Anda di halaman 1dari 66

TEKNIK SINKRONISASI

PERENCAAN DAN
PENATAUSAHAAN ANGGARAN
DAERAH

SUMARDI
PPEP FEB UNS SURAKARTA
HP. 081329903563

YOGYAKARTA, 27 APRIL 2021


CAKUPAN MATERI :
 PERTANYAAN DAN GAMBAR RENUNGAN
 PROBLEM KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
 PROBLEM LEMAHNYA INDIKATOR KINERJA
 PROBLEM PENGANGGARAN BELANJA DAERAH
 PROBLEM PENGANGGARAN PENDAPATAN DAERAH
 PROBLEM PENGANGGARAN PEMBIAYAAN DAERAH
 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
 SISTEM PENGANGGARAN DAERAH
 SIKLUS PENGANGGARAN DAERAH
 SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH
 SINKRONISASI PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD
 SISTEM PENGANGGARAN DAERAH
 APBD SEBAGAI REPRESENTASI PENGELOLAAN KEUDA
PERTANYAN DAN
GAMBAR UNTUK
RENUNGAN
PERTANYAAN RENUNGAN

 Masihkah upaya perbaikan kualitas


perencanaan pemb dan perencanaan
anggaran daerah bernilai strategis ?.

 Alan Lekein: “Failing to plan is


planning to fail” = Kegagalan dalam
membuat rencana berarti
merencanakan sebuah kegagalan.
PERTANYAAN RENUNGAN
Dari mana Sumber Anggaran dan untuk apa?.
Uang negara bersumber dari rakyat/
masyarakat, negara sbg pengelola uang rakyat.

Bagaimana filosofi Anggaran ?.


Anggaran adalah amanah rakyat yang
dititipkan kepada eksekutif dan legislatif
untuk kesejahteraan rakyat.
Dirembug
ya mas ..?
Apa lagi yaa,
mas..?
MEMANG SUDAH CUPET DARI
AWALNYA …!!
PROBLEM
KONSISTENSI
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
PROBLEM KONSISTENSI
Kurangnya keterpaduan, konsistensi
dan sinkronisasi perencanaan
pembangunan dng penganggaran.
 Anggaran buah dari perencanaan,
 Tanpa rencana  tindakan reaktif.
 Bermuara inefisiensi dan
inefektivitas.
PROBLEM KONSISTENSI
Kurangnya keterpaduan, konsistensi &
sinkronisasi perenc antar SKPD.
 Ego sektoral,
 Cost Center  Income Center,
 Strategic Apex, Operating Core,
middleline, technostructure,
supporting staff,
 Sinergitas program dan kegiatan.
PROBLEM KONSISTENSI

Relevansi & konsistensi Program /


Kegiatan thd Permasalahan atau krg
responsif dng permasalahan dan / krg
relevan dng peluang yg dihadapi.
 Kepentingan sesaat,
 Budget oriented,
 Kekuatan suara TAPD/Panggar,
 Kurang visioner.
PROBLEM LEMAHNYA
INDIKATOR KINERJA
PROBLEM INDIKATOR KINERJA
Pertanggungjawaban kinerja kegiatan
masih tetap cenderung fokus pada
pelaporan penggunaan dana.
 Lemahnya Indikator kinerja,
 Minimnya evaluasi kinerja,
 Miskinnya data base indikator
kinerja,
 Buku laporan kinerja sulit dievalusi.
PROBLEM INDIKATOR KINERJA
Spesifikasiindikator kinerja dan target
kinerja masih relatif lemah.
Indikator kinerja krg penuhi SMART.
Target kinerja bersifat kualitatif,
Target kinerja krg dapat terukur,
Krg difahaminya kerangka penganggaran
berbasis kinerja.
Enggan mencantumkan indikator dan target
kinerja.
SMART
Spesifik,
harus menggambarkan hasil yg akan diperoleh/dicapai.
Measurmen,
kegiatn harus ter- ukur apa yg dicapai, seberapa jauh tkt
pencapainnya.
Aggressive but attainable,
agresif, menantang namun realistis dan dlm batas tkt
keberhasilan.
Result-oriented,
berorientasi ke pada hasil yang diinginkan, dlm waktu < dr 1 thn
anggarn berja lan. Jika multiyeard hrs jelas tkt pencapaiannya tiap
tahun.
Time bound,
dpt dipastikan kapan hasil bisa terwujud.
PROBLEM
PENGANGGARAN
BELANJA DAERAH
PROBLEM BELANJA DAERAH

Anggaran belanja daerah cenderung


ditetapkan lebih tinggi.
 Cenderung Mark-Up.
 Standar Harga Perlu Dikaji.
 ASB perlu disusun dan ditegakkan.
 Ada kepentingan dibalik anggaran.
 Uangnya Negara  Sense of Effiency
kurang.
PENGANGGARAN PERLU ASB
Seringterjadi  proses penganggaran:
Kegiatan sama, target kinerja sama 
besaran anggaran jauh berbeda,
Reasoning besar kecilnya anggaran
belum sepenuhnya didasarkan pada
kewajaran,
Dokumen penganggaran seringkali
dikalahkan dengan proses politik atau
birokrasi.
PERAN ASB DLM PENGANGGARAN

1. Menjamin kewajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar


SKPD dlm melakukan kegiatan sejenis.

2. Mendorong terciptanya anggaran daerah yang semakin efisien dan


efektif.

3. Memudahkan TAPD lakukan verifikasi total belanja yang diajukan


dalam RKA SKPD untuk setiap kegiatan.

4. Mudahkan SKPD & TAPD dlm menghitung besar anggaran total


blnja utk tiap jns kegiatan berdasar target output yg ditetapkan dlm
RKA SKPD.
PROBLEM
PENGANGGARAN
PENDAPATAN
DAERAH
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN PENDAPATAN
PENDAPATAN DAERAH
DAERAH

1. Penentuan target pendapatan lebih


didasarkan pada kaidah incremental
(dinaikkan sekian % dari tahun lalu), bukan
didasarkan pada potensi pendapatan,
2. Potensi pendapatan Daerah untuk masing-
masing jenis / sumber (misal: pajak &
retribusi Daerah), belum dihitung secara
menyeluruh.
PERMASALAHAN PENDAPATAN DAERAH

3. Pengukuran prestasi / kinerja instansi


penghasil masih terbatas pada ukuran rasio
pengumpulan (collection ratio), bukan
ukuran rasio cakupan (coverage ratio).
4. Peraturan Daerah yang mendasari
pemungutan pajak dan retribusi daerah
sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan
yang berkembang, (segi tarif, obyek, dan
aturan pemungutan).
PROBLEM PENDAPATAN DAERAH

Anggaran pendapatan cenderung


ditetapkan lebih rendah.
Mark-down;
Cenderung Incremental;
Takut tidak tercapai;
Tidak tahu potensi;
Pasrah dengan faktor kesulitan.
KERANGKA
KERANGKABERFIKIR
BERFIKIR POTENSI
POTENSI
POTENSI
POTENSIJENIS
JENIS REALISASI
REALISASIJENIS
JENIS TARGET
TARGETJENIS
JENIS
PENDAPATAN
PENDAPATAN PENDAPATAN
PENDAPATAN PENDAPATAN
PENDAPATAN
DAERAH
DAERAH DAERAH
DAERAH DAERAH
DAERAH

KESENJANGAN
KESENJANGAN KESENJANGAN
KESENJANGAN
OBYEKTIF
OBYEKTIF PERENCANAAN
PERENCANAAN

COVERAGE
COVERAGE COLLECTION
COLLECTION
RATIO
RATIO RATIO
RATIO

EFISIENSI
EFISIENSI
-------------------------------
-------------------------------
EFEKTIVITAS
EFEKTIVITAS
PERMENDAGRI PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TENTANG PDRD

