Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

INFEKSI PASCA PARTUM

Nama Anggota :

Ari Yulianto (201902052)


Ella Putri Primadayanti (201902062)
Erlinda Fajaryanti (201902063)
 
Definisi
Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan
berakhir kira-kira setelah 6 minggu, tetapi seluruh alat genital
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu
tiga bulan (Wiknjosastro, 2002).
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar
mulut vagina (Bobak, 2004).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa postpartum
dengan episiotomi adalah suatu masa yang dimulai setelah
partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dimana pada
waktu persalinan dilakukan tindakan insisi pada perineum yang
bertujuan untuk melebarkan jalan lahir dan memudahkan
kelahiran.
Klasifikasi menurut Mansjoer, dkk tahun 1999 macam-macam episiotomi adalah :

1. Episiotomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah


diperbaiki, penyembuhan lebih baik, dan jarang
menimbulkan dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat
menyebabkan ruptur perinei totalis.

2. Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang


banyak digunakan karena lebih aman.

3. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan


sedikit relaksasi introitus, pendarahan lebih banyak, dan sukar
direparasi.
Prevalensi
Infeksi masa nifas masih menjadi penyebab utama
kematian ibu setelah perdarahan dan hipertensi dalam
kehamilan. Angka kejadian infeksi masa nifas pada tahun
2013 yaitu 7,3% mengalami peningkatan dari tahun 2012
yaitu 5,6 % (Kemenkes RI 2016).
Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas diantaranya ; daya
tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang kurang
baik, kurang gizi / mal nutrisi, anemia, hygiene yang kurang
baik, serta kelelahan. Faktor penyebab utama terjadinya
infeksi pada masa nifas ialah adanya perlukaan pada
perineum (BKKBN, 2011).
Etiologi atau Predisposisi
Faktor dilakukan episiotomi menurut
Depkes RI 1996 adalah:
1. Persalinan yang lama karena perinium
yang kaku
2. Gawat janin
3. Gawat ibu
4. Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam,
vakum)
Tanda gejala
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara
lain demam, nyeri di daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan
pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ terganggu. Gambaran
klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada
luka, lokea bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh
meningkat.

b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan


darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan
sesak, penurunan kesadaran hingga koma, gangguan involusi
uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Ibu
Nifas
Dalam pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan istilah
BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel
(fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy
(episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan
Emotion (emosi).
1. Breast (payudara)
Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur
biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan
menyusui dimulai (Doengoes 2001).

2. Uterus (Rahim)
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata.
3. Bladder (kandung kemih),

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena
(Doengoes 2001).

4. Lochia (lokia)

Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa


dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
dicurigai terjadinya robekan servik (Doengoes 2001).

 5. Perineum

Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan


tidak

edema dan jahitan harus utuh (Doengoes 2001).

6. Emotion (emosi)

Peka rangsang, takut / menangis (”post partum Blues”) sering

terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan (Doengoes 2001).


Perubahan Psikologi Masa Nifas
Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi
periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:

1. Taking In ( Istirahat / Penghargaan )

Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri-ciri ibu


membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan
meningkat, menceritakan pengalaman partusnya
berulang-ulang dan bersikap sebagai penerima,
menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.
2. Fase Taking On/Taking Hold ( Dibantu Tetapi Dilatih)

Terjadi hari ke 3 - 10 post partum. Terlihat sebagai


suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri
bertindak sebagai pengatur penggerak untuk bekerja,
18 kecemasan makin menguat, perubahan mood
mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan.

3. Fase Letting Go (Berjalan Sendiri Di lingkungannya)


Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari
postpartum. Periode ini biasanya setelah pulang
kerumah dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama: gawat janin

(janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum

kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi

mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf

sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini

menyebabkan Resti konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan

menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi

apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar

mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.


Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting

Go. Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri

sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang mengakibatkan defisit

perawatan diri. Pada fase Taking Hold ibu belajar tentang hal baru dan

mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasilebih

karena ibu kurang pengetahuan. Pada fase Letting Go ibu mampu

menyesuaikan diri dengan keluarga sehingga disebut ibu yang mandiri,

menerima tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.


Manifestasi Klinis
1. Laserasi Perineum

Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan

kedalaman robekan :

a) Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)

b) Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)

c) Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)

d) Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior) .

2. Laserasi Vagina

Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai dinding lateral

(sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani. 

3. Cedera Serviks

Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks akibat

persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan

minimal (Bobak,2004).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin akan diperlukan, antara lain:

• Pemeriksaan Dalam: Untuk memeriksa langsung organ reproduksi

• Pemeriksaan Payudara: Untuk memeriksa jika kemungkinan infeksi

berasal dari peradangan payudara

• USG: Untuk memeriksa kondisi rahim, serviks, kandung kemih, dan

ginjal jika diperlukan

• Pemeriksaan Darah dan Kultur: Untuk melihat ada tidaknya penanda

infeksi, jenis bakteri penyebab, dan antibiotik yang sensitif terhadap

bakteri penyebab

• Pemeriksaan Urine: Untuk melihat ada tidaknya infeksi pada saluran

kemih.
Penatalaksanaan

1) Perbaikan Episiotomi
a) Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika
tidak ada tanda infeksi dan pendarahan sudah
berhenti, lakukan penjahitan

b) Jika infeksi, buka dan drain luka


c) Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis,
lakukan debridemen dan berikan antibiotika secara
kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48
jam (Prawirohardjo, 2002).
Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Bersalin
A. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologis lebih difokuskan pada proses involusi organ
reproduksi, perubahan biofisik sistem tubuh dan deteksi adanya hambatan
pada proses laktasi. Area pengkajian fisiologis post partum antara lain:
1) Suhu

