Anda di halaman 1dari 11

Bab V

Mengapa Pancasila merupakan


sistem filsafat.
KELOMPOK 5 PANCASILA :
1. Ahmad Afif Alfarisi / 20200202001
2. Merry Christina / 20200202010
3. Muhammad Arif Rahman / 20200202011
4. Wiranti Hambarani Ghufriana / 20200102011
A. Menelusuri konsep dan urgensi Pancasila
sebagai system filsafat.

1. Konsep Pancasila sebagai sistem filsafat

Filsafat merupakan awal dari ilmu pengetahuan.


Filsafat disebut juga sebagai ‘Mother of Science’
Sistem Filsafat adalah suatu proses dan pemikiran awal untuk proses
berlangsungnya secara kontinu.
Filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith dan
Nolan.

Filsafat (arti informal) adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis
Filsafat (arti formal) adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang di junjung tinggi.
Filsafat (arti komprehensif) adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
Filsafat (arti analisis linguistic) adalah analisa logis dan bahsa serta penjalan tentang arti
kata dan konsep.
Filsafat (arti aktual-fundamental) adalah sekumpulan problemmatik yang langsung
mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabnnya oleh ahli-ahli filsafat.
Ada beberapa alasan, mengapa Pancasila dikatakan sebagai sitem
filsafat?

1. Dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945. memberi judul pidato dengan


nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia merdeka
1. Dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945. memberi judul pidato dengan
nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia merdeka.
“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua
minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-
muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan
negara Indonesia itu”. (Soekarno, 1985: 7).

Noor Bakri menjelaskan bahwa Pancasila sebagai system filsafat


merupakan hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh
kenegaraan Indonesia. Yang di maksudkan perumusan dasar negara
Indonesia yang akan merdeka.
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan:
1. Bersifat koheren,
2. Bersifat menyeluruh,
3. Bersifat mendasar,
4. Bersifat spekulatif.

Fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan dapat disebut dasar
filsafat adalah dasar filsafat kenegaraan atau ideology negara.
Istilah philophische grondslag dan weltanschauung merupakan dua
istilah yang sarat dengan niali filosofis.
Philosophische grondslag; nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila.
Wletanschauung; acuan pandangan lebih untuk berpikir dan hidup
yang bersifat praktis.
2. Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai Pancasila merupakan
suatu yang telah ada dan berkembang didalam masyarakat Indonesia,
dan disepakati filsafat negara.
Ajaran nilai, makna, dan tujuan hidup dalam Weltanschauung
menyebar berbagai pikiran dan kebudayaan Bangsa Indonesia.
B. Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat.
Ada beberapa alasan mengapa manusia perlu filsafat:
1. Mempunyai kekuatan yang besar dalam sains dan teknologi,
2. Displin ilmu dan membimbing manusia.

Faedah filsafat yang perlu di ketahui :


3. Untuk menjaga kemungkinannya adanya pemecahan dalam problem
hidup manusia,
4. Suatu keyakinan dasar perbuatan manusia,
5. Kemampuan memperluas bidang kesadaran manusia.
B. Menanya Alasan diperlukan kajian
Pancasila sistem filsafat
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus objectivus dan Genetivus
subjectivus.
Pancasila sebagai Genetivus Objectivus, Pancasila dijadikan sebagai
objek yang dicari landasan filosofi berdasarkan system sebagai objek
yang dicari landasan filosofi berdasarkan system dan cabang filsafat.
Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisa berbagai aliran filsafat yang
berkembang, baik hal-hal sesusai Pancasila maupun yang tidak sesuai.
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila.
Pancasila Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis
yang kuat yang mencakup 3 dimensi:
1. Ontologis,
2. Landasan epitemologis,
3. Landasan aksiologis

Anda mungkin juga menyukai