Penganggaran

Penetapan target
Pajak daerah & Retribusi daerah

didasarkan

 data potensi pajak daerah dan  perkiraan pertumb ekonomi pada


retribusi daerah di masing- Tahun ybs yang berpotensi
masing pemerintah provinsi dan berpengaruh thd target pendapatan
pemerintah kabupaten/kota pajak daerah dan retribusi daerah

 realisasi penerimaan pajak daerah


dan retribusi daerah tahun
sebelumnya
PROBLEM
PENGANGGARAN
PEMBIAYAAN
DAERAH
SURPLUS/(DEFISIT) APBD
Surplus anggaran terjadi bila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih besar
dari anggaran belanja daerah
surplus, dapat dimanfaatkan untuk
pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh
tempo, pembelian kembali obligasi daerah,
penyertaan modal (investasi) daerah,
pemberian pinjaman daerah, transfer ke
rekening dana cadangan.
SURPLUS/(DEFISIT) APBD
Defisit anggaran terjadi bila anggaran pendapatan
daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran
belanja daerah
apabila defisit, ditetapkan sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup defisit, meliputi sisa
lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari
rekening dana cadangan, hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah dan obligasi daerah, penerimaan piutang
daerah.
PROBLEM PEMBIAYAAN
Kecenderungan defisit besar pada Perubahan
APBD  kesulitas penyerapan program dan
kegiatan karena waktu pelaksanaan relatif
terbatas.
SiLPA yang cenderung meningkat  Daerah
terkena fenomena SiLPA Trap (Jeratan SiLPA).
Lemahnya budget policy utk Pembiayaan Daerah
 peningkatan dan pengembangan investasi
pemerintah daerah.
PROBLEM PEMBIAYAAN
Sumber-sumber Penerimaan
Pembiayaan blm optimal.
 Sebagian besar daerah Kab/Kota
mengandalkan SiLPA sbf sumber
Penerimaan Pembiayaan.
 Banyak daerah yang belum
memanfaatkan Pinjaman Daerah sbg
Sumber Penerimaan Pembiayaan.
PROBLEM PEMBIAYAAN
Penggunaan Pengeluaran
Pembiayaan blm maksimal.
 Sebagian besar daerah Kab/Kota blm
menggunakan Investasi Pemda sbg
alternatif memecahkan SiLPA besar.
 Pembentukan dana cadangan masih
terbatas penggunaannya utk alt
pembiayaan.
SISTEM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
DAERAH
Dinamika Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah

1. MASA ORDE BARU


2. MASA TRANSISI
3. MASA REFORMASI

36
DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
MENURUT P5D (PERMENDAGRI NO 9 TH 1982)

MASA ORDE BARU


DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
MENURUT SURAT DITJEN BANGDA DDN

MASA TRANSISI
Dokumen Perencanaan Menurut
UU 25/2004, UU 23/2004, PP 8/2008, PMDG 86/2017

MASA REFORMASI
KEBIJAKAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN

UU NOMOR 25 TAHUN 2004 UU NOMOR 17 TAHUN 2003

Bab III s/d V, Pasal 3 s/d Pasal 27 Bab IV Pasal 16 s/d Pasal 20

UU NOMOR 33 TAHUN 2004

Bab IX Pasal 69 s/d Pasal 73

Bab VII Pasal 260 s/d Pasal 277 Bab VIII Pasal 279 s/d Pasal 330

UNDANG-UNDANG 23 / 2014

PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


DAERAH
SISTEM
PENGANGGARAN
DAERAH
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

UU 23/2014 UU 23/2014
UU 17/2003
UU 33/2004 UU 33/2004

UU 1/2004

PP 12/2019 UU 15/2004
PERMENDAGRI
77/2020 PP 24/2005
PP 8/2006
PERDA

PKD
Peraturan KDH PP 12/2019

OMNIBUS REGULATIONS
PENGANGGARAN  PMDG 77/2020
RPJMD RPJM
5 tahun
Renstra Dibahas bersama
SKPD DPRD
5 tahun

1 tahun
Renja
RKPD RKP
SKPD
1 tahun

KUA PPAS

NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD


DGN KDH

PEDOMAN
RKA-SKPD PENYUSUNAN
RKA-SKPD

Tim
Anggaran Pemda

RAPERDA
APBD
PERUBAHAN DOKUMEN (I)
KEPMENDAGRI 29/2002 PERMENDAGRI 13/2016

 POLDAS  RPJPD
 PROPEDA/RENSTRA  RPJMD
 REPETADA  RKPD
 AKU  KUA & KUPA APBD
 STRATAS  PPAS & P-PPAS
 RASK  RKA SKPD
 RAPBD  RAPBD
 APBD  APBD
 Perubahan APBD  Perubahan APBD
 DASK  DPA SKPD
PERUBAHAN DOKUMEN (II)
Periode (Thn)
Permendagri 13/2006 Permendagri 59/2007
RPJP Daerah (Perda) 20 RPJP Daerah (Perda)
RPJM Daerah (Perda) 5 RPJM Daerah (Perda)
Renstra SKPD 5 Renstra SKPD
Renja SKPD 1 Renja SKPD
RKPD (Perkada) 1 RKPD (Perkada)
KUA/PPA & P-KUA/PPAS 1 KUA/PPAS & P-KUA/PPAS
RKA-SKPD 1 RKA-SKPD & RKA-PPKD
RAPBD & P-APBD 1 RAPBD & P-APBD
DPA-SKPD 1 DPA-SKPD & DPA-PPKD
DPA-L 1 DPA-L
Anggaran Kas 1 Anggaran Kas
PERUBAHAN DOKUMEN (III)
Periode (Thn)
Permendagri 59/2007 Permendagri 77/2020
RPJP Daerah (Perda) 20 RPJP Daerah (Perda)
RPJM Daerah (Perda) 5 RPJM Daerah (Perda)
Renstra SKPD 5 Renstra SKPD
Renja SKPD 1 Renja SKPD
RKPD (Perkada) 1 RKPD & P-RKPD (Perkada)
KUA/PPAS & P-KUA/PPAS 1 KUA/PPAS & P-KUA/PPAS
RKA-SKPD & RKA-PPKD 1 RKA-SKPD & RKA-PPKD
RAPBD & P-APBD 1 RAPBD & P-APBD
DPA-SKPD & DPA-PPKD 1 DPA-SKPD & DPA-PPKD
DPA-L 1 DPA-L
Anggaran Kas 1 Anggaran Kas
SISKRONISASI
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
DAERAH
SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN

PERENCANAAN PENGANGGARAN

KUA &
RPJMD RKPD APBD
PPAS
SINKRONISASI PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN

TUPOKSI

RKA
RKPD KUA/PPAS RAPBD
SKPD/PPKD

evaluasi
evaluasi

PROGRAM DAN - ASB


KEGIATAN - SSH PERDA APBD

PENJABARAN
APBD

49
SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertgjwban Pemeriksaan
Disusun dan
RPJMD RKPD Rancangan Penatausahaan disajikan Sesuai
DPA-SKPD Pendapatan SAP
PEDUM APBD Bendahara penerimaan
Laporan Keuangan
wajib menyetor
o/ MDN Verifikasi penerimaannya ke Pemerintah Daerah
rekening kas umum
daerah selambat- LRA Laporan Keuangan
KUA PPAS DPA-SKPD lambatnya 1 hari kerja Neraca diperiksa oleh BPK
Lap. Arus Kas
Penatausahaan CaLK
Pelaksanaan APBD Belanja
Nota
Kesepakatan Pendapatan  Penerbitan SPM-UP, SPM- Raperda PJ Pel
GU, SPM-TU dan SPM-LS
oleh Kepala SKPD APBD
Belanja  Penerbitan SP2D oleh
Pedoman PPKD
Penyusunan Persetujuan
RKA-SKPD o/ KDH Pembiayaan Bersama (KDH +
Penatausahaan
Pembiayaan DPRD)

RKA-SKPD Laporan Realisasi Dilakukan oleh PPKD


Semester Pertama setelah 3 hari

RAPBD Kekayaan dan


Kewajiban daerah Evaluasi o/
R P-APBD Gubernur/MDN 15
 Kas Umum
 Piutang hari
Evaluasi  Investasi
Evaluasi  Barang
Raperda APBD  Dana Cadangan
R P-APBD  Utang 7 hari
oleh Gubernur/ Oleh penyesuaian o/
Mendagri Gbrnr/MDN Pemda
Akuntansi
Keuangan Daerah
Perda PJ Pel
Perda APBD Perda P-APBD
APBD
SISKRONISASI PERAN
PEMERINTAH DAERAH
DAN DPRD
PERAN DPRD DAN PEMDA DALAM
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DPRD KEPALA DAERAH

PERENCANAAN

PEMBENTUKAN PELAKSANAAN
PERDA
PENATAUSAHAAN

ANGGARAN APBD
PELAPORAN

P-JAWABAN
PENGAWASAN
PENGAWASAN
Pasal 149 Pasal 284 52
PROSES DAN TAHAPAN PENYUSUNAN RAPBD
Th n- 1 Th n Th n+1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

RAPAT KOORDINASI

RAKERNIS
RENSTRA RENJA S K P D
PEMDA

30 APRIL 1 2 3 4

MUSRENBANG RKPD
DESA

KAB/KOTA

TAPD
KEC

15 JUNI 1 JULI 1 AGS 15 NOV 30 NOV

RPJM KUA PPAS RKA R-APBD APBD


RPJM
DOKUMEN POLITIK DOKUMEN POLITIK

RESES PEMBICARAAN
DPRD

 TINGKAT 1
BANGGAR  TINGKAT 2
 TINGKAT 3
 TINGKAT 4

POKOK-2 POKOK-2
PIKIRAN PLATFORM PIKIRAN 1 2 3 4
KOMISI FRAKSI DPRD
KOMISI 07/25/20 53
RAKERNIS
21
RAPAT INTERNAL
53
PENYAMPAIAN RANCANGAN KUA DAN
PPAS
PEMERINTAH DAERAH

KOORDINATOR TAPD KDH DPRD


Disampaikan ke DPRD
TAPD Disampaikan Paling lambat pada
Sekda selaku kepada KDH Pertengahan bulan Juni

Koordinator paling lambat


RKPD Minggu I Juni
(Dalam Pembicaraan
TAPD Pendahuluan RAPBD
thn berikutnya )

Rancangan Rancangan Rancangan


Rancangan
KUA&PPAS KUA&PPAS KUA & PPAS
KUA& PPAS

Panitia
Rancangan KUA&PPAS
Anggaran
dibahas bersama
Paling lambat DPRD
Akhir Bulan
Juli
Nota Kesepakatan
APBD SEBAGAI
REPRESENTASI
PENGELOLAAN KEUDA
SIKLUS ANGGARAN DAERAH

PERTANGGUNG-
PERENCANAAN PELAKSANAAN
JABAWAN
ANGGARAN ANGGARAN
ANGGARAN
DAERAH DAERAH
DAERAH

1 TH 1 TH ½ TH
LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pengawasan/
Perencanaan Pelaksanaan
Pengendalian
Input Proses Output/  Input Proses Output/  Input Proses Output

Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Prioritas & Plafon Anggaran Sementara

Program
Kegiatan
Anggaran
 RPJMD
 Dokumen APBD
Perencanaan
Lainnya  Tolok Ukur Akuntansi
 Penjaringan Kinerja
Aspirasi  Perda APBD Laporan Pelaksanaan
 Kinerja Masa  Analisis APBD
Lalu Standar Belanja
 Kebijakan Standar Biaya/  Dokumen
Pemerintah Pusat  Catatan Evaluasi
Harga
Kinerja
 Triwulanan
Hasil
 Akhir Tahun
(LPJ) Evaluasi
APA ITU APBD ??

APBD adalah rencana keuangan


tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

 Keywords:Renc Keuangan, Tahunan, Disetujuai


Bersama Pemda & DPRD, Perda.
APA ITU APBD ??
 Rencana keuangan, jadi harus dibedakan
tetapi tetap dikaitkan dengan rencana
pembangunan.

 Tahunan,
jadi jangka pendek bukan jangka
menengah /jangka panjang.

 Kebersamaan Pemda & DPRD  butuh


komunikasi yang harmonis.
STRUKTUR APBD
• PENDAPATAN

• BELANJA
 Belanja Tidak Langsung
 Belanja Langsung
(-)

Surplus/(Defisit)
• PEMBIAYAAN
- Penerimaan
- Pengeluaran
(-)
Pembiayaan Net (+)

SILPA Tahun Berjalan 60


STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Pasal 285, Ayat (1),
1. Pajak Daerah
Daerah
2. Retribusi Huruf a.
2. Retribusi Derah
Derah
3.
3. Hasil
Hasil Pengelolaan
Pengelolaan Kekayaan
Kekayaan Daerah
Daerah Yang
Yang Dipisahkan
Dipisahkan
4.
4. Lain-lain
Lain-lain PAD
PAD yang
yang sah
sah
B. Pendapatan Transfer :
1. Transfer Pemerintah Pusat Pasal 285, Ayat (2)
2. Transfer Antar Daerah

C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah :


1.
1. Hibah.
Hibah.
2. Dana Pasal 295, Ayat (1)
2. Dana Darutat.
Darutat.
3.
3. Lain-lain
Lain-lain Pendapatan
Pendapatan sesuai
sesuai Ketentuan
Ketentuan Perundang-undangan.
Perundang-undangan.
61
PEMBAGIAN URUSAN

07/25/20 62
21
PEMBAGIAN URUSAN KONKUREN

07/25/20 63
21
SINKRONISASI DAN PENGELOMPOKAN
JENIS BELANJA DAERAH
Penjelasan Pasal 16 KE DEPAN
ayat (4) UU No PERMENDAGRI
17/2003 antara lain PP 58/2004 13/2006
MENURUT UU
terdiri dari NOMOR 23/2014
1. Belanja pegawai 1. Belanja pegawai Belanja Tidak Langsung : 1. Belanja Operasi
2. Belanja barang 2. Belanja barang & 1. Belanja pegawai a. Belanja Pegawai
3. Belanja modal jasa b. Belanja Brg &
2. Belanja bunga Jasa
4. Belanja bunga 3. Belanja modal 3. Belanja subsidi c. Belanja Bunga
5. Belanja subsidi 4. Belanja bunga 4. Belanja hibah d. Belanja Subsidi
6. Belanja hibah 5. Belanja subsidi 5. Belanja bantuan e. Belanja Hibah
7. Belanja bantuan 6. Belanja hibah sosial f. Belanja Bansos
sosial 7. Belanja bantuan 6. Belanja bagi hasil 2. Belanja Modal
sosial 3. Belanja Tidak
7. Bantuan keuangan
8. Belanja bagi hasil Terduga
8. Belanja tak 4. Transfer
9. Bantuan terduga
keuangan a. Belanja Bagi Hasil
Belanja Langsung : b. Belanja Bant Keu
10. Belanja tak
terduga 1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
dan jasa
3. Belanja modal

64
STRUKTUR PEMBIAYAAN
A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya.
2. Pencairan Dana Cadangan.
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Pinjaman Daerah; dan
5. Penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

B. Pengeluaran Pembiayaan:
1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
2. Penyertaan modal daerah
3. Pembantukan Dana cadangan; dan/ atau
4. Pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

Pembiayaan neto
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai