Anda di halaman 1dari 27

PIDANA

Pidana berasal kata straf (Belanda), sering disebut


dengan istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari
istilah hukuman karena hukum sudah lazim merupakan
terjemahan dari recht. Dapat dikatakan istilah pidana
dalam arti sempit adalah berkaitan dengan hukum
pidana. Pidana didefinisikan sebagai suatu penderitaan
yang sengaja dijatuhkan/diberikan oleh negara pada
seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum
(sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah
melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus
larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai
tindak pidana (strafbaar feit).
PENGERTIAN HUKUM PIDANA

 DEFINISI MEZGER :
ATURAN-ATURAN HUKUM, YANG MENGIKATKAN
KEPADA SUATU PERBUATAN YANG MEMENUHI SYARAT-SYARAT
TERTENTU SUATU AKIBAT YANG BERUPA PIDANA

 HUKUM PIDANA BERPOKOK PADA DUA HAL :


1. PERBUATAN YANG MEMENUHI SYARAT-SYARAT TERTENTU,
MELIPUTI :
- PERBUATAN YANG DILARANG
- ORANG YANG MELANGGAR LARANGAN

2. PIDANA : IALAH PENDERITAAN YANG SENGAJA DIBEBANKAN


KEPADA ORANG YANG MELAKUKAN PERBUATAN YANG
DILARANG UNDANG-UNDANG.
PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang


menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam
tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan
terhadap yang melakukannya.
Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum Pidana adalah bagian daripada
keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan
dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :
1.Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan
dan yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.[2]
2.Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi
pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
3.Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
Sedangkan menurut Sudarsono, pada
prinsipnya Hukum Pidana adalah yang
mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran
terhadap kepentingan umum dan perbuatan
tersebut diancam dengan pidana yang
merupakan suatu penderitaan.

Dengan demikian hukum pidana bukanlah


mengadakan norma hukum sendiri, melainkan
sudah terletak pada norma lain dan sanksi
pidana. Diadakan untuk menguatkan ditaatinya
norma-norma lain tersebut, misalnya norma
agama dan kesusilaan
Hukum Pidana dapat dipandang dari dua arti :

1. Hukum Pidana dalam arti obyektif (ius


poenale), yaitu sejumlah peraturan yang
mengandung larangan-larangan yang disertai
ancaman pidana terhadap orang yang
melanggarnya
Ius poenale dibagi menjadi hukum pidana
materiil dan hukum pidana formil
Hukum pidana materiil berisikan peraturan-peraturan
tentang :
 Perbuatan yang diacam pidana, misalnya
mengambil barang orang lain.
 Pertanggungan jawab dalam hukum pidana, siapa
yang dijatuhi pidana.
 Hukum penetesier, antara lain jenis pidana yang
dapat dijatuhkan kepada orang yang melanggar
ketentuan hukum pidana.

Hukum pidana formil adalah sejumlah peraturan


tentang tata cara negara mempergunakan haknya
untuk melaksanakan pidana
2. Hukum pidana dalam arti subyektif (ius puniendi) ,
yaitu hak negara untuk / mengenakan pidana,
adalah berdasarkan pada hukum pidana dalam arti
obyektif, yaitu bahwa hak untuk mengenakan
pidana itu baru timbul setelah didalam hukum
pidana obyektif ditentukan sejumlah perbuatan
yang dapat diancam dengan pidana. Dengan
demikian negara tidak dapat menggunakan haknya
dengan sewenang-wenang. Jadi hukum pidana
subyektif dibatasi oleh hukum pidana obyektif.
MACAM-MACAM HUKUM PIDANA
a. Ius Commune dan Ius speciale
Ius commune dan ius speciale (hukum pidana
umum) memuat aturan hukum pidana yang
berlaku bagi setiap orang. Sedang ius
speciale (hukum pidana khusus) memuat
aturan hukum pidana yang berlaku bagi
golongan orang tertentu atau berkenaan
dengan jenis-jenis perbuatan tertentu.
b. Hukum pidana yang dikodifikasikan dan
hukum pidana yang tidak dikodifikasikan.
c. Hukum pidana umum dan hukum pidana lokal
Hukum pidana umum dibentuk oleh badan pembentuk
undang-undang pusat, berlaku untuk seluruh wilayah
negara RI. Sedangkan hukum pidana lokal adalah
ketentuan hukum pidana yang dibuat oleh badan
pembentuk undang-undang daerah dan hanya berlaku
dalam wilayah daerah yang bersangkutan.
d. Hukum pidana tertulis dan hukum pidana tidak
tertulis.
e. Hukum pidana obyektif dan hukum pidana subyektif
f. Hukum pidana materiil dan hukum pidana formil
g. Hukum pidana sebagai hukum positif
h. Hukum pidana sebagai bagian hukum publik
 TEMPAT DAN SIFAT HUKUM PIDANA :
- Van Hamel (Zainal Abidin Farid), menyatakan bahwa hukum
pidana telah berkembang menjadi hukum publik, karena
pelaksanaannya sepenuhnya berada didalam tangan
pemerintah, dengan sedikit pengecualian, misal ; delik aduan

- Simon (Zainal Abidin Farid), berpendapat bahwa hukum pidana


termasuk hukum publik dengan alasan, bahwa ia mengatur
hubungan antara para individu dengan masyarakat/negaranya
dan dan dijalankan demi kepentingan masyarakat serta hanya
ditetapkan bilamana masyarakat itu benar-benar memerlukanya.
Sifat hukum publik itu khusus ternyata dalam hal suatu
perbuatan tetap merupakan delik, walaupun tindakan itu
dilakukan atas persetujuan atau permintaan korban. Misal ;
pasal 344 KUHP
- POMPE (Andi Hamzah), sependapat dengan Hamel dan Simons,
menunjuk alasan yaitu penjatuhan pidana dijatuhkan adalah
untuk mempertahankan kepentingan umum, walaupun yang
dirugikan atau korban delik memaafkan terdakwa, namun
tuntutan pidana tetap diadakan oleh penuntut umum, kecuali
dalam delik aduan.
Kemudian, keharusanya ada aduan orang yang dirugikan,
barulah penuntut umum menuntut pidana; hal ini disebabkan
oleh kekhawatiran agar jangan sampai kehormatan pihak yang
dirugikan malah tambah dirugikan dengan adanya penuntutan.

- Utrech (Zainal Abidin Farid), berpendapat bahwa hukum pidana


merupakan hukum sanksi istimewa, dan hanya mengambil alih
hukum lain dan kepadanya diletakkan sanksi pidana.
- Van Hattun (Andi Hamzah), memandang hukum pidana dewasa
ini sebagai hukum publik. Ini merupakan perkembangan baru,
karena dahulu lebih bersifat privat. Asal usul dan
perkembangan sanksi atau hukuman dimulai dari pelaksanaan
balas dendam yang bersifat partikulir, sampai dengan sanksi
yang bersifat hukum publik yang dijatuhkan oleh pemerintah.

- Andi Hamzah, memandang hukum pidana lebih mirip dengan


asas oportunitas, yaitu dalam pengertian penuntut umum
dapat memutuskan dengan syarat atau tanpa syarat untuk
melakukan penuntutan kepengadilan atau tidak. Syarat
antara lain Jaksa tidak melakukan penuntutan karena
kerugian sudah diganti, perkara kecil dan terdakwa sudah
tua (jepan diatas 60 tahun)
1. MENGATUR HUBUNGAN YANG SUB ORDINAIR,
MEMBAWAHI DIMANA TERDAPAT HIRARCHI
ANTARA NEGARA DAN PENDUDUK.
HK. PIDANA 2. MENGATUR KEPENTINGAN UMUM.
3. HARUS DIPERTAHANKAN OLEH ALAT NEGARA
4. BERLAKU UMUM (IUS COMMUNE)

PERBEDAAN
1. MENGATUR HUBUNGAN YANG
KEDUDUKANNYA SEJAJAR YAKNI ANTARA
PENDUDUK DENGAN TIDAK MEMPERHATIKAN
TINGKAT KEDUDUKANNYA DI DALAM
MASYARAKAT, TINGKAT INTELEKTUALNYA DST.
2. MENGATUR KEPENTINGAN PERORANGAN.
HK. PERDATA
3. YANG INGIN MEMPERTAHANKANNYA
DISERAHKAN KEPADA ORANG YANG
BERKEPENTINGAN SENDIRI.
4. MENURUT MR. HK. HAMAKER, HUKUM
PERDATA MERUPAKAN HUKUM KHUSUS (IUS
SPECIALE).
Penganut sistem hukum Common Law, yang berlaku juga
untuk sebagian besar untuk hukum pidana :
1. Perbedaan antara hakim yang mengadili, di Indonesia juga
Belanda untuk sebagian besar diadili oleh hakim dan
pengadilan yang sama. Di Inggris antara pengadilan
perkara pidana dan perkara perdata terpisah
2. Istilah berbeda, yaitu dalam perkara pidana dilakukan oleh
jaksa penuntut umum atas nama negara dengan surat
dakwaan yang mengandung uraian delik yang didakwakan,
sedangkan dalam perkara perdata gugatan diajukan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan (yang dirugikan) sendiri.
3. Hasil berbeda, jika dalam perkara pidana tuntutan jaksa
penuntut umum yang tercantum dalam dakwaan terbukti dan
meyakinkan hakim, maka terdakwa akan dijatuhi pidana.
Sedangkan dalam perkara perdata jika gugatan diterima maka
tergugat akan dihukum untuk mengganti kerugian atau
melakukan suatu perbuatan
4. Perbedaan pembuktian, dalam perkara pidana yang dicari
adalah kebenaran materiel, yaitu kebenaran yang sungguh-
sungguh, sedangkan dalam perkara perdata cukup dengan
kebenaran formiel, misalnya jika seseorang tergugat mengaku
berutang walaupun tidak, dia akan diperintahkan untuk
membayar utang yang diakuinya itu. Sedangkan dalam pidana
walaupun terdakwa mengaku, jika tidak ditopang oleh alat bukti
lain, maka seharusnya dia dibebaskan.
Menurut Prof. Mr. Djokosutono :
1. Status dan kedudukan. Hukum perdata mengatur
hubungan yang kedudukannya sejajar, yaitu antara
penduduk dengan tidak memperhatikan tingkat
kedudukanya didalam masyarakat, tingkat inteleknya dan
sebagainya. Hukum publik mengatur hubungan yang
subordinir membawahkan, dimana terdapat hierarki antara
negara dan penduduk.
2. Yang mempertahankan hukum. Hukum perdata yang ingin
mempertahankanya diserahkan kepada orang-orang yang
berkepentingan sendiri. Hukum publik harus
dipertahankan oleh alat negara
3. Teori umum dan teori khusus. Hukum
perdata berlaku umum, baik untuk
pemerintah maupun rakyat. Hukum publik
merupakan hukum khusus yang memberi
kekuasaan khusus kepada pemerintah
untuk melakukan suatu tindakan
4. Kepentingan. Hukum perdata mengatur
kepentingan perorangan. Hukum publik
mengatur kepentingan umum
 PERBEDAAN HUKUM PIDANA DENGAN CABANG-CABANG HUKUM
LAINNYA
1. HUKUM PIDANA MERUPAKAN HUKUM PUBLIK, SEDANGKAN HUKUM
LAINNYA MISALNYA HUKUM PERDATA MERUPAKAN HUKUM
PRIVAT.
2. SANKSINYA
A. SANKSI HUKUM PIDANA SIFATNYA LEBIH TAJAM JIKA
DIBANDINGKAN DENGAN SANKSI YANG TERDAPAT PADA
CABANG-CABANG HUKUM LAINNYA.
SANKSI YANG TAJAM DAPAT MENGENAI :
BENDA-BENDA HUKUM /
HARTA BENDA
KEPENTINGAN HUKUM DAPAT
KEHORMATAN
BERUPA BADAN ORANG-SEORANG,
BADAN
ATAU KOLEKTIFA MISALNYA
NYAWA SESEORANG
MASYARAKAT, NEGARA.
HUKUM PIDANA MENGENAKAN PENDERITAAN DALAM
MEMPERTAHANKAN NORMA-NORMA YANG DIAKUI OLEH HUKUM.
INILAH SEBABNYA HUKUM PIDANA DIANGGAP SEBAGAI
"ULTIMATUM REMEDIUM", YAKNI "OBAT TERAKHIR" APABILA
SANKSI ATAU UPAYA-UPAYA PADA CABANG HUKUM LAINNYA
TIDAK MEMPAN KARENA ITU PENGGUNAANNYA HARUS
DIBATASI, KALAU ADA JALAN LAIN JANGANLAH MENGGUNAKAN
HUKUM PIDANA.

B. SANKSI HUKUM PIDANA MEMPUNYAI PENGARUH


PREVENTIF (PENCEGAHAN) TERHADAP TERJADINYA
PELANGGARAN NORMA HUKUM → AJARAN PAKSAAN
PSYCHIS. SEBAGAI ALAT SUBSIDIER, ARTINYA :
HUKUM PIDANA HENDAKNYA BARU DIADAKAN
APABILA USAHA­USAHA LAIN KURANG MEMADAI.
C. DALAM SANKSI HUKUM PIDANA TERDAPAT TRAGIK, SEHINGGA
HUKUM PIDANA DIKATAKAN "SEBAGAI MENGIRIS DAGINGNYA
SENDIRI" ATAU "SEBAGAI PEDANG BERMATA DUA". MAKNANYA :
....
D. HUKUM PIDANA MERUPAKAN HUKUM SANKSI BELAKA, OLEH
KARENA ITU DISEBUT ACCESSOIR (BERGANTUNG) TERHADAP
CABANG HUKUM LAINNYA (VAN-KAN).
ADRESSAT (SASARAN) DARI NORMA HUKUM PIDANA

YANG MENJADI ADRESSAT DARI NORMA HUKUM ADALAH :

1. WARGA MASYARAKAT  DARI MEREKA DIHARAPKAN UTK.


BERTINDAK LAKU SEPERTI APA YANG DIPANDANG PATUT
OLEH NORMA ITU ATAU SEBALIKNYA.

2. ALAT PERLENGKAPAN MASYARAKAT/NEGARA


 NORMA HUKUM YANG BERBENTUK PERATURAN
HUKUM MENJADI PEDOMAN ALAT PERLENGKAPAN
NEGARA, MISALNYA : APAKAH IA MEMPUNYAI
KEWENANGAN UNTUK BERTINDAK, APAKAH SANKSI
PIDANANYA DAPAT DITERAPKAN.
FUNGSI
DAPAT DIHUKUM PIDANA
BEDAKAN 2 FUNGSI :
1. YANG UMUM  MENGATUR HIDUP
MASYARAKAT ATAU
MENYELENGGARAKAN TATA TERTIB
DALAM MASYARAKAT.
2. YANG KHUSUS  MELINDUNGI
KEPENTINGAN HUKUM TERHADAP
PERBUATAN YANG HENDAK
MEMPERKOSANYA DENGAN SANKSI
BERUPA PIDANA YANG SIFATNYA
LEBIH TAJAM DIBANDINGKAN
DENGAN SANKSI YANG TERDAPAT
PADA CABANG-CABANG HUKUM YANG
NORMA, NILAI, SANKSI, PERATURAN

NORMA ATAU KAIDAH ADALAH : ANGGAPAN BAGAIMANA


SESEORANG BERBUAT ATAU TIDAK BERBUAT.
ISTILAH NORMATIF MENGANDUNG ARTI : APA YANG
SEHARUSNYA, APA YANG DIHARAPKAN.
NORMA MENGANDUNG : - LARANGAN.
- KEHARUSAN.
CONTOH: - DILARANG MENCURI (PS. 362 KUHP).
- DIHARUSKAN MELAPOR PADA YANG BERWAJIB
TENTANG TERJADINYA SUATU KEJAHATAN
(PASAL 164-165 KUHP).
DIBELAKANG NORMA TERDAPAT NILAI (VALUE)
NILAI MERUPAKAN DASAR DARI NORMA.
NILAI DIARTIKAN :
SEBAGAI UKURAN YANG DISADARI ATAU TIDAK DISADARI
OLEH SUATU MASYARAKAT ATAU GOLONGAN UNTUK
MENETAPKAN APA YANG BENAR, YANG BAIK DAN
SEBAGAINYA.
MISALNYA : KEJUJURAN, KESETIAAN, KESUCIAN,
KEGUNAAN, KEINDAHAN, KEHORMATAN, KE­SUSILAAN.

AGAR NORMA DIPATUHI MAKA MASYARAKAT/GOLONGAN


MENGADAKAN "SANKSI“  YANG DAPAT BERUPA SANKSI
POSITIF ATAUPUN NEGATIF.
 SEBAGIAN DARI NORMA MERUPAKAN NORMA HUKUM.
DISEBUT NORMA HUKUM APABILA MASYARAKAT DENGAN
ALAT PELENGKAPNYA DAPAT MEMAKSAKAN BERLAKUNYA.
NORMA HUKUM MENJADI ATURAN HUKUM, APABILA
BERBENTUK SUATU RUMUSAN TERTENTU. RUMUSAN INI
PENTING AGAR ORANG MENGETAHUI BAGAIMANA
HUKUMNYA.
 PERUMUSAN ATURAN YANG TERTULIS DISEBUT PERATURAN.
- NORMA-NORMA DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI :
NORMA AGAMA, NORMA KESUSILAAN, NORMA
KESOPANAN, NORMA HUKUM.
- TUGAS ILMU HUKUM PIDANA :
MEMPELAJARI HUKUM PIDANA YANG BERLAKU PADA
SUATU SAAT DI SUATU NEGARA.
- TUJUAN MEMPELAJARI ILMU HUKUM PIDANA :
AGAR PARA PETUGAS HUKUM DAPAT MENERAPKAN
ATURAN-ATURAN HUKUM PIDANA SECARA TEPAT DAN ADIL.
- BIDANG-BIDANG YANG DIPELAJARI ILMU HUKUM PIDANA :
MENGENAI ASAS-ASAS YANG MENJADI DASAR DARI ATURAN
HUKUM YANG BERLAKU, MENCARI HUBUNGAN ANTARA ASAS
YANG SATU DENGAN ASAS YANG LAIN. SELANJUTNYA
MENYUSUN PERATURAN-PERATURAN DAN ASAS-ASAS ITU
DALAM SUATU SISTEM AGAR DAPAT DIPAHAMI APA YANG
MENJADI MAKSUD DARI PERATURAN-PERATURAN YANG
BERLAKU ITU.
KITA BISA MELIHAT HUKUM PIDANA DARI TIGA SEGI :

A. HK. PID. YG. KITA CITA2KAN ATAU HK. PID. SBG. IUS CONSTITUENDUM
B. HK. PID. YG. BERLAKU SEKARANG, ARTINYA YG. HARUS
DITERAPKAN OLEH PENGADILAN, ATAU DISEBUT HAK PIDANA SBG.
IUS CONSTITUSI ATAU IUS OPERANDUM.
C. HK. PID. YG. BENAR2 DITERAPKAN UTK. SUATU PERBUATAN
KONKRIT, ATAU HK. PID. SBG. IUS OPERATUM.

HUKUM PID. ATAU LEBIH TEPAT SISTEM PIDANA ITU MERUPAKAN


BAGIAN DARI "POLITIK KRIMINAL" IALAH USAHA YG. RASIONAL DLM.
MENANGGULANGI KEJAHATAN, SEBAB DI SAMPING
MENANGGULANGI DNG. MENGGUNAKAN PIDANA MASIH ADA CARA
LAIN UTK. MENANGGULANGI KEJAHATAN DNG. "POLITIK KRIMINAL".

Anda mungkin juga menyukai