Nama Anggota :
2. Uterus (Rahim)
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata.
3. Bladder (kandung kemih),
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena
(Doengoes 2001).
4. Lochia (lokia)
5. Perineum
6. Emotion (emosi)
(janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum
kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi
sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini
menyebabkan Resti konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan
apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
Go. Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri
perawatan diri. Pada fase Taking Hold ibu belajar tentang hal baru dan
Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan
kedalaman robekan :
2. Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai dinding lateral
3. Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks akibat
persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan
minimal (Bobak,2004).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin akan diperlukan, antara lain:
bakteri penyebab
kemih.
Penatalaksanaan
1) Perbaikan Episiotomi
a) Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika
tidak ada tanda infeksi dan pendarahan sudah
berhenti, lakukan penjahitan
B. Pengkajian psikososial
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(2016), yaitu:
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
B. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran, involusi uterus dan proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula, pembengkakan
payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan,
ketidaktepatan posisi duduk, faktor budaya.
C. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, efek
prosedur invasif, penyakit kronis, ketidakadekuatan pertahanan primer (ketuban pecah lama, ketuban
pecah sebelum waktunya, penurunan sekresi pH, statis cairan tubuh) ketidak adekuatan pertahanan
tubuh sekunder (penurunan hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat)
2) Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. Hipnosis, akupuntur,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, terapi bermain)
Fasilitasi istirahat tidur
3) Edukasi:
Jelaskan strategi meredakan nyeri
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
B. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum
selama persalinan dan kelahiran.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 trauma
perineum teratasi
• Kriteria hasil:
Meringis menurun
2) Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. Hipnosis,
akupuntur, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, terapi bermain)
Fasilitasi istirahat tidur
3) Edukasi:
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan monitoring nyeri secara mandiri
Anjurkan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik
C. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24
resiko infeksi teratasi
• Kriteria hasil:
Demam menurun
Kemerahan menurun
Nyeri menurun
Bengkak menurun
3) Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian imunisasi
D. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi
berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X24 defisit pengetahuan teratasi
• Kriteria hasil:
Perilaku sesuai anjuran meningkat
Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topik meningkat
Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
Intervensi
1) Observasi:
Identifikasi kesipan dan kemampuan menerima informasi
2) Terapeutik:
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3) Edukasi:
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat