupa dengan kontrol
3. Hubungan Pemfigoid Bulosa (PB) dan
Pemfigus Vulgaris (PV) dengan AGA
 Pada suatu literatur case control yang melibatkan 89
pasien, didapatkan nilai titer IgG & IgA AGA pada
pasien BP lebih tinggi daripada control (nilai p
keduanya =<0,001)
 Pada literatur crossectional dengan 112 pasien, 34%
dan 37% pasien PV masing-masing (+) untuk IgG &
IgA AGA. Serta 35% dan 33% pasien BP memiliki
IgG & IgA (+)
 Pada literatur crosssectional lain dengan 105 pasien.
78% pasien PV dan 75% pasien BP (+) untuk AGA
IgG dengan ELISA, sedangkan 56% pasien PV &
31% pasien BP (+) untuk AGA IgG dengan
immunofluoresensi. Tidak ada pasien yang (+) untuk
AGA IgA
 Status CD pasien tidak dijelaskan dalam penelitian
4. Hubungan Pustulosis Palmoplantaris dengan
AGA
 Pada literatur crossectional yang melibatkan
59 pasien pustulosis palmoplantaris, 5 pasien
memiliki riwayat intoleransi gluten
 Dari 39 pasien yang sampel darahnya
dievaluasi, 10 diantaranya memiliki AGA-IgA
(+).
 Dua dari 10 pasien tersebut memiliki riwayat
atrofi vili pada biopsy usus, sekaligus sebagai
bukti CD pada pasien
 Pada literatur crossectional yang lain,
melibatkan 62 pasien PPP, didapatkan hasil
tidak ada pasien yang mengalami peningkatan
titer AGA
5. Hubungan Kandidiasis Mukokutaneus Kronis
(CMC) dengan AGA
 Ada 2 laporan kasus yang menghubungkan
CMC dengan keberadaan AGA
 Pada suatu laporan kasus, seorang anak laki-
laki 4 tahun dengan CMC dan gejala CD
ditemukan memiliki ↑ AGA IgG, tanpa
antibody DGP atau Ttg
 Pada laporan kasus lain, seorang anak laki-
laki berusia 13 tahun dengan CMC dan tidak
memiliki gejala intoleransi gluten, memiliki
titer AGA (+)
6. Hubungan Hyalinosis Kutan dengan AGA
 Sebuah laporan kasus tentang seorang wanita
berusia 75 tahun dengan hyalinosis kutan
yeng memiliki peningkatan antibody
antigluten IgG dan IgM, meskipun tidak ada
gejala intoleransi gluten
7. Hubungan Lipodistrofia Centrifugalis
Abdominalis Infantilis dengan AGA
 Sebuah laporan kasus tentang seorang anak
perempuan dengan lipodystrophia
centrifugalis abdominalis infantilis, tanpa
diagnose CD, memiliki nilai IgG (+)
 Pasien tidak memiliki riwayat malabsorbsi,
AGA IgA (-), EMA (-), serta HLA haplotype
khas CD juga (-)
8. Hubungan Alopecia Areata dengan AGA
 Pada suatu literatur cases control, seorang
pasien alopecia areata memiliki antibody CD
(+), tetapi subtype nya tidak ditentukan
 Tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat
AGA antara kasus dan kontrol
Diskusi

 Tujuan Sistematik Review → Menyelidiki efek gluten pada kulit dan rambut pada pasien
dengan NCGS dan pasien yang tidak memiliki diagnosa CD secara definitif
 Tiga tema utama yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah:
1. Manifestasi Dermatologi dari Efek Gluten pada Pasien dengan NCGS
2. Kondisi Dermatologi dan Responnya terhadap Pemberian Gluten atau Free Gluten
3. Kondisi Dermatologi dan Hubungannya dengan Antibodi Antigliadin (AGA)
Diskusi
 Manifestasi dermatologi pada pasien dengan NCGS seringkali tidak spesifik.
 Morfologi primer dan sekunder terlalu bervariasi, mulai dari lesi eritematosa, ekskoriasi,
papulovesikular, hingga lesi bersisik hyperkeratosis
 Manifestasi yang paling umum pada pasien NCGS adalah dermatitis non spesifik, eksim,
dan/ ruam
 Manifestasi lain yang juga muncul adalah urtikaria-angioderma, pruritus kulit, serta lesi
psoriasiform
Diskusi
 Kondisi dermatologis yang berespons (+) terhadap diet GF yaitu psoriasis, dermatitis
atopik, vitiligo, dan pustulopalmoplantar. Sedangkan LAD tampak tidak membaik dengan
diet GF
 Pasien psoriasis merespons diet GF dengan perbaikan lesi. Tetapi data tercampur apakah
nilai AGA (+) mempengaruhi hasil penelitian efek diet GF pada pasien psoriasis. Satu
literatur menemukan efek diet GF pada ½ dari total pasien yang diteliti, tanpa
mempertimbangkan status AGA pasien. Sedangkan literatur yang lain hanya menemukan
efek pada pasien dengan AGA (+)
 Menurut rekomendasi diet oleh National Psoriasis Foundation, percobaan diet GF selama
3 bulan direkomendasikan untuk pasien psoriasis dengan tes serologi (+) NCGS, bahkan
tanpa diagnosa CD
Diskusi
 Pada pasien dengan dermatitis atopik, diet GF memberikan pengaruh yaitu perbaikan
gejala atau lesi. Sedangkan pemberian diet gluten pada anak <6 bulan justru dapat ↓ risiko
eksim pada anak <10 tahun
 Penelitian yang mendukung perbaikan vitiligo dengan diet GF pada pasien terbatas pada
suatu laporan kasus yang menunjukan repigmentasi pasien vitiligo setelah terapi dengan
diet GF
 Pasien Pustulo palmoplantaris merespons (+) terhadap diet GF, yaitu perbaikan lesi pada
pasien dengan AGA (+), tetapi tidak pada pasien tanpa gejala AGA (+)
 Sedangkan penyakit IgA linier tidak membaik dengan diet GF yang terbukti melalui
serangkaian kasus dengan 6 pasien
Diskusi
 Beberapa penelitian menemukan nilai AGA ↑ pada pasien dengan psoriasis, tetapi
penelitian lain tidak menemukan hubungan ini
 Kondisi kulit lain yang terkait dengan AGA (+) yaitu penyakit linear IgA, pemfigoid
bullosa (BP) & pemphigus vulgaris (PV), putulasis palmoplantaris, kandidiasis mukokutan
kronis (CMC), hyalin kutaneus, dan lipodystrophia centrifugalis abdominal infantilis
 Tetapi signifikasi hubungan dari AGA dan penyakit kulit diatas belum jelas, karena AGA
tidak spesifik untuk diagnose CD atau NCGS, bahkan dapat ditemukan pada orang sehat
Diskusi
Beberapa keterbatasan Sistematik Review ini, yaitu:
 Tidak ditentukanya status NCGS / CD pasien yang mengalami perbaikan lesi kulit dengan diet GF
 Tidak adanya biomarker laboratorium yang spesifik untuk NCGS , dan kriteria hanya berdasarkan
kriteria eksklusi
 Tes tantangan makanan terkontrol placebo doubleblind, serta gold standar tidak dilakukan di seluruh
penelitian
 Resolusi gejala yang dilaporkan pasien setelah diet GF hanya berdasarkan temuan subjektif, bukan
objektif. Gejala terkait konsumsi gluten tidak dinilai di semua penelitian
 Tes serologi tidak dilakukan di beberapa penelitian. Tidak diketahui apakah pasien benar-benar NCGS
ataukah CD atau alergi gandum
 Adanya efek placebo yang mungkin berespons klinis terhadap diet GF
Kesimpulan
Penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi dokter dalam
memberikan edukasi terkait terapi tambahan pada pasien
yang berkaitan dengan makanan dan modifikasi gaya hidup.
Diet Free Gluten bisa direkomendasikan untuk pasien Non
Celiac Gluten Sensitivity dengan manifestasi kulit serta
beberapa penyakit kulit lainnya. Masih diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk melihat efeknya pada pasien Celiac
Disease dan alergi gandum.
Thankyo
u!
‘I’m a gluten free, but that still allows me some chocolate’
-Erin Heatherthon

Anda mungkin juga menyukai