2) Nadi, pernapasan dan tekanan darah

3) Fundus, lokhea dan kandung kemih


4) Perineum

5) Payudara dan tungkai


6) Eliminasi
Lanjutan,

B. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan


adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Perawat melihat
status emosianal dan respon ibu terhadap pengalaman
kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi
baru lahir, penyesuaian terhadap peran baru, hubungan baru
dalam keluarga, dan peningkatan pemahaman dalam
perawatan diri (Reeder,Martin dan Koniak-Griffin, 2011).

 
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(2016), yaitu:
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
B. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran, involusi uterus dan proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula, pembengkakan
payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan,
ketidaktepatan posisi duduk, faktor budaya.
C. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, efek
prosedur invasif, penyakit kronis, ketidakadekuatan pertahanan primer (ketuban pecah lama, ketuban
pecah sebelum waktunya, penurunan sekresi pH, statis cairan tubuh) ketidak adekuatan pertahanan
tubuh sekunder (penurunan hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat)

D. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungandengan keterbatasan kognitif,


gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat
dalam belajar,kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Perencanaan Dan Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan berkaitan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul berdasarkan standar luaran keperawatan dan
standar intervensi keperawatan (2018), sebagai berikut:
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam rasa
nyeri teratasi
• Kriteria hasil:
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun

 Sikap protektif menurun


 Gelisah menurun

 Kesulitan tidur menurun


 Frekuensi nadi membaik
Intervensi
1) Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Lakukan
pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi.
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon verbal dan non verbal

2) Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. Hipnosis, akupuntur,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, terapi bermain)
 Fasilitasi istirahat tidur

3) Edukasi:
 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan monitoring nyeri secara mandiri


 Anjurkan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian analgetik
B. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum
selama persalinan dan kelahiran.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 trauma
perineum teratasi
• Kriteria hasil:

 Ketuban tidak nyaman menurun

 Meringis menurun

 Luka episiotomi menurun

 Kontraksi uterus menurun

 Kontraksi uterus menurun


 Payudara bengkak menurun
Intervensi
1) Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Lakukan
pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi.
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon verbal dan non verbal

2) Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. Hipnosis,
akupuntur, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, terapi bermain)
 Fasilitasi istirahat tidur

3) Edukasi:
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan monitoring nyeri secara mandiri
 Anjurkan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian analgetik
C. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24
resiko infeksi teratasi
• Kriteria hasil:
 Demam menurun

 Kemerahan menurun

 Nyeri menurun

 Bengkak menurun

 Kadar sel darah putih membaik


Intervensi
1) Observasi:
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
2) Terapeutik:
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Pertahankan tehnik aseptik pada pasien beresiko tinggi
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

3) Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4) Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian imunisasi
D. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi
berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1X24 defisit pengetahuan teratasi
• Kriteria hasil:
 Perilaku sesuai anjuran meningkat
 Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
 Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topik meningkat
 Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
Intervensi
1) Observasi:
 Identifikasi kesipan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan


menurunkan motivasi periilaku hidup bersih dan sehat

2) Terapeutik:
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

3) Edukasi:
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan


perilaku hidup bersih dan sehat.
Evaluasi
Menurut Bobak (2004), evaluasi kemajuan dan hasil akhir dari perawatan yang telah
dilakukan harus terus dilakukan sepanjang tahap keempat persalinan. Perawat mengkaji
pemulihan fisiologis kehamilan dan persalinan, demikian pula perkembangan hubungan antara
orang tua dengan anak dalam keluarga yang baru. Penilaian secara klinis pada faktor-faktor
tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian hasil akhir dari
perawatan yang telah dilakukan,
Lanjutan,
faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Tetap bebas dari infeksi.
b. Tetap merasa nyaman dan bebas dari cedera.
c. Memiliki pengetahuan yang adekuat tentang perawatan payudara,
baik pada ibu menyusui maupun ibu tidak menyusui.
d. Menunjukkan kepercayaan diri bahwa ia (keluarga) dapat
memberikan perawatan yang sangat diperlukan bayi baru lahir.
e. Melindungi kesehatan kehamilan berikutnya dan kesehatan anak-
anak.
Apabila dalam proses pengkajian ditemukan hasil akhir kurang atau
tidak sesuai dengan yang diharapkan maka, perlu dilakukan pengkajian,
perencanaan dan perawatan lebih lanjut untuk memberi perawatan yang
tepat kepada ibu post partum dan keluarganya.
Kesimpulan
Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan
berakhir kira-kira setelah 6 minggu, tetapi seluruh alat genital
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu tiga bulan (Wiknjosastro, 2002: 237).

Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar


mulut vagina (Bobak, 2004: 244).

Postpartum dengan episiotomi adalah suatu masa yang


dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu
dimana pada waktu persalinan dilakukan tindakan insisi pada
perineum yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir dan
memudahkan kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai